Sabtu, 19 November 2016

Yuk kuliah ke Jepang. Berhasil Menggaet 2 Beasiswa Kuliah di Jepang Sekaligus! Begini loh PERJUANGAN CAHYO.,

Kali ini ada kisah menarik dari Gifu, Jepang. Cerita ini berasal dari alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta yang saat ini sedang menempuh studi masternya di Gifu University, Jepang. Kayak apa sih ceritanya?


kenalin nih nama saya Cahyo Wisnu Rubiyanto. Kalau asli saya dari Jakarta, tapi kemarin waktu S1 saya kuliahnya di Universitas Sebelas Maret Surakarta, pastilah kalian tahu itu dimana, soalnya universitasnya terkenal, hehehe. Saat ini saya sedang menempuh studi master saya di Gifu University, Jepang. Jurusan yang saya ambil adalah Field Ecology dan masuk dalam Applied Biological Science Faculty.

Memilih Tempat Kuliah 

Biasanya teman-teman lain memilih kuliah berdasarkan jurusan, universitas, terus negaranya. Nah, untuk saya sendiri punya cara berbeda. Hal yang paling mendasari saya memilih tempat kuliah adalah lingkungan di sekitar kita nantinya. Saya memilih bagaimana saya nanti bisa hidup. Maksudnya, bagaimana ketersediaan tempat ibadah dimana saya bisa berdoa dan mengadu kepada Allah SWT dan adakah makanan halal di sekitar tempat tinggal saya yang bisa saya makan. Setelah itu saya dapatkan, baru saya mencari peluang beasiswa dan memilih professor dengan jurusan yang sesuai keinginan saya.

Jurusan dan Peluang di Masa Depan

Tentunya pada saat memilih kampus ataupun jurusan, saya melakukan riset terlebih dahulu. Setiap mahasiswa atau pelajar yang sudah kuliah di luar negeri sebelumnya pasti melakukan hal ini. Dalam riset ini, saya mencari sebanyak-banyaknya info baik negara, cuaca, lokasi, akses transportasi, keadaan masyarakat, makanan, jurusan yang bagus, fasilitas kampus, materi kuliah, dan lain sebagainya.

Selain itu, di tempat ini saya bisa kuliah sambil memperdalam ilmu agama karena di sekitaran kampus terdapat masjid. Minimal untuk saya sendiri tidak ketinggalan solat jumat.


Pada awalnya, saya meihat peluang yang baik untuk saya ke depannya ada di Gifu University. Kenapa? Di Gifu University, saya tidak hanya akan menempuh studi master saja, namun juga bisa lanjut ke jenjang PhD. Setelah itu saya ingin menjadi dosen.

Perjuangan Mendapatkan Beasiswa!

Sampai saat ini saya selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepada saya. Kali ini saya benar-benar merasa beruntung sekali karena berhasil mendapatkan 2 program beasiswa sekaligus. Beasiswa ini memiliki sifat yang berbeda. Satu beasiswa menanggung uang masuk dan kuliah + SPP Gratis untuk memulai Master di bulan April 2017. Beasiswa ini dari BWEI (Basin Water Environmental Leader). Untuk beasiswa kedua, saya dapat dari International Program Gifu University. Sifat dari beasiswa ini mengcover biaya hidup sebesar 30.000 yen setiap bulannya dan dimulai dari Oktober 2016 kemarin.

Menerima beasiswa dari 2 program ini sempat membuat saya dilema karena saya juga harus menjalankan 2 program yang saling beriringan. Namun saya tetap berusaha semaksimal mungkin karena semua ini memudahkan saya dalam menuntut ilmu dan tinggal di Jepang, dengan biaya hidup dan kuliah  semua sudah di tanggung sejak Oktober 2016.


Untuk mendapatkan beasiswa ini saya melalui perjalanan yang cukup panjang. Saya harus datang 2x ke Jepang untuk sekalian mencari professor dan untungnya saya dibantu oleh teman saya sampai dengan pembuatan research plan sambil bekerja fulltime saat itu. Jika dihitung-hitung saya membutuhkan waktu 3-4 bulan untuk mempersiapkan research plannya.

Dalam proses mendapatkan beasiswa pasti ada hal-hal yang menjadi tantangan, hambatan, dan masalah. Tapi sebagai pemuda Indonesia yang memiliki mimpi lebih kuat daripada segalanya, saya terus mencoba-mencoba dan berusaha sebaik mungkin. Dari semua tantangan yang ada, dua hal yang paling menantang, pertama pada saat mencari profesor yang sesuai dan mau menerima saya sebagai calon mahasiswanya serta membuat rencana penelitannya. Hal inilah yang menurut saya paling krusial untuk apply beasiswa di Jepang. Setelah itu dipegang, Insya Allah kedepannya lancar dan mudah.

Tantangan yang kedua adalah permintaan dari profesor untuk membuat research plan yang baru, karena research plan saya menurut profesor tidak menarik. Hal ini membuat saya harus berpikir ulang dan keras untuk dapat menemukan ide. Perlu diketahui bahasa untuk kuliah di Jepang, tidak terlalu mementingkan bisa bahasa Inggris. Saya di sini dituntut bisa bahasa Jepang, dan sekarang sedang disekolahkan bahasa Jepang seminggu 4 kali pertemuan.  Jadi saya hanya mengikuti persyaratan yang diminta dari pihak beasiswa, yaitu TOEFL.

