Oleh: Hafnidar Hasbi.
Jika anda memiliki teman yang pernah mempermalukan gurunya di hadapan publik, jangan lindungi dia, jangan bela dia. Itu jika anda menginginkan dia menjadi orang hebat kelak, dan bangsa ini menjadi bangsa yang berkualitas secara moral dan intelektual.
Belajarlah dari Kisah Sultan Murad II dalam menyelesaikan kasus pertikaian antara anaknya, Sultan Muhammad Al Fatih dan gurunya Aaq Syamsuddin.
Aaq Syamsuddin memukul muridnya, Muhammad Al Fatih karena kenakalannya. Lalu Al Fatih mengadukan sang guru pada ayahnya. Namun apa yang terjadi? sang Ayah bukannya marah dan menghukum guru, melainkan malah bersepakat dengan guru untuk memainkan sebuah skenario drama.
Sultan Murad II meminta Aaq Syamsuddin menampar dirinya saat masuk ke kelas anaknya tanpa ijin. Itulah Sultan Murad II, seorang raja yang taat pada Allah SWT telah mempertontonkan otoritas seorang guru dihadapan anaknya.
Bukan otoritas biasa melainkan otoritas di atas otoritas orangtua, bahkan di atas otoritas sang raja itu sendiri.Itulah yang dinamakan Izzah, sebuah kosa kata dalam bahasa Arab yang kedalaman maknanya melebihi sebuah reputasi, harga diridan kewibawaan.
Maka menjadi wajarlah, semata atas takdir Allah SWT jika kemudian Sultan Muhammad Al Fatih menjadi pemimpin hebat sepanjang abad.Menjadi seorang hafidz yang menguasai beberapa bahasa di usia menjelang balik, serta dapat mewujudkan perkataan ratusan tahun sebelum nabi wafat yaitu menaklukkan Konstantinopel.
Nama Sultan Muhammad Al Fatih masih besar dan harum sampai hari ini.Dalam perkembangan zaman sekarang ini, apabila terdapat masyarakat yang menohok-nohok guru dan institusi dengan segenap civitas akademikanya yang tidak bisa menyelamatkan Izzah guru maka tunggulah kehancuran dunia pendidikan.Tunggulah akan lahir murid-murid yang nihil ilmu terlebih akhlak dan moral.
*Penulis adalah dosen Program Studi Psikologi Universitas Malikussaleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar