Kali ini kita akan mengajak kamu untuk berkenalan
dengan Mirza Aditya, seorang mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh
pendidikan S1nya di negeri paman sam yaitu Amerika Serikat.
Mirza mengambil jurusan Food Science di Washington
University Los Angles. Mirza datang ke Amerika Serikat pada tahun 2011. Mirza
murni membiayai kuliahnya dengan biaya sendiri dari orangtua. Untuk masalah
tempat tinggal, di tahun pertama Mirza tinggal di asrama kampus University Washington State. Di kamar asrama,
dia sekamar dengan orang Amerika keturunan India. Namun, setelah tahun kedua,
Mirza dan teman–temannya dari Indonesia bersepakat tinggal di Apartement.
Teman-temanya mengambil program Fullbright Master.
Amerika adalah negara yang memegang patokan uang di
dunia. Tentunya setiap tahun harga dollas AS sering mengalami kenaikan. Bahkan
Mirza bercerita bahwa tingkat biaya hidup di sana sangat tinggi. Berbeda jauh
dengan Indonesia. Makan makanan di sana juga mahal, namun memiliki porsi yang
banyak.
Lumayanlah dari pada harga mahal tetapi porsi
sedikit. Porsi tersebut juga pastinya sesuai dengan ukuran makan orang Amerika.
Dalam sebulan, rata–rata Mirza meghabiskan uang sebanyak $ 500. Tetap saja
Mirza harus menghemat sebaik mungkin. Itu untuk biaya makan, bayar listrik,
bayar air, sampah dan sewa apartemen $300. Namun untuk sementara Mirza tinggal
dengan house family di port angles yang kebetulan juga orang Indonesia. Karena
ada beberapa masalah dan besok dia akan kembali ke Washington State.
Tentunya, jika belajar di luar negeri, kita akan
bertemu dengan orang asing dari berbagai dunia. Yang Mirza rasakan ketika
tinggal di Amerika adalah orang–orangnya memiliki sifat liberalis yaitu
terbuka. Bahkan dengan orang baru mereka sangat terbuka. Hal ini juga memberi
kenyaman bagi mereka yang baru mengenal lingkungan di Amerika.
Namun, ada bebarapa orang yang tertutup tetapi lebih
dominan terbuka. Karena mereka memiliki sifat yang berbeda–beda. Untuk
kehidupan anak muda sendiri, seperti yang ada dalam film–film Hollywod, mereka
lebih suka mengadakan pesta dan berhura–hura. Kehidupan seperti itu pastinya
sangat berbeda dengan kebudayaan di Indonesia yang mayoritas orang tidak suka
berhura–hura.
Orang–orang Amerika memiliki etos kerja yang tingggi.
Dimana kedisiplinan, kepatuhan dan tepat waktu adalah hal yang wajib ada dalam
diri mereka. Saat kami bertanya tentang etos kerja orang–orang Amerika di sana,
Mirza menyebutkan para mahasiswanya mengerjakan tugas kuliah dengan semangat
dan perasaan senang. Karena, ketika mereka kuliah, jurusan yang mereka ambil
memang benar–benar atas dasar kemauan dan minat mereka. Bukan karena desakan
dan kemauan orang tuanya.
Jadi ketika sekolah mereka memang benar–benar
serius. Meski ada beberapa karena
kemauan orang tua, tetapi mereka tetap menjalankannya dengan serius dan
sungguh–sungguh. Jadi, mereka menjalankannya dengan sepenuh hati. haI ini
adalah dampak dari budaya mereka yang terbuka.
Bagi Mirza, dia tidak mengalami kesulitan dengan
makanan karena dia bukan orang muslim. Jadi, makanan apa saja bisa disantap
tanpa rasa kahawatir. Tapi hal ini tentunya berbeda bagi mereka yang beragama
muslim.
Mirza sendiri sering membeli bahan makan sendiri lalu
memasak makanan Indonesia bersama teman-temannya. Menurut Mirza, memasak
sendiri sangat membantu penghematannya. Hanya dengan memasak satu hari, makanan
tersebut bisa bertahan untuk 3 hari. Terutama masakan rendang yang sudah
terkenal akan awet meskipun disimpan berhari–hari.