Bahasa ini sangat penting, karena sehari-hari kita selalu bergaul baik mahasiswa, dosen, atau teman-teman lainnya. Salah satu cara saya untuk beradaptasi adalah dengan banyak bergaul teman dari Jepang agar dapat berkomunikasi, mengikuti bagaimana mereka belajar, berbicara, jika kesulitan saya pasti bicara sama Sensei (dosen) karena sensei yang selalu bisa membantu atau sama senior orang Indonesia yang lebih berpengalaman. Nah enaknya kalau di sini itu, teman-teman Jepang atau anak muda di Jepang mereka friendly. Terus kalau mahasiswa asing mereka juga baik banget, karena kita di sini sama-sama sebagai perantau dan merasa satu nasib. Perbedaan budaya itu yang membuat kita semakin kenal dan dekat.

Ada satu hal yang harus kamu tahu juga sebelum kuliah dan tinggal di Jepang, yaitu tempat tinggal. Nah, sebaiknya kamu mencari tempat tinggal terlebih dahulu. Saya bisa terbilang beruntung karena bisa mendapatkan asrama di kampus, tepatnya di international house yang mirip dengan apartemen. Selain itu, semua prosedur sudah diurus ketika saya sudah menerima beasiswa. Jadi ketika saya datang ke Jepang tinggal ambil kunci saja.



Kemudian sekarang masuk ke biaya hidup selama kuliah di Jepang. Kalau menurut pengalaman, biaya paling besar ada di internet dan tempat tinggal. Kalau untuk urusan makan bisa disiasati dengan memasak, transportasi disiasati dengan sepeda. Selain itu, kita jusa bisa kerja part time biar punya pemasukan tambahan. Tips dari saya buat temen-temen yang mau kerja part time mungkin bisa bekerja sesuai dengan kemampuan atau keahlian yang dimiliki saja. Misalnya kayak saya, sekarang bekerja mengajar part time untuk anak-anak.

Bekerja part time merupakan salah satu cara untuk kita belajar lebih banyak tentang Jepang. Bisa juga menjadi sarana menyamarkan rasa kangen kita sama Indonesia. Buat temen-temen yang  udah kuliah di luar negeri pasti pernah merasakan hal ini, dan buat yang mau kuliah ke luar negeri harus siap-siap ngerasain hal kayak gini. Nah, saya sendiri kalau ngerasa kangen sama masakan Indonesia biasanya sering mencoba belajar masak masakan Indonesia, kalau kangen sama keluarga atau teman biasanya telepon pakai video call lewat LINE. Selain itu juga, saya aktif mengikuti acara PPI, setiap jumat malam  kami mengaji bersama di masjid, selain membuat pikiran dan hati tenang, kangen pun terobati.



Oh iya tips lagi buat temen-temen yang merasa bosan dengan kegiatan sehari-hari mungkin bisa menjadikan traveling sebagai obat penawarnya. Karena saya masih belum banyak waktu luang, sampai saat ini saya baru berkeliling sekitar kota Gifu saja.

Peran “Memiliki pengalaman kuliah di luar negeri” Dalam Dunia Kerja!

Menurut saya, dengan saya kuliah ke Jepang ini akan memiliki dampak yang besar kedepannya. Terlebih lagi, Jepang merupakan negara dimana teknologi mampu berkembang berdampingan dengan budaya. Selain itu pastilah nanti kita bisa berbahasa Jepang, atau jika di negara lain pasti bisa bahasa asing minimal bahasa Inggris. Nah, kalau sudah memiliki kemampuan bahasa yang notabene penting untuk komunikasi, pasti banyak yang siap menerima kita menjadi karyawan, ditambah lagi ilmu yang kita dapatkan dari dunia perkuliahan. Jika nantinya membangun bisnis pun bisa mencari investor dari Jepang.



Untuk hal positif yang didapatkan ketika kuliah di Jepang, jika kita mendasarkan hal ini pada keadaan di Indonesia yang masih menganggap bahwa lulusan luar negeri itu punya nilai plus, otomatis bisa menjadi lebih percaya diri. Namun kepercayaan diri ini tetap didukung dengan kerja keras, disiplin tinggi, dan bertanggung jawab. Saya suka sekali dengan attitude-nya Jepang. Selain itu, ketika pulang nanti saya bisa berbagi ilmu yang saya pelajari dengan mengajar, kemudian bisa menjadi peneliti, dan membuka usaha.

Tips Buat Teman-teman di Indonesia yang Ingin Kuliah di Jepang!

Semangat dan fokus! Buat yang baru lulus jika fokus mau kuliah lagi fokuslah, yang sudah terlanjur kerja, ingin sekolah lagi bagus, tp jangan keluar kerjaan jika belum pasti dapat. Karena experience kerja di sini juga bisa jadi pertimbangan untuk menerima beasiswa. Paling tidak 1 – 2 tahun pengalaman. Konsekuensi harus bisa bagi waktu kerja dan belajar. Professional. Hal yang paling penting adalah berusaha terus pantang menyerah. Masalah hasil harus tawakal. Semangat.

Oke..Terima kasih banyak Cahyo sudah mau berbagi  ! Semoga studinya lancar sampai lulus nanti :)
Narasumber     : Cahyo Wisnu Rubiyanto
Reporter           : Anisa Obstetriana
Editor                : Imam Sulton Assidiq








yuk Persiapkan Bahasa Inggrismu dari sekarang. Nah jangan khawatir jika kamu mempersiapkan dari sekarang kamu akan mudah menghadapi tantangan masa depan, khusus untuk kamu yang tinggal di Lhokseumawe Ini Dia Kursus Privat & Group di Lhokseumawe. Yuk segera ikuti programnya, karena cuma di Cambridge School Lhokseumawe yang hanya mengadakan Program khusus Remaja dan Dewasa,

“2 Bulan Bisa Bahasa Inggris” .

Dengan Target dalam 2 Bulan peserta akan di latih :
1. Menguasai Grammar    
    Dasar.

2. Menguasai minimal 1000 
    Kosa kata Bahasa inggris

3. Menguasai tehnik 
     membaca, menulis, 
     Berbicara dan mendengar.

4. Menguasai tehnik 
     presentasi bahasa Inggris

5. Menguasai tehnik 
      menjawab interview kerja.

Keuntungan lainnya yang anda dapatkan setelah mendaftar:

1. Materi Ajar Berdasarkan Cambridge University & British Council

2. Gratis konsultasi 24 jam

3. Gratis Mengikuti kelas Percakapan / Conversation class.

4. Terdaftar dalam komunitas, Lhokseumawe Cambridge English Community.

5. Gratis Modul/ Materi-materi Bahasa Inggris.

6. Dan jika anda masih “Gagal” maka kami beri kesempatan untuk Mengulang secara Gratis.

Informasi dan Pendaftaran Hubungi: 082367152233
pin BB: 5228766C


Yuk persiapkan kemampuan Bahasa Inggris dengan Baik, Cambridge Lhokseumawe dengan senang hati akan membantu kamu. Segera dapatkan kesempatan kursus privat dilatih dari Dasar Jaminan Sampai Lancar.
Mau tahu info lengkap lainnya?

Datang langsung ke Jalan air bersih / jln Karimuddin Hasballah , ruko no 41, disamping mitra klinik, (bisa lewat jln Peutua Ibrahim dekat Kantor RRI pajak inpres) pas di simpang empatnya trus belok kiri, atau telfon aja ke nomor :
0823 6715 2233 ataupun ke nomor
0823 6493 9007 untuk ikut kelas dengan penawaran menarik sekarang juga!














Jumat, 18 November 2016

Segera Raih Beasiswa ke Inggris, simak Pengalaman SYAFIRA FITRI AULIYA: Awalnya Takut Sama Bahasa Inggris, Tapi Akhirnya Berhasil Kuliah di Edinburgh, Inggris

Halo Fira!

Senang akhirnya punya kesempatan buat wawancara salah satu teman lama yang sekarang dapat kesempatan kuliah di luar negeri : )


Saya biasa dipanggil Fira, dari Syafira Fitri Auliya. Sebagian SD, SMP, dan SMA saya lewatin di Yogya tapi waktu kuliah diusir Ibu ke luar kota, ga boleh kuliah di Yogya, biar mandiri katanya. Sehingga saya menjalani sarjana di Teknik Informatika ITB. Sekarang saya kuliah master di jurusan Science and Technology in Society, School of Social and Political Science di University of Edinburgh, UK.

Waktu SMA, saya berkesempatan ikut OSN Komputer dan mengalami bahagianya bikin-bikin program di komputer sehingga mengambil jurusan Teknik Informatika ITB. Saat masa kuliah, seperti halnya semua orang, saya melalui masa pencarian jati diri sampai akhirnya menemukan apa yang saya ingin lakukan di masa depan. Bahkan pada saat sedang idealis-idealis-nya, saya pernah berkeinginan menjadi anggota DPR-RI hehe sehingga melakukan internship di Sekretariat Jenderal MPR-RI dan tugas akhir saya-pun tentang DPR-RI.

Tapi seiring berjalannya hari dan meningkatnya kesadaran akan kelebihan-kekurangan diri, saya memutuskan untuk di masa depan mengambil peran untuk berada di dalam lembaga eksekutif pemerintahan; lebih spesifiknya sebagai bagian pembuat kebijakan bidang teknologi karena saya suka banget mengaji berbagai aspek dalam pembuatan kebijakan. Saya tertarik dalam bidang kebijakan karena percaya bahwa dengan kebijakan yang tepat, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan sangat teramplifikasi :)


Namun berhubung berasal dari jurusan teknik dan merasa masih sangat kurang dalam aspek non-teknikal (kebijakan publik, human behaviors, pengaruh politik, ekonomi, dll) dalam pengambilan kebijakan, maka saya butuh untuk melanjutkan pendidikan mempelajari hal-hal tersebut. Alhamdulillah jurusan yang saya jalanin sekarang mengajarkan itu.

Proses Awal Kuliah ke Luar Negeri

Seperti hampir semua orang, proses hingga saya memulai perkuliahan di Edinburgh ga mulus begitu saja. Saya awalnya berkeinginan (dan sudah dalam proses pendaftaran) untuk melanjutkan kuliah di jurusan Ekonomi Pembangunan UGM, Yogyakarta. Tapi, penasehat nomer satu saya, Ibu, merasa saya butuh untuk mencari ilmu di tempat yang lebih jauh lagi. Setelah debat panjang lebar sama beliau, akhirnya saya menyerah (karena restu orang tua nomer satu) dan setengah hati mengganti rencana studi di luar negeri. Sebenernya kalau boleh jujur, alasan utama saya tidak mau melanjutkan kuliah di luar adalah karena keterbatasan saya dalam berbahasa Inggris. Bahasa Inggris selalu jadi ‘momok’ yang saya takuti dan hindari hehehe (saya akan cerita lebih lengkap di bawah).

Singkat cerita, saya mendaftar di tiga universitas yang menawarkan program studi yang saya butuhkan. Informasi tentang mereka didapat dari konsultasi dengan teman di satu field, senior di universitas yang sama, dan terutama rajin-rajin mencari di Google. Alhamdulillah, tiga universitas tersebut yakni University of Edinburgh, University of Manchester, dan University of Southampton memberikan acceptance-nya walau University of Manchester (UoM) baru mengeluarkan conditional acceptance karena nilai IELTS writing saya kurang 0.5 dari yang mereka syaratkan. Padahal justru UoM yang jadi tujuan utama saya karena mata kuliah yang mereka tawarkan paling linear dengan ilmu yang saya butuhkan. Sehingga saya terus dan terus mengambil tes IELTS demi mencapai nilai writing yang mereka minta.

Tapi ternyata, pada percobaan keempat, saya dipaksa memahami bahwa walau usaha maksimal adalah wajib, pada titik tertentu kita harus sadar bahwa ada tanda dari Tuhan kalau mungkin “rezeki-ku bukan di sini”. Saya belajar untuk berhenti, sehingga akhirnya mengambil tawaran dari University of Edinburgh (keputusan yang sama sekali tidak saya sekali!).

Kalau ditanya mana yang lebih penting: ranking universitas, negara, jurusan, atau beasiswa dalam mencari universitas, saya bilang jawabannya “tergantung kebutuhan”. Saran saya ke setiap orang akan berbeda tergantung circumstances dan apa yang dia tuju di masa depan. Tapi generally saya akan bilang untuk jenjang master yang paling penting adalah keterhubungan mata kuliah yang ditawarkan dengan ilmu yang kita cari. Ranking universitas juga boleh jadi rujukan, tapi lebih utamakan ranking fakultas atau jurusannya.

Perjuangan Mendapatkan Beasiswa LPDP

LPDP menjadi bagian dari rezeki saya. Dari awal saya sadar bahwa track-record akademik saya nggak sekinclong seharusnya (IPK lulus cuma 3.04, syarat LPDP minimal 3.00), sehingga coba maksimalin di komponen lain. Alhamdulillah selama kuliah saya punya beberapa pengalaman organisasi yang cukup bisa menjadi daya tawar dan berhubungan dengan jurusan tujuan kuliah; tetapi hal itu aja ga terasa cukup sebagai kompensasi IPK minim ini.

Berhubung bidang yang akan saya geluti adalah bidang pemerintahan bagian kebijakan teknologi, saya mencoba mencari pengalaman kerja di bagian tersebut. Saya hubungin senior panutan saya, Kak Emil Fahmi Yakhya, yang bekerja di Dewan Smart City Kota Bandung untuk menanyakan apakah ada peluang di sana. Saya dibawa Kak Emil untuk rapat dan lain-lain di kegiatan Smart City tersebut hingga diikutkan di proyek kajian Smart City Kota Bandung yang diadakan oleh BAPPEDA Kota Bandung. Setelah itu, saya juga terlibat di kajian Infrastruktur TIK Kota Bandung yang diadakan oleh Diskominfo Kota Bandung sehingga mendukung argumen kalau saya punya pengalaman/pengetahuan di jurusan yang akan saya geluti.

Jadi, kalau udah sadar ada kelemahan yang ga bisa diapa-apain lagi (seperti IPK), kita ga punya hak buat males dan pasrah tanpa mengusahakan yang masih bisa kita kejar. Anyway, saya pernah menulis lebih panjang tentang kisah dan tips tes LPDP di blog www.herephy.wordpress.com.


TOEFL atau IELTS?

Saat mendaftar LPDP, saya memakai TOEFL ITP karena murah hehe. Untuk pendaftaran universitas saya memilih IELTS karena lebih nyaman berkomunikasi dengan manusia dibanding dengan komputer seperti halnya TOEFL iBT.

Untuk mencapai skor ITP 550 yang disyaratkan LPDP, saya perlu dua kali tes. Metode belajar saya dengan memanggil guru privat selama seminggu dengan durasi setiap harinya selama delapan jam. Tes pertama saya mendapat 547. Berhubung hasil tes pertama tersebut super tanggung, sebelum tes kedua saya tiga hari berturut-turut ngambil prediction test dengan nilai 547, 565, dan 587. Hasil real real tes saya yang kedua 569. 



Kalau IELTS, lebih gencar perjuangannya. Saya les di tiga tempat: TBI Bandung kelas khusus IELTS, Real English Yogya, dan memanggil guru privat untuk academic writing. Saya-pun intensif belajar sendiri sampai sering jadi orang terakhir yang pulang dari perpustakaan. *orang bodoh ga boleh males*

Hasil dari empat kali tes saya adalah Reading 9 – 9 – 8.5 – 7.5, Listening 6 – 6.5 – 6.5 – 6.5, Speaking 6 – 6 – 6 – 6, dan Writing 6 – 6 – 5.5 – 5.5. Sehingga overall saya dari tes pertama hingga keempat adalah: 7 – 7 – 6.5 – 6.5.

Pada saat tes pertama, saya kaget karena nilai yang didapat lebih tinggi dari ekspektasi. Begitupun setelah menerima hasil tes kedua masih optimis karena nilainya naik. Di test ketiga, saya sengajain datang ke Bandung karena percaya dengan selentingan bahwa B* Bandung ngasih nilai speaking dan writing lebih “baik hati” dibanding tempat lain (yang ternyata sama sekali ga terbukti haha). 



Setelah melihat hasil tes keempat, saya berada di persimpangan: antara mencoba lagi demi mencapai nilai writing yang kubutuhkan atau tersadar bahwa, setelah mengusahakan usaha maksimal yang saya bisa, inilah saatnya saya disuruh berhenti sama Allah. Setelah perenungan dan diskusi, saya memilih opsi kedua. Kalau boleh jujur, saya belum pernah mengalami harus memilih Plan B untuk pendidikan jadi awalnya ada protes-protes ke Yang Maha Merencanakan “kok saya ga dapet apa yang saya mau sih Tuhan? Kan udah usaha maksimal!”, tapi ternyata setelah dijalani selama dua bulan di Edinburgh, saya bersyukur telah memilih opsi ini :)


Walaupun saya ga berhasil, bukan berarti ikhtiar test berkali-kali itu selalu sia-sia. Semua temen seperjuangan saya yang test 4-5 kali berhasil kok mencapai nilai incaran mereka. Dua orang temen berhasil menaikkan speaking dan writing dari 6.0 menjadi 6.5 dengan empat kali usaha. Bahkan ada temen berhasil naikin writing dari 4.5 jadi 8.0 dan speaking 5.0 jadi 7.0 dengan lima percobaan. Don’t worry.

Tahapan Paling Menantang

BAHASA! Seperti yang saya sebut di atas, saya sebenernya takut sama bahasa Inggris. Ini juga jadi salah satu alasan saya kuliah di Edinburgh sih. Kalau breaking my limit ga usah tanggung-tanggung sekalian di kota dengan aksen Inggris kental aja.


Cara Beradaptasi Versi Fira


Setelah berusaha mempersiapkan apa yang bisa kita siapkan, cuma satu yang bisa dilakuin: jalani aja. Kondisi saya agak unik sebenernya karena dari jurusan teknik lompat ke jurusan political and social science sehingga banyak banget pola pikir dan pengetahuan yang perlu saya kejar. Tapi ternyata sampai saat ini, saya masih merasa baik-baik aja walaupun usaha pastinya lebih keras dibanding saat kuliah sarjana.


Beda dengan waktu S1 yang hampir ga pernah baca, apalagi beli, buku cetak, di sini saya harus membaca paper/buku hingga 200 halaman perhari. Di hari-hari awal, tentu keteteran. Tapi sekarang (1,5 bulan setelah mulai kuliah) udah mulai bisa ngebikin ritmenya kok. Saya udah bisa memperkirakan kecepatan baca dan kapan harus ngebagi waktu untuk baca paper-nulis essay-kegiatan sosial-dan target pribadi lainnya. Saya biasa tidur cepat di sini, sekitar jam 22 udah tidur, supaya bisa bangun jam 3 pagi karena otak saya paling bekerja di jam-jam segitu.
Tantangan lain adalah diskusi kelas, karena mata kuliah – mata kuliah yang saya ambil formatnya student oriented jadi pasti ada satu jam waktu untuk waktu diskusi. Naah sebagai orang ber-speaking-listening minimum, udah biasa banget waktu berbicara saya dikomentari  “sorry? What do you mean?” “can you repeat it again?”. Bahkan kalau lagi diskusi dengan native yang logatnya kental (dan ngomongnya cepeeet banget berasa satu paragraf ngomong tanpa narik nafas), saya sering cuma bisa ketawa dan sok tau bilang “oh yeah I agree” karena ga nangkep mereka bilang apa (terus diliatin dengan aneh karena jawaban saya ternyata ga nyambung hahahaha).

Kalau lagi ada kesulitan ada temen-temen Indonesia, flatmates mahasiswa internasional, maupun temen-temen sejurusan yang bisa dimintain bantuan. Seperti pada saat terserang measles (campak) di sini, saya diisolasi ga boleh berinteraksi dengan orang lain selama sekitar seminggu sehingga bahkan ke dapur untuk membuat makanan-pun ga bisa. Pada saat itu, temen-temen bergiliran dateng ke flat nganterin makanan di depan pintu kamar.


Karakter Mahasiswa Internasional


Temen-temen sekelas saya ada yang udah pernah ngambil master empat kali, ada yang udah pengalaman kerja puluhan tahun, ada yang lulusan universitas lima besar dunia, bahkan ada yang seusia Bapak saya. Tapi mereka baik-baik banget. Mereka tau kalau kemampuan bahasaku terbatas, jadi bersabar nunggu sampai saya selesai ngomong. Kalau ngobrol, mereka juga sengaja pelanin kecepatannya. Jadinya, saya udah masa bodoh sama ketidakmampuan bahasa ini. Yang penting berusaha ngomong, karena mereka menghargai itu. Walau sering kali yang saya bicarakan tak terlalu berbobot karena kemampuan critical thinking juga kalah, saya udah ga peduli. Namanya aja lagi belajar.

Mahasiswa di sini juga sangat menghargai perbedaan. Setelah saya jelasin kalau ga makan daging non-halal, setiap kali makan mereka ngajaknya ke restoran halal/for vegetarian. Berhubung saya satu-satunya orang Islam di jurusan, mereka juga sering nanya-nanya tentang Islam ke saya. Sayangnya, saya terlewat untuk memperdalam pengetahuan agama sebelum berangkat jadi banyak pertanyaan mereka ga belom bisa dijawab dengan memuaskan. Seperti saat ngebahas fenomena intersex people, saya ga bisa ngasih jawaban gimana agama Islam menyikapi fenomena ini.

Akomodasi dan Biaya Hidup

Kalau untuk saya yang enggan ribet ngurus bills dan enggan menempuh jarak jauh dari kampus, lebih baik pilih student accommodation. Harga memang lebih mahal, tapi menurut saya totally worth it karena sudah termasuk segala tagihan, shared-kitchen beserta peralatannya yang dibersihin setiap minggu, kamar mandi dalam yang dibersihin setiap dua minggu, dan setiap ada masalah dengan fasilitas flat tinggal hubungin pihak pengelola. Untuk memesan student accommodation, lakuin jauh-jauh hari karena di bulan-bulan mendekati September pasti udah penuh. Saya sendiri dapet akomodasi pilihan keempat karena baru apply sekitar bulan Juni.

Tapi kalau memang tertantang untuk hidup seperti penduduk lokal, belajar ngurus bills, dan ga keberatan dengan jarak tempuh lebih jauh demi menabung maka private accommodation bisa jadi pilihan. Cara pemesanannya bisa dengan cek di website seperti http://www.rightmove.co.uk dan begitu ada yang menarik hati lanjutkan komunikasi dengan landlord-nya. Jangan lupa hati-hati kalau lagi komunikasi gitu, pastiin si landlord-nya valid dan bukan scamming.
Harga akomodasi normal untuk di Edinburgh sekitar £350 – £600 perbulan. Akomodasi. Saya mengeluarkan £550 sebulan untuk akomodasi. Berdasarkan catatan pengeluaran (saya nyatat pakai aplikasi “Money Lover” di HP, cobain deh!), pengeluaran lain yang signifikan di bulan kemarin adalah makanan (termasuk makan di restoran dan beli bahan masakan) £130.29, transportasi £11, pulsa HP £10, dan keperluan akademik (beli buku dkk) £101. Pihak universitas juga ngasih estimasi living cost bagi student yang bisa dilihat di sini (http://www.ed.ac.uk/studying/international/finance/cost-of-living)
Pemasukan Tambahan

Kontrak yang kami tanda tangani ga membolehkan penerima beasiswa LPDP untuk bekerja selain pekerjaan yang berhubungan dengan akademik sehingga kami ga bisa mencari pemasukan tambahan dari pekerjaan seperti di restoran. Tapi, temen-temen yang sponsornya ga melarang bisa dapat pemasukan tambahan dengan menjadi partisipan di research atau jadi contributor di media kampus. Renumerasi yang didapat, kalau rajin, lumayan bisa nutupin biaya makan :)  


Kalau Kangen Indonesia

Masakan simple seperti bakwan jagung + sambal bawang, mie jawa, atau tempe mendoan masih bisa masak sendiri karena bahannya juga tersedia. Tapi kalau untuk makanan yang persiapannya ribet seperti pempek atau gudeg, kami biasanya pesen dari Tante Didi. Beliau buka jasa katering makanan Indonesia dan makanannya enak-enak banget. Selain dari beliau, pada saat acara PPI UK yang besar seperti Nusantara Cup di Newcastle kemarin juga banyak banget stand makanan Indonesia yang ngejual dari pempek sampai Sambal Bu Rudy.


Kalau kangen dengan orang-orang di Indonesa, saya biasanya memakai Skype, FaceTime, atau WhatsApp Call dengan orang tua dan temen-temen. Tapi sejujurnya saya belum pernah ngerasain home sick sih di sini; mungkin karena udah terbiasa merantau waktu kuliah di Bandung. Walau komunikasi juga jarang karena perbedaan zona waktu, yang terpenting saya tau kalau orang-orang penting saya baik-baik aja, dan mereka juga tau kalau saya baik-baik aja.


Kegiatan di Luar Kuliah

Kalau untuk organisasi formal, tidak sama sekali karena udah beda fokus hehe. Kegiatan lain di luar akademik yang rutin cuma badmintonan seminggu dua kali, sosialisasi, dan mengejar pencapaian-pencapaian pribadi lain yang udah jadi target saya. Selagi masih kuliah dan punya jadwal yang lebih teratur dibandingin kalau kerja, banyak hal yang pengen saya eksplor.

Traveling!

Edinburgh salah satu kota paling cantik yang pernah kulihat, dan kabarnya salah satu yang paling menarik se-UK juga; jadi nge-ekplorasi kota ini ga ada bosennya! Kalau ke luar kota, saya baru ke Leith dan Newcastle aja. Liburan natal besok yang insyaAllah bakal lebih jauh eksplorasinya :)

Peran ‘memiliki pengalaman kuliah di luar negeri’ Untuk Dunia Kerja

Hmmmm… saya sebenernya pengen bilang “ga ada bedanya pernah kuliah di luar negeri atau dalam negeri” karena bukan berarti saya yang kuliah di luar negeri bisa lebih berkualitas dari temen yang karena berbagai pertimbangan memilih melanjutkan pendidikan di Indonesia. Tapi harus diakui, pandangan orang Indonesia akan ‘lulusan luar negeri’ masih ‘elit’ sehingga dipandang lebih mampu dan hebat sehingga pasti meningkatkan nilai jual diri pada waktu berkarya di dunia kerja; baik pada waktu seleksinya maupun waktu mengutarakan pendapat. 



Sebagai contoh; salah satu orang terdekat saya yang lulusan sarjana dan master luar negeri direkrut sebagai jajaran eksekutif oleh perusahaan nasional Indonesia selain karena kapabilitasnya tapi juga karena “titlenya sebagai lulusan universitas luar negeri ternama” bisa dijual untuk menarik kepercayaan investor ke perusahaan itu.

Kesan Terhadap Kuliah di Luar Negeri


Banyak orang bilang setelah kuliah ke luar negeri jadi lebih percaya diri, tapi kalau menurut saya jangan sih kalau jadi lebih percaya diri cuma karena kuliah di LN. Tapi kalau jadi merasa nambah ilmu karena udah memahami buku, paper, artikel berjibun dan menulis essay-essay yang dinilai “bagus” oleh dosen sini yang memang pelit nilai, itu pasti. Daya analisa dan berpikir kritis juga harusnya meningkat karena dipaksa untuk selalu mikir (ga cuma memahami) baik saat membaca, menulis, maupun berpendapat. Atau seminimal-minimalnya, kemampuan bahasa Inggris meningkat jadi waktu punya anak bisa lebih fasih ngajarin bahasa Inggris :D

Kecintaan dan optimisme saya akan masa depan Indonesia ga berubah dari sejak tahun-tahun lalu sampai sekarang (walau jadi lebih realistis). Tapi sekarang, berhubung berniat turut andil masuk ke dalam sistem pemerintahan, saya jadi lebih tau apa yang perlu dilakukan saat mendapat amanah membuat kebijakan. Plus bagusnya, iklim belajar di sini membuat saya juga untuk selalu ‘merasa belum cukup ilmu’ karena dari satu bacaan referensinya ke puluhan bacaan lain. Essay-essay saya juga selalu mendapat feedback “referensi belum cukup” sehingga bikin ada keharusan terus dan terus nambah ilmu.

Selain itu, tentunya saya juga lebih jadi bisa menghargai perbedaan baik beda pendapat, beda culture, maupun beda ideologis yang berimplikasi jadi lebih berusaha memperkuat ‘root’ yang positif biar ga tergerus sama pengaruh lingkungan :)

Tips dan Trik Untuk Teman-teman yang Ingin Kuliah ke Luar Negeri!

1) Persiapkan bahasa sebaik-baiknya.

2) Selagi masih merasa bisa ada jalan yang diusahain, g
a perlu banyak excuses dan langsung usahain.

3) Kalau udah ngusahain apa yang bisa kita usahain tapi belom dikasih keberhasilan, coba berhenti sejenak dan cek: “jangan-jangan ini tanda dari Tuhan kalau hal ini memang bukan rezeki kita?”. Pada saatnya, kita bakal tau kok kapan perlu untuk berhenti, kapan perlu untuk terus berusaha :) Rezeki ga akan tertukar dan Gusti Tuhan mboten sare jadi good luck!

Terima kasih banyak Fira sudah mau berbagi.

Narasumber : Syafira Fitri Auliya
Reporter       : Anisa Obstetriana.



Bagi kamu yang ingin meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris Nah jangan khawatir jika kamu mempersiapkan dari sekarang kamu akan mudah menghadapi tantangan masa depan, khusus untuk kamu yang tinggal di Lhokseumawe Ini Dia Kursus Privat & Group di Lhokseumawe. Yuk segera ikuti Programnya, karena cuma di Cambridge School Lhokseumawe yang hanya mengadakan Program khusus Remaja dan Dewasa,

“2 Bulan Bisa Bahasa Inggris” .

Dengan Target dalam 2 Bulan peserta akan di latih :
1. Menguasai Grammar    
    Dasar.

2. Menguasai minimal 1000 
    Kosa kata Bahasa inggris

3. Menguasai tehnik 
     membaca, menulis, 
     Berbicara dan mendengar.

4. Menguasai tehnik 
     presentasi bahasa Inggris

5. Menguasai tehnik 
      menjawab interview kerja.

Keuntungan lainnya yang anda dapatkan setelah mendaftar:

1. Materi Ajar Berdasarkan Cambridge University & British Council

2. Gratis konsultasi 24 jam

3. Gratis Mengikuti kelas Percakapan / Conversation class.

4. Terdaftar dalam komunitas, Lhokseumawe Cambridge English Community.

5. Gratis Modul/ Materi-materi Bahasa Inggris.

6. Dan jika anda masih “Gagal” maka kami beri kesempatan untuk Mengulang secara Gratis.

Informasi dan Pendaftaran Hubungi: 082367152233 Untuk informasi lengkapnya

datang langsung ke Alamat baru kami. Jln Air Bersih (Jln.H,Karimuddin Hasyballah) di samping Mitra Klinik. Teumpok Teungoh, Lhokseumawe.

Nah, sudah mengerti kan dengan penjelasan di atas? Mau nyoba cara belajar yang menarik dan nggak biasa? Jangan khawatir, Cambridge Lhokseumawe akan dengan senang hati membantu. Program belajarnya pun tidak baku, tapi sesuai kebutuhanmu. Jadwalnya fleksibel, kapan aja kalian mau. Bukan hanya itu, kalian juga bisa mengetahui kemampuan bahasa Inggrismu secara GRATIS!

Kami akan membantu kalian belajar bahasa Inggris tanpa rumus, dan bahasa Inggrismu pasti akan terasah jika belajar bersama kami.

Mau tahu info lengkap lainnya? Langsung saja hubungi kami di nomor 082367152233.

Atau langsung ke alamat kami di jalan Air Bersih teumpok Teungoh Lhokseumawe.

Cambridge Lhokseumawe, We are your English solution!



Jumat, 11 November 2016

Beasiswa Program Community College Initiative (CCI)*.

Bagi adik2 kita lulusan SMA, D1, D2, D3 & S1 yang minat belajar selama setahun ke Amerika untuk meningkatkan kapasitas, ini ada

*Program CCIP dari Pemerintah Amerika*

Deadline pendaftaran :

*25 November 2016*

---------------------------------------------------------------------

Bersama ini kami memberitahukan bahwa *AMINEF* kembali membuka pendaftaran

*Beasiswa Program Community College Initiative (CCI)*.

Program pertukaran pendidikan bertaraf internasional ini memberi kesempatan untuk belajar di community college di Amerika Serikat untuk mengembangkan keahlian profesional.

Kami meminta bantuan anda untuk memberikan informasi ini kepada kolega, teman, keluarga serta mendorong mereka untuk mengirimkan aplikasi program ini sebelum batas waktu pendaftaran.

Bagi para alumni tidak diperkenankan lagi untuk mendaftar.Untuk tahun akademik 2017-2018, Bidang-bidang yang ditawarkan dalam program CCI yaitu Pertanian, Teknik Terapan, Manajemen Bisnis and Administrasi,

*Profesi di bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)*, Teknologi Informasi, Media, Manajemen Pariwisata, dan Keselamatan Masyarakat.Jika tertarik untuk mendaftar, peserta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

*--* Telah menyelesaikan pendidikan SMA atau setara;*--* Mempunyai pengalaman bekerja sesuai dengan bidang dalam program yang ditawarkan;

*--* Memiliki kemampuan berbahasa lnggris dengan melampirkan nilai minimal 450 pada tes ITP TOEFL atau IELTS 5.5;

*--* Menyerahkan formulir pendaftaran dan lampiran dokumen pendukung yang dipersyaratkan;

Prioritas diberikan kepada lulusan SMA.

Peserta dengan pendidikan D1, D2, atau D3 boleh mendaftar.

Peserta dengan gelar S1 boleh mendaftar tapi bukan prioritas dengan syarat bidang yang akan mereka ambil di program berbeda dengan bidang studi S1, dan harus berhubungan dengan bidang pekerjaan mereka sekarang.

Peserta yang berstatuskan mahasiswa atau dengan gelar S2 dan S3 tidak di perkenankan mendaftar.

Program beasiswa ini dibiayai penuh dengan menyediakan dana untuk perjalanan pulang pergi ke Amerika; biaya hidup selama mengikuti kegiatan pra-akademik, akademik dan praktek kerja sesuai bidang; biaya kuliah; asuransi kesehatan; dan kegiatan budaya.

Program ini berlangsung selama 1 tahun.

Program beasiswa ini dikelola di Indonesia oleh

*American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF)*

yaitu komisi dwi-bangsa yang mengelola Program Fulbright dan program-program pertukaran pendidikan lainnya yang dibiayai oleh Pemerintah Amerika Serikat bekerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia.

Sehubungan dengan penawaran tersebut di atas, kami lampirkan formulir pendaftaran dari program ini sebagai informasi. Informasi program juga bisa di akses dalam tautan berikut ini:

Community College Initiative Programhttp://www.aminef.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=42&Itemid=42Apabila ada hal-hal yang perlu dijelaskan, silahkan arahkan kandidat untuk menghubungi AMINEF staff di :infofulbright_ind@aminef.or.idatau melalui telepon di021-5793-9085/86 ext. 3023-04307

Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan banyak terima kasih dan selamat berbagi.Salam,

*Adeline Widyastuti*

*Senior Program Officer*




Assalamualaikum..


Cambridge school lhokseumawe kembali membuka kelas 2 bulan bisa bahasa inggris


Untuk angkatan berikutnya. 



kantor dibuka setiap hari, silakan datang langsung ke alamat kami di jalan listrik no 41.


Atau hubungi nomor kami di:


.082364939007 atau 082367152233


Belajar dari dasar , jaminan sampai lancar !



http://kurkursusbahasainggrisdilhokseumawe.blogspot.com/2016/01/kursus-bahasa-inggris-di-lhokseumawe.html





Ini loh Bedanya Miss, Ms, Mrs, dan Mr

Akhir-akhir ini saya seringkali mendapatkan sebutan “Mrs” ketika beberapa murid mengirimkan pesan kepada saya. Wah, syedih ya kalau saya belum menikah dipanggil “Mrs”. Berasa tua banget! LOL.

Syukurnya saya baik hati dan tidak mudah tersinggung. Apa jadinya kalau kalian menulis title “Mrs” kepada tamu asing yang ternyata belum menikah? *oops*. Nah, agar tidak mengalami kesalahan serupa dan membuat seseorang tersinggung, saya bagi sedikit tips untuk menggunakan keempat title di atas serta perbedaannya.

Ms/ Mrs/ Mr dapat juga ditulis sebagai berikut: Ms./ Mrs./ Mr. (menggunakan tanda titik).

Ms dibaca /miz/; Mrs dibaca /misiz/; Mr dibaca /mister/.

Miss = digunakan untuk wanita yang belum menikah.

Ms = digunakan jika kita tidak mengetahui apakah wanita itu sudah menikah atau belum.

Mrs = digunakan untuk wanita yang sudah menikah (statusnya adalah istri seseorang).

Mr = digunakan untuk pria pada umumnya (menikah atau tidak).

Jika kita menulis surat atau email yang ditujukan pada seorang wanita, sementara kita tidak mengetahui status pernikahannya, gunakan ‘Ms’. Penulisan ini dianggap ‘aman’ dan paling sering digunakan ketimbang ‘Miss’. Kadang wanita menikah memilih disebut ‘Ms’ dari pada ‘Mrs’.

Wanita menikah yang memilih menyebut dirinya ‘Ms’ dari pada ‘Mrs’ biasanya dengan alasan emansipasi, mengingat laki-laki tetap menggunakan ‘Mr’ walaupun telah menikah.

Ketika menggunakan ‘Mrs’ pastikan wanita tersebut sudah menikah atau pernikahannya diakui secara publik (tidak disembunyikan).

Semoga informasi tersebut bisa membantu kamu membedakan jenis titel ya, jangan salah lagi!

Mau nyoba cara belajar yang menarik dan nggak biasa? Jangan khawatir, Cambridge School Lhokseumawe adalah Kursus Bahasa Inggris Privat di Lhokseumawe akan dengan senang hati membantu. Program belajarnya pun tidak baku, tapi sesuai kebutuhanmu. Jadwalnya fleksibel, kapan aja kalian mau. Bukan hanya itu, kalian juga bisa mengetahui kemampuan bahasa Inggrismu secara GRATIS!

Kami akan membantu kalian belajar bahasa Inggris tanpa rumus, dan bahasa Inggrismu pasti akan terasah jika belajar bersama kami.

Mau tahu info lengkap lainnya? Datang langsung ke Jl. Listrik Pajak Inpres, Lhokseumawesegera telepon ke nomor (0823 6715 2233) untuk ikut kelas dengan penawaran menarik sekarang juga!

We are your English solution!

Antony Tsaputra Mahasiswa Difabel Peraih Beasiswa S3 di Australia

Antony Tsaputra sekali lagi membuktikan kalau keterbatasan tak akan jadi penghalang untuk menuntut ilmu ke luar negeri. Ia didia...