Minggu, 21 April 2019

KISAH VELLIA: Alumni UPN “Veteran” Jogja yang Kuliah S2 Pakai Beasiswa di Polandia!

KISAH VELLIA: Alumni UPN “Veteran” Jogja yang Kuliah S2 Pakai Beasiswa di Polandia!


Polandia merupakan negara bekas pemerintahan komunis di Eropa Timur yang memiliki sistem pendidikan tinggi yang sangat terorganisir. Nicolaus Copernicus, seorang ilmuan penemu teori hilosentris berasal dari negara ini. Luar biasa sekali jika ada teman-teman dari Indonesia yang bisa kuliah di negara dimana banyak sekali ilmuan terkemuka berasal. 

So, mari kita simak salah satu cerita di bawah ini.
Halo, nama saya Vellia Fatimah. Saya alumni UPN ‘Veteran’ Jogja jurusan teknik pertambangan. Saat ini saya melanjutkan program S2 Environment Protection Engineering di Warsawa University of Technology.

Sebenarnya dari SMA dulu sudah ingin sekali melanjutkan S1 di Jerman. Tetapi karena untuk menggunakan biaya sendiri tidak mampu ke Jerman, maka memutuskan untuk S1 di Indonesia. 

Lalu saya belajar bahasa Jerman hingga level B1, setelah lulus S1 berniat untuk mencari beasiswa di Jerman tetapi pada saat itu kebetulan ikut seminar pendidikan Eropa (EHEF) di Surabaya dan ada stand berbagai universitas dari Eropa. Nah, setelah itu waktu ada bukaan beasiswa Polandia saya dapat email langsung dari kedutaan Polandia di Jakarta (mereka dapat email saya karena saya pernah daftar di seminar EHEF itu). Saya iseng-iseng daftar dan alhamdulilah diterima. Jadi saya pikir dimanapun saya diterima pertama kali, itu yang akan saya ambil. Dan Polandia juga termasuk di Eropa kan jadi sistem pendidikan nggak kalah dibanding negara lain di Eropa. Terlebih biaya hidup di Polandia juga cenderung murah seperti biaya hidup di Indonesia.


Suasana kampus tempat saya kuliah benar-benar kondusif dan mendukung banget untuk belajar. Banyak taman semuanya tertata rapi dan adanya internet wifi city yang memudahkan kita kemana-mana. Di kampus, dosen yang mengajar benar-benar care serta support kami untuk belajar bahasa Polandia. Jadi kan saya mendapatkan beasiswa selama tiga tahun. Nah, yang baru dilalui itu persiapan bahasa Polandia dan matrikulasi seperti fisika, matematika, teknik informatika dalam pengantar bahasa Polandia. Semuanya sudah terstruktur menurut saya kalau sistem kuliahnya.


Pertama kali saya menginjakkan kaki di Warsawa Polandia, saat itu saya langsung bertolak ke Wrocław kota dimana saya akan tinggal yang berjarak kurang lebih 350 km dari Warsawa. Begitu sampai di Wrocław Polandia yang saya lakukan adalah mencari asrama yang akan saya tinggali dan menyelesaikan administrasi asrama. Setelah semua sudah di selesaikan kemudian saya berjalan-jalan di sekitar kota untuk mengetahui dimana kampus saya berada. Beberapa hari setelah itu yang harus saya lakukan adalah membuka rekening bank setempat untuk keperluan pengiriman uang beasiswa dari pemerintah Polandia.

 Setelahnya, saya membuat asuransi kesehatan dimana hal itu wajib karena biaya pengobatan di luar negeri cenderung mahal, maka dari itu disarankan segera membuat asuransi kesehatan. Selain itu, saya juga membuat kartu transportasi (urban card) agar mudah dan bebas untuk menggunakan sarana transportasi umum.
Tanggal 1 oktober 2015 pertama kali saya dan penerima beasiswa lainnya mengikuti kuliah bahasa di kampus, nama universitas saya adalah Wrocław University of Technology. 

Menurut saya para dosen yang mengajar di kampus sangatlah baik dan perhatian terhadap para muridnya. Nama dosen favorit saya adalah Pani Dagmara (Pani= sebutan ibu dalam Bahasa Polandia). Pani Dagmara adalah seorang dosen bahasa Polandia di universitas tersebut, dalam mengajar beliau sangat terstruktur dan sangat jelas memberikan materi bahasa Polandia mulai dari 0 saya belajar bahasa tersebut hingga dalam waktu satu tahun alhamdulilah saya sudah cukup mengerti dan memahami bahasa Polandia tersebut.


Setiap hari dari Senin sampai Jumat jadwal kelas Bahasa saya dimulai dari pukul 11-14.15 lalu di lanjutkan lagi untuk mengikuti kelas matematika, fisika dan teknik informatika dalam Bahasa Polish hingga sore bahkan satu pelajaran hingga malam. Biasanya waktu yang saya gunakan untuk belajar adalah pada saat malam hari dimana suasana sudah mulai tenang, hampir setiap hari dosen memberikan tugas kepada kami untuk dikerjakan, gaya belajar yang saya terapkan adalah dengan membaca dan menulis lagi materi yang sudah saya pelajari.


Polandia merupakan negara dengan biaya hidup yang murah jika dibandingkan dengan negara eropa pada umunya, semua bahan makan makanan lebih murah dibandingkan makanan jadi. Selama hidup di Polandia setiap hari saya masak sendiri dan jarang untuk makan di luar. Makanan Khas Polandia yang menjadi favorit saya adalah Pierogi (Dumpling ala Polandia) makanan ini sangat popular di Polandia dan sangat mudah di temui, bentuknya seperti pastel tutup di Indonesia, tetapi biasanya pierogi ini direbus bahkan ada juga yang di goreng, umumnya berisi daging (babi), bagi muslim sebaiknya jangan pilih pierogi isi daging, banyak juga varian lainnya seperti pierogi isi buah-buahan (strawberry, blackberry, apel dll), sayuran ( bayam, kol, kubis) kentang, dan jamur, dengan rasa yang enak dan filling sesuai pilihan.


Belanja untuk kebutuhan sehari-hari biasa nya saya lalukan di supermartket terdekat, nama tokonya adalah Biedronka, umumnya ini menjadi supermarket favorit para pelajar dengan uang saku pas-pasan seperti saya atau bisa di bilang cocok di kantong karena harga di Biedronka lebih murah di bandingkan dengan supermarket yang lain seperti Carrefour, dll.


Adaptasi dengan Cuaca

Berada dan tinggal di negara 4 musim merupakan tantangan berat bagi kita yang berasal dari negara 2 musim (tropis) cuaca yang berubah-ubah dan suhu ekstrim kadang menyebabkan gangguan kesehatan seperti mudah terserang flu, dan demam. Awal-awal mungkin masih butuh penyesuaian tetapi karena dengan suhu yang dingin dan saya banyak melakukan aktivitas (jalan kaki kemana-mana yang sudah seperti olahraga) seiring berjalan waktu cuaca disana tidak terlalu menjadi masalah ditunjang dengan memakai pakaian yang sangat hangat dan sepatu serta berbagai perlengkapan musim dingin lainnya.


Transportasi di Polandia


Transportasi umum di Polandia sudah cukup bagus dan modern, berbagai transportasi favorit seperti bus, tram, dan sepeda untuk umum sudah menjadi pilihan disana, transportasi ini menjangkau ke seluruh daerah di Wrocław kota tempat saya tinggal, sangat memudahkan saya untuk mengelilingi kota, dari asrama yang saya tinggali menuju ke halte bus/tram hanya sekitar 5 menit jalan kaki.


Pengalaman Unik


Selama tinggal di Polandia, pada saat acara christmas eve di kampus, kami berbagai murid dari seluruh penjuru dunia di haruskan untuk menampilkan salah satu khas dari negara kami masing-masing. Saat itu, saya bersama ke tujuh penerima beasiswa dari Indonesia menampilkan Tari Saman dari Aceh dan setelah itu menyanyikan lagu “Ya sudahlah”. Kami yang notabene belum pernah menampilkan dan belajar tari saman di Indonesia saat itu harus belajar setiap hari untuk memberikan yang terbaik, dan respon para guru, rektor dan murid saat acara itu sungguh luar biasa, mereka berkata belum pernah melihat tari sebagus ini. Mungkin itu pengalaman unik yang tak terlupakan selama saya berada di Polandia, menjadi perwakilan dari Indonesia untuk menunjukkan budaya tari bangsa kita di mata dunia.


Tips Untuk Teman-teman yang Ingin Kuliah di Polandia!


a. Perhitungkan biaya

Umumnya kuliah di luar negeri memerlukan biaya yang tidak sedikit, tentu saja menghitung biaya yang dibutuhkan untuk kuliah di luar negeri itu penting, yahh sekalipun mendapatkan beasiswa minimal persiapkan uang pribadi untuk di Polandia selama 2 bulan sebelum uang beasiswa kamu cair.


b. Persiapkan sebaik-baiknya persyaratan yang dibutuhkan jika ingin kuliah di Polandia, seperti kemampuan berbasa inggris dengan nilai toefl, ielts atau toeic yang mumpuni, jika ingin melanjutkan dengan pengantar Bahasa Polandia, di setiap universitas umumnya terdapat pusat studi bahasa Polandia dimana kamu dapat mempersiapkan diri sebelum memulai kuliah.


c. Bersifatlah open minded dan cepat beradaptasi.

Hidup di negara baru tentunya kamu akan menemukan berbagai perbedaan dan tantangan, seperti bahasa, budaya yang sangat berbeda, dan karakter orang yang berbeda tentunya. Maka persiapkan dirimu berpikirlah secara terbuka dan toleran terhadap budaya baru, tetapi jangan lupa ya..bahwa kita tetap harus menjunjung tinggi budaya timur, biasanya kamu akan mengalami culture shock, tetapi karena kamu tinggal di negara orang, kamu harus menghormati budaya mereka.
Kepada teman-teman yang ingin kuliah di Polandia jangan khawatir dalam masalah bahasa, karena di Poland hampir semua kaum muda Polandia menguasai Bahasa inggris, dan tidak ada salahnya mencoba untuk belajar dan menguasai Bahasa ibu setempat.



Berminat untuk studi ke luar negeri?
Tentu saja persiapkan Bahasa Inggris dari Sekarang. Hubungi kami di Cambridge School Lhokseumawe untuk konsultasi tentang program Kursus yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

Whatsapp aja dulu.
+6282364939007

Jumat, 19 April 2019

Bagaimana Perjuangan Masyithoh Meraih Beasiswa LPDP Untuk Kuliah di University of Birmingham






Hi sobat. ada yang punya impian kuliah di Inggris? Nah, pas banget. Kali ini tim kami berkesempatan untuk interview dengan salah satu teman kita yang sedang menempuh Master di  University of Birmingham, United Kingdom. Namanya mbak Masyithoh, dulu S1 nya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Nah, gimana ceritanya bisa kuliah Master di Inggris? Bagaimana ia beradaptasi dengan lingkungan baru di Inggris? Bagaimana ia bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah disana?
Yuk simak interview kita bareng mbak Masyithoh berikut ini.
Halo, Mbak Masyithoh. Biar bisa mengenal lebih dekat, bisakah diceritakan tentang profil diri Anda? Baik nama, kota asal, nama kampus serta jurusan yang diambil saat kuliah, tempat tinggal selama di Birmingham.
Halo! Nama panjang Saya Masyithoh Annisa Ramadhani Alkatiri, panjang sekali ya hehehe. Biasa dipanggil Masyithoh atau Nisa. Asal campuran Jogja-Ambon tapi dari lahir di Jogja, jadi ya bisa dibilang orang Jogja saat ini. Saat ini sedang menempuh studi Master di University of Birmingham, Master of International Security. Alamat rumah di 160 Hubert Road, Birmingham, West Midlands, United Kingdom B29 6ER. Ditunggu kedatangan teman-teman kesini ya!
Lalu, apakah kuliah di kampus tersebut melalui beasiswa? Bagaimana proses awal dari mengetahui informasi kuliah di Birmingham, penyeleksian, persiapan bahasa, berkas-berkas, sampai bisa diterima kuliah disana?
Alhamdulillah, Saya berkesempatan menempuh program S2 melalui program beasiswa sepenuhnya dari LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Untuk semua informasi kampus maupun beasiswa LPDP, Saya selalu mencari info sendiri, misal browsing tentang list universitas terbaik di United Kingdom atau mencari berdasarkan bidang studi yang Saya cari, di bidang Ilmu Sosial atau HI khususnya.
Proses sampai masuk kuliah bulan September 2014 kemarin ini dimulai sejak November 2013. Persiapan yang Saya lakukan seperti : kursus & tes IELTS, menyiapkan dokumen berupa referensi dari dosen sewaktu kuliah S1, membuat essay tentang Study Objective atau Personal Statement bagi Universitas tujuan.
Selama pendaftaran tersebut, hal apa yang paling menantang menurut Mbak Masyithoh?
Hal yang paling menantang adalah fase awal tes IELTS karena biaya tes yang lumayan tinggi, jadi merasa ada beban kalau sampai tidak lolos. Pada umumnya, kampus di UK mensyaratkan IELTS minimal 6,5 untuk overall band. Walaupun ada juga yang mensyaratkan IELTS 7 seperti Oxford dan Cambridge.
Namun, alhamdulillah University of Birmingham mensyaratkan IELTS 6,5. Di samping itu, IELTS sangat beda dengan TOEFL test yang sering kita lakukan. Tapi insyaallah kalau kita sudah yakin dan melakukan usaha yang terbaik, hasil terbaik pun akan mengikuti.
Saat memilih tempat kuliah, apakah Mbak Masyithoh memilih berdasarkan negaranya dulu, berdasarkan jurusannya dulu, atau berdasarkan kesempatan beasiswanya dulu, atau ada hal lain?
Dulu Saya melakukan pencarian kampus berdasarkan bidang studi terlebih dahulu. Waktu itu Saya juga diterima di 2 universitas lain di UK namun bidang studinya masih HI secara general, sedangkan Saya ingin mencari studi yang lebih spesifik yaitu mengenai keamanan dan perdamaian, maka Saya putuskan untuk memilih University of Birmingham.
Untuk pilihan negara, Saya memilih UK karena proses pendaftaran, aplikasi, dan adminsitratif lain cenderung lebih mudah bila dibandingkan dengan negara lain. Tapi mungkin setiap orang memiliki preferensinya masing-masing. Kalau Saya memilih UK karena UK adalah salah satu negara dengan asas toleransi yang tinggi, itulah kenapa Saya sangat tertarik menempuh pendidikan disini.
Sebelum akhirnya memilih University of Birmingham, Saya juga apply ke beberapa universitas lain di UK (total 5 universitas), dan akhirnya pilihan akhir adalah di University of Birmingham. Saya melakukan aplikasi sekolah dan beasiswa bersamaan. Saat itu LPDP membuka kesempatan untuk aplikasi beasiswa dan Saya masukkan berkas-berkasnya sembari menunggu Letter of Acceptance (LoA) dari University of Birmingham.
Tentang bidang studi yang sudah Anda ambil, mengapa memilih jurusan tersebut? Peluang apa yang Anda lihat di masa depan sehingga mantap untuk memilih jurusan yang sudah diambil?
Saya lulus dari Jurusan Ilmu Hubungan internasional (HI). Sejak kuliah di HI, Saya selalu tertarik dengan pembahasan dan masalah lain terkait interaksi bidang hubungan diplomatik antar negara di dunia. Indonesia adalah negara yang memiliki posisi strategis di dunia, dan juga didukung dengan sumber daya yang melimpah.
Namun kenyataannya, masih memiliki bargaining position yang belum terlalu kuat di bidang state to state diplomacy. Saya ingin terlibat langsung dalam proses tersebut dengan berkarier melalui bidang akademisi ataupun praktisi. Terlebih, jumlah perempuan yang terlibat dalam proses ini mungkin masih dibilang sedikit jika dibanding pria. Namun, salah satu hal yang membanggakan adalah ketika saat ini kita memiliki seorang Menteri Luar Negeri perempuan pertama yaitu Ibu Retno. Saya sangat tertarik dengan isu di bidang keamanan (security) dan perdamaian (peace).
Syukur alhamdulillah, Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti sebuah event di NATO dan EU Headquarter di Brussels, Belgium besok Januari bersama 33 rekan dari berbagai negara dari University of Birmingham. Saya rasa ini salah satu wujud tindakan nyata yang bisa Saya lakukan saat ini. Belajar dari strategi keamanan dan kebijakan yang diambil negara maju di Eropa sehingga nantinya dapat disaring dan diaplikasikan di Indonesia di masa depan.







Bagaimana Mbak Masyithoh bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, teman-teman baru, system pendidikan yang baru, di tempat kuliah? Atau, ketika Mbak Masyithoh menemui kesulitan, kemana Anda akan mencari bantuan?
Birmingham merupakan salah satu kota di UK dengan populasi WNI yang lumayan tinggi, jadi alhamdulillah Saya memiliki banyak saudara baru yaitu rekan-rekan yang sedang sama-sama menempuh pendidikan Master atau Doktor disini.
Di samping itu, banyak juga WNA dari berbagai negara di University of Birmingham. Saya sangat senang bisa bergaul dengan banyak sahabat baru dari berbagai belahan dunia seperti Eropa, Amerika, Afrika, dan juga negara lain. Saya berprinsip bahwa ketika kita berada di luar negeri, kita bertugas sebagai “duta” untuk membawa nama baik Indonesia. Oleh karena itu, Saya selalu mencoba membangun interaksi yang dekat dengan sesama teman maupun Professor yang mengajar di University of Birmingham.
Hal paling menantang adalah mengenai sistem kuliah yang mungkin sedikit berbeda dengan Indonesia. Dulu sewaktu S1, Saya juga mengikuti program Kelas Internasional di HI UMY, namun ternyata disini sistemnya sangat berbeda. Disini Kami diharuskan membaca banyak buku dan membuat tugas dengan sangat hati-hati agar tidak terkena masalah plagiarisme.
Sistem pendidikan di Inggris sangat ketat dalam hal ini. Bahkan terdapat software yang dapat mendeteksi langsung jika kita melakukan copy paste dalam pengerjaan tugas, tentu saja ini akan berakibat fatal bagi nilai dan predikat kelulusan kita nantinya. Sewaktu S1, Saya jarang ke perpustakaan, namun di UK, perpustakaan adalah rumah kedua karena hampir setiap hari Saya berkunjung untuk mengerjakan tugas maupun mencari buku referensi.
Ketika menemui kesulitan dalam hal urusan perkuliahan, Saya biasa menemui academic tutor yang memang ditugaskan untuk membantu Kami jika terdapat gangguan teknis. Namun tidak jarang juga Saya dan beberapa teman memilih untuk bertemu sambil minum kopi sembari berdiskusi mengenai topik atau hal yang Kami rasa susah.
Apakah ada hal-hal tentang Inggris yang selama ini salah dipersepsikan oleh masyarakat Indonesia, menurut opini Mbak Masyithoh?
Apa ya? Mungkin orang berpikir bahwa orang Inggris atau pada umumnya orang luar negeri adalah orang yang sombong atau susah diajak berinteraksi. Namun Saya rasa itu semua hanyalah masalah communication skill yang dimana kita memang harus menantang diri sendiri untuk bisa membaur dengan mereka, tapi tentunya dengan tidak melupakan jati diri kita sendiri sebagai bangsa Indonesia.
Bagaimana karakter mahasiswa-mahasiswa internasional di kampus Mbak Masyithoh? Apakah mereka friendly? Bagaimana supaya bisa berbaur dengan mereka, dengan melihat perbedaan budaya kita dan mereka?
Birmingham memiliki lebih dari 2000 international students yang tersebar di semua jurusan. Di jurusan Saya, HI, mayoritas adalah mahasiswa dari Eropa dan beberapa berasal dari Asia dan Timur Tengah. Sifat mereka pun bervariasi. Ada yang pendiam, suka membaur, dan lain-lain. Tapi Saya rasa semuanya baik dan sangat welcome terhadap kami sebagai orang Indonesia.
Saya punya pandangan bahwa di luar negeri adalah masa untuk membangun jaringan dan relasi seluas-luasnya. Bukan berarti Saya tidak mau membaur dengan sesama WNI, tapi Saya rasa salah satu bagian pokok diplomasi bangsa terletak pada kita sebagai WNI yang tersebar di banyak negara, bagaimana kita bisa membawa diri dan nama bangsa dengan baik di mata dunia.
Saya pribadi waktu ke UK membawa beberapa post card bergambar Indonesia dan beberapa souvenir yang bertuliskan nama Jogja. Saya gunakan hal tersebut untuk starting point dalam membangun relasi dengan rekan dari berbagai negara. Dan itu ternyata sangat efektif karena mereka jadi mengenal kita lebih mudah dan dekat.
Di manakah kira-kira pilihan jenis tempat tinggal terbaik di Birmingham menurut Mbak Masyithoh? Apakah di apartemen, asrama, atau lainnya? Dan bagaimana prosedur memesan tempat tinggal disana, berdasarkan pengalaman mbak. Karena tempat tinggal adalah hal yang menjadi pertimbangan pertama saat akan kuliah di luar negeri.
Hmmm, semua tempat sebenarnya nyaman disini. Birmingham hampir mirip dengan Jogja. Kotanya nyaman dan banyak pelajar yang menempuh studi di sini. Saat ini Saya tinggal di rumah bersama keluarga Indonesia yang sedang menempuh Ph.D di University of Birmingham juga. Lokasinya 20 menit ditempuh dengan jalan kaki untuk menuju ke kampus. Rata-rata disini orang berjalan kaki untuk ke kampus, bahkan jarang melihat motor dan mobil yang dipakai karena jarak yang dekat dan tentunya berjalan kaki lebih menyehatkan.
Universitas juga menyediakan university accomodation dengan tarif yang variatif. Rata-rata rumah dan university accomodation berupa apartement sudah dilengkapi dengan barang pokok seperti kasur, lemari, kompor gas, kulkas, dll. Harganya bervariasi tergantung model rumah atau furnishing-nya. Saran Saya kalau bingung mencari tempat tinggal, coba bergabung dengan grup atau milis PPI di negara yang kita tuju dan mintalah informasi disana karena pasti banyak akses informasi yang rekan-rekan PPI disana. Mereka pasti akan membantu merekomendasikan tempat tinggal untuk kita selama disana. Saya dulu juga melakukan hal yang sama.
Untuk biaya hidup nih mbak, porsi terbesar yang paling menguras dompet itu untuk porsi pengeluaran apa menurut mbak Masyithoh?
Porsi terbesar di tempat tinggal. Kisaran di Birmingham tempat tinggal adalah 250-600 pounds per bulan. Ada yang lebih juga sih, tapi rata-rata adalah dengan harga itu. Kalau masalah biaya sehari-hari seperti makan dan transport, Saya rasa lumayan relatif murah jika kita bisa melakukan manajemen dengan baik seperti menghindari jajan makanan diluar terlalu banyak dan lebih banyak memasak sendiri di rumah. Pengalaman pribadi, hehe.
Pulsa telepon dan harga bus atau kereta juga relatif terjangkau.
Apakah ada tips dan trik spesial untuk mendapatkan pemasukan tambahan selama kuliah di Inggris?
Banyak sekali peluang yang bisa kita ambil. Jika kita Ph.D, kita bisa melakukan kerja part time dengan menjadi asisten Professor yang sedang melakukan penelitian bersama kita dengan membantu mengoreksi ujian atau pekerjaan terkait lainnya. Peluang lain adalah bekerja di beberapa tempat seperti restoran atau hotel seperti yang banyak dilakukan beberapa rekan disini.
Di setiap kampus juga pasti memiliki career information center yang berisi informasi mengenai tawaran part time bagi mahasiswa. Namun kalau kita bisa melakukan saving pengeluaran dengan baik, insyaallah tetap bisa untuk menabung.
Ketika sedang masa kuliah, terus merasa kangen dengan Indonesia, entah itu makanannya, orang-orangnya, apa yang biasa Anda lakukan? Kegiatan apa yang bisa dilakukan selain kuliah?
Nah ini hal yang paling sering Saya rasakan di masa awal kuliah. Alhamdulillah lama kelamaan perasaan seperti itu akan hilang kok seiring dengan kesibukan dan interaksi dengan teman-teman yang semakin sering.
Kalau kangen dengan orang tua, Saya biasa menelepon, apalagi saat ini teknologi semakin mudah, ada Line atau Skype yang dapat sangat bermanfaat. Kalau makanan, Saya biasa membuat masakan sendiri jika tiba-tiba ingin makanan Indonesia yang tidak bisa dibeli disini seperti sop buntut sapi, rendang, dan lain-lain. Tapi jangan khawatir, mie instan favorit yang terkenal di Indonesia atau saos sambal juga bisa ditemukan kok disini :D
Mbak Masyithoh kan muslimah, apakah ada kesulitan dalam bergaul dengan masyarakat setempat? Mungkin ada cerita menarik tentang memakai jilbab di Inggris yang mbak alami, bisa diceritakan?
Alhamdulillah disini banyak juga WN UK yang merupakan muslim, rata-rata adalah imigran yang berasal dari Pakistan maupun warga UK sendiri. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada halangan berarti dengan jilbab Saya.
Cerita menarik sebenarnya berhubungan dengan nama Saya yang terdapat nama marga Arab di belakang (Alkatiri). Satu minggu disini Saya membuka account bank dan minggu berikutnya Saya mendapat surat dan email pemberitahuan bahwa Saya tidak bisa menggunakan account Saya untuk sementara waktu dan pihak pemberi beasiswa pun tidak bisa mengirim, karena nama Saya dianggap mirip teroris atau pelanggar HAM berat dunia yang Saya sendiri pun juga tidak tahu siapa yang dimaksud :D
Tapi alhamdulillah semuanya bisa berhasil beres atas bantuan LPDP Kementerian Keuangan dan BRI yang berusaha melakukan komunikasi dengan bank disini mengenai status Saya sebagai mahasiswa dengan status government-funded dari Indonesia.
Saat Saya menceritakan hal ini kepada teman-teman Saya di kelas, mereka mencoba menghibur Saya dan di sisi lain juga dianggap lucu karena disini Saya sedang belajar mengenai International Security yang notabene mata kuiah yang Saya ambil berupa Terrorisme, Violence, Security Studies, etc. Namun Saya malah diduga teroris :D
Oke, menarik sekali ini. By the way, sudah kemana aja jalan-jalannya mbak? :D
Tiga bulan di Birmingham, Saya baru keliling Birmingham, Oxford, dan Liverpool. Sebenarnya sudah punya rencana mau pergi kemana-mana tapi karena banyak tugas yang menuntut deadline dalam waktu dekat ini, jadi Saya menunda untuk berjalan-jalan terlalu banyak dan merencanakan jalan-jalan saat nanti sudah libur di bulan Desember.
Menurut mbak, seberapa besarkah peran ‘memiliki pengalaman kuliah di luar negeri’ dalam dunia kerja sekarang ini?
Berdasar pengamatan yang Saya lihat dan rasakan sendiri, orang yang pernah bersekolah keluar negeri pasti memiliki jiwa yang tangguh dan tidak gampang menyerah. Kami selalu “dituntut” untuk melakukan yang terbaik dalam bidang akademik maupun praktek selama menempuh studi di kampus luar negeri.
Dalam dunia kerja, sangatlah penting kita memiliki kemampuan yang tidak hanya berupa hard skill namun juga soft skill, Saya rasa kuliah ke luar negeri merupakan pilihan yang tepat jika kita ingin melakukan self improvement  di dua bidang tersebut.
Hal hal apa saja yang dirasakan oleh Mbak Masyithoh karena bisa kuliah di LN? Lebih percaya diri, bisa memiliki pandangan yang optimis jauh ke depan tentang masa depan Indonesia? Atau hal positif apa yang Mbak Masyithoh pelajari selama belajar di Birmingham?
Traveling membuat kita semakin mandiri dan tentu saja memiliki cara pandang yang lebih luas. Kita harus belajar untuk bisa lebih menumbuhkan empati terhadap sesama karena disini Saya berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai negara dengan latar belakang suku, agama, pandangan yang berbeda.
Hal ini membuat kita semakin “kaya” dalam cara pandang karena perbedaan tersebut. Saya juga semakin optimisi bahwa Indonesia akan menjadi negara maju di masa depan. Hal ini dikarenakan jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri (UK khususnya) sangatlah besar, mungkin lebih dari 1000 orang bahkan. Hal ini merupakan prestasi yang sangat luar biasa.
Bangsa kita memiliki SDA dan SDM yang sangat berkualitas, semua hanya tinggal bagaimana kita mengelola dan berkontribusi nyata untuk kemajuan bangsa di masa depan.
Pertanyaan terakhir, Adakah nasehat dari Mbak Masyithoh untuk adik-adik yang masih sekolah atau sedang menempuh kuliah S1, yang memiliki impian kuliah di Inggris. Terutama di kampus mbak di Birmingham?
Satu hal yang jangan pernah hilang saat kita sedang berjuang menempuh cita-cita adalah impian kita. Saya dulu merasakan sendiri bahwa proses selama kurang lebih satu tahun untuk sampai disini lumayan menantang. Dimulai dari harus membagi waktu antara bekerja dan menyiapkan berkas pendukung kuliah maupun beasiswa, melakukan persiapan tes IELTS, dan persiapan teknis lainya. Semua harus dilakukan dengan manajemen waktu yang baik. Jika tujuan teman-teman adalah UK, persiapkan untuk tes IELTS jauh-jauh hari sebelumnya. Selain itu, rajin-rajin untuk selalu browsing baik berupa informasi beasiswa maupun sekolah.
Kunci pokok lainnya adalah do the best in everything. Saat menempuh tes IELTS, mengirim aplikasi ke University of Birmingham, saat mengikuti tes beasiswa LPDP, Saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Hasil akhir biarlah Tuhan yang menentukan, tapi itu pasti yang terbaik. Saya dulu tidak pernah berpikir ingin ke Birmingham, Saya cuma ikhtiar untuk ditunjukan yang terbaik. Cita-cita Saya dulu adalah ke Amerika. Namun Tuhan berkehendak lain, Saya melakukan aplikasi ke banyak kampus dan akhirnya Birmingham adalah pilihan yang terbaik yang Tuhan berikan.
Oya, aku tambahkan informasi, mengenai beasiswa yang aku ambil, LPDP.
Alhamdulillah Saya berkesempatan mendapat beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Program ini merupakan salah satu program beasiswa yang diberikan Pemerintah RI yang berasal dari dana abadi. Jadi, LPDP tidak mengenal sistem kuota dalam melakukan seleksi beasiswa. Semua orang dari latar belakang profesi apapun bisa mendaftar. Hal yang menarik lainnya adalah, LPDP memperbolehkan kita untuk mencari Letter of Acceptance selama rentang waktu satu tahun jika nantinya kita diterima beasiswa.
Setelah diterima beasiswa LPDP, Kami mengikuti rangkaian acara berupa PK (Persiapan Keberangkatan) yang terdiri dari sekitar 120 rekan sesama awardee yang akan menempuh pendidikan lanjut ke berbagai negara. Salah satu kesempatan yang sangat berharga dalam hidup Saya karena Saya dapat bertemu dengan banyak tokoh yang sangat mengispirasi dalam setiap sesi, dan juga tentu saja bertemu dengan sahabat-sahabt baru dengan berbagai pengalaman dan bidang ilmu yang membuat Saya belajar banyak dari mereka. Terima kasih LPDP!
Terimakasih banyak, Mbak Masyithoh :)
Sama-sama! Terima kasih banyak sudah diberi kesempatan untuk berbagi.
Sangat senang bisa berbagi dengan rekan-rekan yang luar biasa.
Narasumber : Masyithoh Annisa Ramadhani.
Berminat untuk studi ke luar negeri?
Tentu saja persiapkan Bahasa Inggris dari Sekarang. Hubungi kami di Cambridge School Lhokseumawe untuk konsultasi tentang program Kursus yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
#Lhokseumawe

Minggu, 07 April 2019

ADITIA AULIA: Kuliah di Italia Jurusan Energy Engineering Pakai Beasiswa Merit Based Scholarship!



   ADITIA AULIA: Kuliah di Italia Jurusan Energy Engineering Pakai Beasiswa Merit Based Scholarship!


Halo nama saya Aditia

Aulia, biasa dipanggil Adit. Saya lahir di Jakarta pada bulan Juli tahun 1993 dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Saya menempuh kuliah S1 di Universitas Indonesia jurusan Teknik Mesin pada tahun 2011 sampai 2015. Setelah itu kemudian saya melanjutkan kuliah S2 di Politecnico di Milano jurusan Energy Engineering dengan tahun masuk pada 2015. Untuk tahun pertama saya mendapatkan beasiswa dari kampus saya di Italia, nama beasiswanya adalah ‘Merit Based Scholarship’.


Saya tertarik dengan jurusan Energy Engineering karena saat kuliah S1 saya mengambil jurusan Teknik Mesin dimana spesialisasinya adalah konversi energi. Selain itu energi merupakan salah satu sektor strategis sebagai tolak ukur kemajuan suatu negara. Saya bercita-cita ingin berkontribusi besar untuk negara nantinya pada sektor energi.

Persiapan Apply

Pastinya persiapan bahasa karena walaupun kuliah saya taught in English tetapi saya tetap belajar sedikit dari Youtube dan buku tentang bahasa Italia untuk keperluan sehari-hari. Selain itu saya juga mempersiapkan hal-hal terkait administrasi seperti visa. Saya juga membaca berbagai referensi agar tahu bagaimana kehidupan di kota yang saya tuju yaitu Milan.



Tentang Kampus

Tentang Politecnico di Milano peringkatnya cukup baik pada engineering and technology, 1st in Italy, 7th in Europe, 24th in the world (based on QS 2015). Fasilitasnya lengkap, terdapat perpustakaan yang buka 24/7 untuk mahasiswa. Beberapa buku di perpustakaan bahkan masih dalam bahasa Italia.

Kebiasaan Belajar

Biasanya untuk engineering, selama kuliah berlangsung terasa seperti satu arah. Di kelas mahasiswa terus mencatat materi yang diberikan dosen. Tetapi di akhir kuliah akan selalu ada antrian panjang di depan kelas karena banyak yang ingin bertanya langsung ke dosen. Sekitar satu minggu sekali saya akan mereview catatan yang diberikan.

PPI Italia

Saya tidak aktif di pengurusan PPI periode 2015-2016. Tetapi baru-baru ini saya turut ambil bagian dalam acara halal bihalal warga Indonesia di Milan dan sekitarnya. Saat ini saya dan teman-teman juga sedang mempersiapkan sebuah event kebudayaan Indonesia yang akan diselenggarakan di beberapa kota di Italia.

Liputan kegiatan PPI Italia:





Berkumpul dengan Teman-teman

Biasanya jika berkumpul dengan kawan Italia digunakan untuk mengerjakan tugas atau belajar. Saat berkumpul dengan teman-teman Indonesia itulah saatnya untuk refreshing dengan traveling, main futsal, jogging, piknik, kuliner, dan lain-lain.


Menyesuaikan Diri dengan Budaya

Sejujurnya, tidak ada budaya di sana yang membuat saya culture shock. Memang ada beberapa budaya yang berbeda, tetapi itu sudah ada di dalam pikiran saya karena sudah membaca referensi terlebih dahulu. Seperti contohnya pergaulan anak muda yang lebih bebas dan lain-lain.

Rencana Setelah Lulus Kuliah

Setelah saya menyelesaikan kuliah saya berencana mencari pengalaman kerja di Italia atau Eropa selama beberapa tahun. Setelah itu saya akan kembali ke Indonesia untuk berkontribusi pada bidang yang saya tekuni. Jujur saya tidak akan terlalu ‘picky’ dalam memilih instansi mana yang akan saya masuki, tetapi sampai saat ini yang menurut saya paling relevan adalah kementerian ESDM.

Pengalaman Unik

Ada beberapa pengalaman menarik ketika baru sampai di Italia. Pada hari pertama saya hampir kesasar. Waktu itu dari bandara menuju stasiun central (tempat saya janjian dengan orang yang menjemput) ternyata petugas loket salah memberikan petunjuk sehingga saya salah naik kereta. Pengalaman kedua adalah ketika kartu ATM saya tertelan mesin. Ini terjadi padahal belum ada seminggu saya ada di Milan. Tetapi pada akhirnya bisa saya ambil ke bank yang bersangkutan dan semua beres.

Tips Untuk Teman-teman yang Ingin Kuliah ke Italia

Persiapan yang terpenting adalah untuk mengetahui dulu kuliah apa yang diinginkan (jurusan apa, universitas apa, kota apa, dst). Setelah itu baru bisa mencari banyak informasi tentang jurusan itu, universitas, persyaratan masuknya, kehidupan di kota yang dituju seperti apa, dan lain sebagainya. Persiapkan juga mengenai urusan finansial, apakah mau self funding atau menggunakan beasiswa. Sering-sering kepo dengan blog-blog mahasiswa Indonesia yang tinggal di Eropa. Sering-sering juga kepo ke situs-situs PPI di negara tujuan. Akhir kata, semoga berhasil!



Nah, salah satu hal yang harus disiapkan untuk kuliah ke luar negeri adalah kemampuan bahasa Inggris. Buat yang masih merasa kemampuan bahasa Inggrisnya pas-pasan sebaiknya ikut kursus Bahasa Inggris di Cambridge School Lhokseumwe, Kursus yang paling tepat untuk mahasiswa.

Tips Menjawab Wawancara Kerja dalam bahasa Inggris

Berikut 10 soal wawancara kerja dalam bahasa Inggris beserta contoh jawaban: Soal 1: Pengenalan Diri Pertanyaan: Can you tell me...