Kemudian, berbicara tentang olahraga, saat ini, Mirza
lebih menyukai American football. Olahraga yang paling banyak diminati adalah
football, baseball dan basketball. Beberapa olahraga ini memang sangat terkenal
di Amerika. Banyak orang sana yang menyukainya baik terjun langsung sebagai
pemain maupun sebagai penonton yang menikmatinya.
Selama tinggal di Amerika, Mirza pernah mengunjungi
Universal Studio. Mirza hanya menjelajahi beberapa saja ruangan untuk membuat
proses shooting. Hal ini juga didukung dengan adanya hampir setiap kota
memiliki gedung bioskop. Di Port Angles sendiri terdapat 2 gedung bioskop.
Saat ditanya mengenai mengapa kuliah di Amerika,
Mirza bercerita, pada awalnya ia ingin kuliah di Indonesia mengambil jurusan
teknologi pangan. Namun, menurutnya dan orang tuanya, kurikulum untuk jurusan
tersebut belum mumpuni. Ibunya merekomedasikan Mirza untuk kuliah di Amerika
karena nantinya akan lebih mendapatkan manfaat ilmu.
Sebelum memilih ke Amerika Mirza memilih ke Australia
karena jaraknya yang tidak jauh dari tanah air. Namun, pada saat itu Amerika
sedang mengalami krisis moneter dan harga dollar turun. Kesempatan ini akhirnya
dimanfaatkan Mirza dengan baik. selain itu, di Amerika mereka memiliki research
yang lebih banyak dan disana akan mendapatkan ilmu yang lebih.
Pertama kali datang ke Amerika, Mirza datang bersama
orangtuanya. Saat pertama datang, kehlian bahasa Inggrisnya tidak begitu
lancar. Sebelum ke Washington State, Mirza memilih ke Alabama terlebih dahulu
untuk mempelajari bahasa inggris dengan baik. Di Alabama, dia diajarkan
speaking, listening dan lainnya. Saat masih di Indonesia Mirza sudah belajar
bahasa inggris, namun kemampuan untuk mempraktekannya masih sangat kurang
sehingga dia harus belajar lagi.
Semenjak tinggal di Amerika Mirza baru pulang ke tanah
air pada tahun 2012 setahun setelah dia di Amerika. Akibat harus menyesuaikan
budaya disana, Mirza mengalami perubahan dalam dirinya yang sekarang memiiki
sedikit sifat liberal.
Belajar di Amerika juga berbeda, dimana dosen selalu
mendorong mahasiswanya untuk selalu belajar. Mereka mangajarkan bila ingin
berhasil harus belajar kalau tidak belajar resiko akan ditanggung sendiri.
Banyak kebiasaan Mirza yang berubah setelah hidup
jauh dari orang tua dan berada di negara asing. Contohnya adalah kebiasaan
untuk membuang sampah sendiri, setelah makan harus dibersihkan sendiri dan
lebih mandiri. Perubahan ini juga melekat saat dia pulang, saat dirumah dia
benar–benar membuang sampah pada tempat.
Pernah ketika itu Mirza pergi dengan ayahnya, saat
ayahnya membuang sampah sembarang, Mirzalah yang memungut sampah tersebut lalu
dibuang ketempatnya. Memang perubahan yang perlu dicontoh.
Berikut ada beberapa pesan dari Mirza buat kamu yang
akan menuntut ilmu di Amerika.
Persiapkan bahasa Inggris dan persiapkan mentalnya
dengan baik
Mirza menyarankan untuk mempersiapkan bahasa inggris
dengan baik agar setelah berada di Amerika lebih mudah untuk beradaptasi.
Persiapkan mental belajar karena disana ada banyak hal menarik yang akan
menggoda minat belajar kalian.
Buat kamu yang tidak bisa tidur tanpa guling,
sebaiknya membawa dari Indonesia karena di sana tidak ada guling. Kamu akan
belajar banyak tentang toleransi dan hal –hal baru. Tetaplah mandiri meski
kalian sudah dibantu orang tua dari belakang. Karena disana kalian akan belajar
hidup mandiri. Kalian jarang bertemu langsung dengan keluarga. Komunikasi hanya
bisa melalui skype, telefon dan media sosial lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar