Minggu, 17 Desember 2017

MUHAMMAD GILANG RAMADHAN: 3 Tips Rahasia Sukses Kuliah di Jepang Pakai LPDP!





Nama saya Muhammad Gilang Ramadhan atau biasa dipanggil Agil asal dari Bandung. Sekarang sedang menempuh studi Master di program Life Science Innovation,  University of Tsukuba, Jepang dengan dengan konsentrasi di bidang Food Innovation. Program ini merupakan salah satu international program di University of Tsukuba sehingga bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggis. Dalam studi Master ini saya menggunakan beasiswa LPDP.


Why Japan?


Pada saat kuliah S1 di Unpad saya beberapa kali diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan nasional maupun internasional. Dari kegiatan-kegiatan itulah saya sedikit banyak mendapat pengalaman sekaligus pemahaman bahwa apa yang saya ketahui tentang bidang saya pada saat itu masih sangat sedikit sedangkan tantangannya sangat banyak. Maka dari itulah saya berharap bahwa dengan berkuliah di luar negeri saya bisa mendapatkan banyak insight dengan sudut pandang yang berbeda-beda tentang bidang keilmuan saya mengingat kesempatan saya untuk berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai negara pun terbuka lebar. Hal kedua yang memotivasi saya untuk berkuliah di luar negeri adalah kesempatan saya untuk dapat mempelajari nilai-nilai kehidupan yang mungkin akan lebih banyak saya dapatkan ketika saya berada di luar zona nyaman saya (Indonesia).


Lantas kenapa memilih Jepang?


Seperti apa yang telah saya sebutkan sebelumnya bahwa saya ingin memperluas wawasan di bidang yang sedang saya geluti sekarang, Jepang merupakan negara yang memiliki komitmen yang kuat dalam dunia pendidikan dan penelitian selain itu program yang saat ini saya ambil menawarkan kurikulum yang sangat cocok dengan apa yang saya inginkan.


Tentang perkuliahan


Life Science Innovation Program merupakan Integrated Program yang menghubungkan 4 fokus bidang studi yang berbeda yaitu Disease Mechanism, Drug Discovery, Food Innovation and Environmental Management. Sesuai dengan namanya, program ini diharapkan dapat menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang dapat membantu menghasilkan solusi terhadap masalah-masalah yang muncul di masyarakat melalui pendekatan inovatif lintas disiplin ilmu. Oleh karena itu meskipun saya mengambil fokus bidang studi di Food Innovation, namun mata kuliah yang saya pelajari tidak terpaku di bidang food saja namun juga terkait dengan aplikasinya di bidang kesehatan dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan.


Sistem perkuliahan disini sejujurnya tidak jauh berbeda dengan di Indonesia baik itu suasana belajar di kelas maupun ujiannya. Mungkin yang membedakan dengan di Indonesia terletak di porsi risetnya. Di sini porsi riset lebih banyak dibandingkan dengan kuliahnya. Sebagai contoh dalam satu minggu saya bisa saja hanya memiliki 3 kelas namun bukan berarti saya bisa pulang setelah kelas berakhir. Saya masih harus menghabiskan waktu saya di student room/ laboratorium minimal 8 jam dalam sehari.


Lingkungan kampus


Karena University of Tsukuba merupakan universitas ke-2 yang memiliki jumlah mahasiswa asing terbanyak di Jepang maka lingkungan kampusnya pun lebih terasa “Internasional” meskipun tetap saja untuk berinteraksi dengan warga lokal kita sebisa mungkin dituntut untuk mengerti bahasa Jepang. Fasilitas yang tersedia dikampus sangat beragam mulai dari fasilitas akademik sampai fasilitas olahraga. Beberapa fasilitas kampus yang sering saya pakai adalah “dormitory community center” yang biasa kita (PPI) pakai untuk acara gathering, seminar room di perpustakaan untuk siaran radio PPI Jepang dan barbeque space untuk kegiatan barbeque party.


Pergaulan dan berbaur dengan teman


Berbaur dengan teman-teman dari negara lain bukan merupakan hal yang terlalu sulit bagi saya pribadi asalkan kita tahu bagaimana cara kita melakukan approaching terhadap mereka. Saya sekarang masuk di laboratorium yang 90% mahasiswanya merupakan mahasiswa asing dan sisanya adalah mahasiswa Jepang. Sejauh ini kita bisa bergaul dengan akrab namun tetap dengan batasan-batasan yang ada mengingat karakternya berbeda-beda, intinya terletak di bagaimana kita bisa memahami karakter mereka. Mungkin yang menjadi sedikit tantangan adalah bagaimana berhubungan dengan mahasiswa Jepang itu sendiri mengingat mereka cenderung lebih tertutup dibandingkan dengan mahasiswa dari negara lain.




PPI Ibaraki Jepang
Hobi dan keseruan lainnya


Bernyanyi merupakan salah satu hobi saya maka dari itu kenapa di Instagram saya banyak sekali cover lagu-lagu. Dengan kegiatan sesimpel itu setidaknya bisa menjadi stress release setelah berjibaku dengan tugas-tugas kuliah dan penelitian-penelitian yang ada.


Salah satu cover lagu mas Gilang: https://www.instagram.com/p/BZD2xQVlkNk/?taken-by=agylagyl


Sejauh ini saya mengekspresikan kegiatan bernyanyi saya di media sosial, kegiatan-kegiatan gathering PPI dan acara laboratorium. Agak sedikit berbeda di tahun ini, saya diberi kesempatan untuk tampil bersama teman saya di acara final Indonesian Talent Show di Kobe serta diajak berkolaborasi oleh salah satu mahasiswa Chiba untuk mengeluarkan single yang alhamdulillah sudah beredar di beberapa platform online seperti iTunes, Google Play, Amazon, dll.


Tentang piagam penghargaan


Piagam itu saya dapatkan ketika saya mengikuti acara Society Chemical Engineers Japan Meeting di Nagoya. Kegiatan tersebut merupakan konferensi tahunan yang diadakan oleh society tersebut. Saya mendapatkan penghargaan itu untuk kategori best poster presentation. Sejujurnya ini diluar ekspektasi saya pribadi mengingat ini adalah kali pertama saya menjadi peserta untuk kegiatan poster presentation dan harus bersanding dengan para peserta yang menurut saya sangat luar biasa dalam riset mereka. Terkait hal itu, yang saya lakukan pada saat itu hanya sebatas bagaimana saya bisa memaksimalkan usaha saya untuk mempresentasikan riset yang telah dikerjakan sehingga orang yang melihat presentasi saya mengerti akan riset yang saya lakukan.


Mengisi waktu luang


Kegiatan yang saya lakukan di hari libur bisa sangat beragam dimulai dari hanya berdiam diri seharian di kamar, kumpul-kumpul bareng anak-anak Indonesia lainnya, atau jalan-jalan. Tapi yang paling sering mungkin kumpul bareng anak-anak Indonesia lainnya sekedar masak-masak atau makan-makan. Lagi-lagi ini merupakan cara kami untuk sejenak melupakan penat yang ada. Kalau untuk jalan-jalan saya pernah mengunjungi beberapa tempat seperti Tokyo, Yokohama, Osaka, Kyoto, Nara, Kobe, Nagoya, Shirakawa-go, Nikko, Hakone dll. Namun yang paling sering tentunya Tokyo karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Tsukuba (45 menit menggunakan kereta).

....





3 Tips Penting!


Tipsnya sebenarnya sederhana, pertama cari tahu kenapa kamu harus melanjutkan studi di Jepang terkait apa yang ingin kamu peroleh dan seberapa besar dampak ke depan untuk karir kamu. Kedua persiapkan diri sesuai dengan apa yang universitas kamu inginkan. Ketiga terus berusaha ketika gagal karena saya sendiri pun butuh beberapa kali terjatuh hingga akhirnya saya ada disini sekarang. Terakhir jangan lupa untuk berdoa dan meminta doa dari kedua orang tua dan orang-orang terdekat.

Sabtu, 16 Desember 2017

Beasiswa S2 di Vienna University untuk Bidang Politik Ekonomi Global





Perkembangan dunia memang tidak bisa dibilang menentu dan pasti karena selalu ada hal-hal tidak terduga yang memberikan dapak luar biasa. Begitu pula dalam bidang Ekonomi Politik Global yang tentu erat kaitanya dengan perubahan dan perkembangan dunia. Nah, khusus bagi mereka yang ingin mendalami bidang tersebut ada fasilitas beasiswa untuk kuliah di Vienna University, Austria pada jenjang S2. Sebuah program beasiswa yang bernama Global Political Economy of Sustainable Development ini khusus menawarkan beasiswa pada bidang Ekonomi Politik Global bagi para lulusan S1 dari negara berkembang termasuk Indonesia. Program ini merupakan kerjasama antara United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan Austrian Foundation for Development Research (OFSE).





Mengenai beasiswa yang nantinya akan diberikan pada penerimanya bisa berupa pengurangan biaya kuliah sebesar 50% hingga bahkan 100%. Sementara itu untuk program studinya sendiri nanti akan bisa diambil purna waktu selama 3 tahun atau paruh waktu selama 5 tahun sesuai dengan keinginan penerima beasiswanya.

Selanjutnya berikut ini adalah hal-hal pokok yang menjadi persyaratan bagi para calon penerima beasiswa ketika ingin mendaftarkan diri dalam program beasiswa yang satu ini.
• Warganegara di negara yang termasuk dalam daftar penerima ODA DAC
• Memiliki catatan akademis yang baik dan memang mampu menunjukkan pengalaman kerja dalam bidang yang terkait dengan studi
• Mampu menunjukkan adanya kebutuhan finansial untuk mengikuti program ini misalnya kurangnya pendapatan dari pekerjaan ribadi atau kurangnya dukungan finansial dari keluarga
• Menunjukkan nilai tambah terkait dengan penyelesaian studi ini terkait dengan karir di masa yang akan datang

Selain beberapa syarat pokok seperti yang sudah disebutkan, program ini juga meminta beberapa dokumen untuk disiapkan dan dikumpulkan sebagai syarat kelengkapan administrasi dokumen. Berikut adalah dokumen-dokumen yang harus disiapkan.
• Curriculum Vitae yang dilengkapi dengan bukti kemampuan bahasa Inggris
• Salinan paspor
• Salinan Ijazah SMA/Sederajat dan juga Ijazah S1
• Letter of Application yang wajib berisi hal-hal berikut
• Penjelasan akan seberapa jauh pelamar memenuhi persyaratan yang dminta
• Penjelasan yang menyeluruh mengenai motivasi dalam mengambil program ini
• Penjelasan mengenai kemungkinan kontribusi dari program studi ini bagi karir di masa depan
• Penjelasan mengenai pemahaman pribadi dalam hal Sustainable Development, bagian spesifik dari bidang tersebut yang diminati, dan juga bagaimana nantinya studi yang diambil bisa membantu meningkatkan kompetensi pribadi dalam hal Sustainable Development

Proses pendaftaran untuk beasiswa inibisa dilakukan secara langsung hanya dengan mengirimkan semua persyaratan dokumen kepada pihak berikut ini
Mag. Daniela Baumgartne
Program Manager
Osterreichiscge Forshungsstiftung fur Internationale Entwicklung (OFSE)
Austrian Foundation for Development Research
Sensengasse 3
1090 Wien Austria

Selain itu bisa juga dengan mengirimkannya melalui email pada alamat info.sustainable-development@univie.ac.at

Mereka yang nantinya lolos seleksi berkas dan administrasi akan diminta untuk mengikuti wawancara melalui video chat sebelum pada akhirnya keputusan akhir akan diumumkan. Nantinya yang sudah diterima dalam program beasiswa ini wajib menyerahkan pendaftaran resminya untuk program masternya. Informasi lebih lengkap mengenai program ini bisa juga ditanyakan melalui email yang sudah disebutkan atau dengan mengunjungi laman resminya pada www.postgraduatcenter.at

ERDA RAHMILAILA DESFITRI: Yuk, Kuliah ke Jepang, Simak Pengalaman Gadis Minang Ini Berjuang di Jepang!







Nama saya Erda Rahmilaila Desfitri. Baik di rumah ataupun di kampus saya biasanya dipanggil Ella. Saya berasal dari Lurah Gadang, desa pinggiran di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Saya katakan pinggiran karena sampi saat ini desa saya belum terjamah oleh signal satelit/ jaringan telepon/ HP. Tapi Alhamdulillah listrik sudah mulai masuk ketika saya duduk di bangku kelas 2 SMA. Saat ini saya kuliah di Jurusan Teknik Kimia bidang Environmental and Renewable Energy Systems Fakultas Teknik, Gifu University, Jepang, lewat program Basin water environmental Leaders (BWEL).

Mengenal Jepang dari sang Nenek …

Jepang, awal mula saya mendengar nama negara ini dari cerita nenek saya tentang penjajahan (maklum masa kecil saya tidak disuguhi dengan tontonan televisi dan gadget, hehe). Mungkin karena itu Jepang sangat familiar di telinga saya. Beranjak SD saya mulai mengenal Doraemon (mulai kelas 3 SD saya sudah bisa menonton televisi karena saya SD ikut kakak mama yang tinggal bukan di kampung halaman kami). Walaupun hanya lewat anime Doraemon saya kagum dengan lingkungan Jepang yang bersih dan tertata rapi. Dari pintu kemana saja dan baling-baling bambu (walau hanya dongeng) tapi disana menurut saya tersimpan kecanggihan teknologi dan cara berpikir yang kreatif.

Awalnya saya sempat berpikir untuk mengambil kuliah dengan Jurusan bahasa Jepang walaupun tidak pernah terpikir untuk kuliah sampai ke Jepang. Tapi karena latar pendidikan SMA saya yg berasal dari Sekolah Menengah Analis Kimia rasanya sayang kalau ilmu kimia saya, saya tinggalkan begitu saja. Dengan takdir Allah akhirnya saya di terima di jurusan Teknik Kimia, Universitas Bung Hatta.

Satu hal yang membuat saya tertarik berkuliah di Jepang adalah programnya. Saya kuliah di sini melalui program Basin Water Environmental Leaders (BWEL) yang misinya adalah mendidik mahasiswa untuk menjadi pemimpin bagi lingkungan. Dalam program ini selain mata kuliah jurusan kita, kita juga harus menyelesaikan mata kuliah yang disediakan program ini. Setelah tamat kita bakal dapat dua achievements dan dapat 2 ijazah. Jadi menurut saya ini kesempatan yang bagus. Selain itu program ini proses belajar mengajarnya menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan kuliah S2 biasa menggunakan bahasa Jepang. Ini juga hal yg menarik bagi saya supaya bisa mengembangkan kemampuan berbahasa. Mengapa saya mengambil jurusan ini karena menurut saya ilmu di bidang ini nanti bakal bisa diaplikasikan di Indonesia.

Hal yang dilakukan sesampainya di Jepang

Setiba disini saya melapor ke siyakusho untuk mendapatkan catatan sipil dan kartu penduduk (resident card). Kemudian mengurus rekening bank dan stempel nama (disini jarang menggunakan tanda tangan). Untuk tempat tinggal saya tinggal di asrama kampus yang sebelum berangkat ke Jepang sudah diuruskan oleh staf BWEL dan supervisor saya. Biayanya sekitar 2 jutaan. Sewa asrama akan berbeda sesuai dengan fasilitas yang diberikan. Kalau asrama saya dapurnya satu untuk 8 orang. Ada lagi jenis asrama buat yang sudah menikah dan bekeluarga, harganya akan lebih mahal.


Adaptasi hari pertama

Hari-hari pertama di Jepang yang membuat saya kesulitan adalah dalam hal komunikasi karena saya baru mulai belajar bahasa Jepang setiba di sini. Saya juga kesulitan untuk menemukan makanan halal. Tapi Alhamdulillah senior-senior di sini sangat membantu. Juga teman-teman Jepang di laboratorium saya sangat baik.

Living cost in Japan

Untuk biaya karena saya hanya dapat biaya hidup satu tahun di tahun kedua ini saya melakukan baito (part time job). Kalau untuk makan siang di kantin kampus berkisar ¥500 sampai ¥1000. Tapi saya lebih sering masak sendiri untuk menjaga kehalalannya dan mendapatkan rasa yang lebih Indonesia.

Fasilitas untuk pelajar internasional

Di kampus ada medical center. Oh iya, saya lupa cerita kalau sesampai di Jepang kita juga harus terdaftar sebagai pengguna asuransi. Kalau untuk berobat di medical center kampus gratis. Kalau berobat di luar akan ada pemotongan harga sebanyak 30% dari harga yang seharusnya dbayarkan. Setiap setahun sekali akan dilakukan medical check up untuk seluruh mahasiswa.

Koneksi internet di Jepang

Di kampus difasilitasi internet gratis. Kalau di asrama disediakan juga wifi yang harus dibayar tiap bulan. Kalau untuk HP data kita akan disimpan di awal kita membeli handphone dan pembayaran dilakukan tiap bulan berdasarkan pemakaian. Jadi kita tidak bisa ganti-ganti nomor secara sembarangan.

Empat musim di Jepang, bagaimana rasanya?

Sangat terkesan sekali karena setiap tiga bulan sekali kita akan melihat pemandangan yang berbeda. Saya paling suka musim semi karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Bunga-bunga bermerkaran  di sana-sini. Untuk musim yang kurang saya sukai adalah musim salju karena sangat dingin apalagi kalau salju sudah mulai mencair jalanan akan mulai licin dan akan malas sekali untuk melakukan kegiatan di luar.

Future plan for Indonesia!

Sekarang saya semester terakhir program S2 insyaAllah maret akan selesai dan saya akan melanjutkan ke program S3. InsyaAllah sesampai di Indonesia saya akan mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh disini. Saya ingin menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi di Indonesia. Nantinya saya ingin juga mengirim mahasiswa-mahasiswa saya untuk melanjutkan kuliahnya d luar negeri.


Tips!

Untuk teman-teman yang mau kuliah di Jepang walaupun nanti teman-teman ikut program international akan lebih baik pelajari dasar-dasar bahasa jepang sebelum berangkat ke sini. Tetap semangat dan terus berjuang!

Jumat, 24 November 2017

Pengalaman Ahmad Anhar Syahputra Exchange: Secercah Senyum di Langit Paman Sam, USA

Ahmad Anhar SyahputraProgram Study of the U.S Institue on Global Environment Issue 2013
United State of America

Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Manusia bisa melakukan apapun dengan usaha dan kerja keras. Menggantung cita-cita dan harapan dan kelak disuatu masa nanti semua keinginan tergapai. Begitu juga dengan aku, siapa yang menyangka kerja keras selama ini membuahkan hasil yang indah pada waktunya. Semua yang aku tulis merupakan warna kehidupanku yang aku torehkan di kanvas kosong. Setiap warna mewakili betapa indahnya disaat aku merasakan jatuh dan bangun untuk menggapai semua keinginan yang aku rangkai setiap malam ketika hendak tidur. Semua mimpi yang aku ukir bukanlah perkara mudah. Jatuh dan bangun untuk menyusun keindahan hidup telah menjadi asam dan garam kehidupan.



    Bagiku, Sekali layar berkembang pantang surut mundur ke belakang. Aku yakin jika semua dilakukan dengan sabar dan penuh perasaan Insya Allah, Tuhan pasti membentang hamparan berkah untuk menapaki semua kesuksesan.



Panggil saya ini Anhar, pemuda melayu dari Provinsi Riau. Berasal dari salah satu Kabupaten yang jauh jaraknya dari Ibukota Provinsi. Saya dibesarkan dari keluarga yang jauh dari kata sederhana, Abah saya seorang buruh montir dan untuk mencukupi kebutuhan kami, emak juga bekerja berjualan dikantin Sekolah Dasar. Memang bisa ditebak, kebanyakan anak-anak exchange adalah keluarga kurang mampu. Entahlah, mengapa bisa begitu! mungkin orang miskin seperti saya mempunyai segudang mimpi dengan akses materil terbatas, sehingga berusaha melawan batas-batas tersebut.

Saya kuliah di Universitas Riau lulus dari SNMPTN dengan SPP kurang dari tujuh ratus ribu. Dulunya, emak dan abah tidak memberi ijin saya melanjutkan ke pendidikan tinggi, karena adik-adik saya masih banyak yang mau dibiayai. Emak bilang sabar dulu, lebih baik kerja dan bisa bantu adik-adik. Saya memang orang yang keras kepala, tidak mau mendengar nasehat orang tua karena saya yakin miskin bukan berarti bodoh, miskin bukan berarti tidak terdidik dan miskin bukan berarti rendahan. Dengan inisiatif yang kuat, saya merantau ke Ibukota, Pekanbaru. Bekerja sebagai salesman dari rumah ke rumah membuat saya tabah menelan indahnya kehidupan, berjuang untuk mendapatkan secuil berkah Allah untuk menyambung kehidupan hari esok.

Setahun lebih saya berprofesi menjadi salesman, diawal tahun 2009 saya menekadkan diri untuk meneruskan jenjang pendidikan di perguruan tinggi negeri. Awalnya, saya tidak terima kodrat karena lulus program pilihan yaitu Pertanian dan akhirnya saya mengerti dikemudian hari kenapa Allah memberikan saya ilmu pertanian. Allah itu Tuhan yang keren untuk semua perencanaan.

Saat itu pukul sepuluh pagi, jadwal kelasku untuk persiapan TOEFL kampus di Balai Bahasa, namun pagi ini kami tidak belajar seperti hari sebelumnya. Tim lembaga TOEFL membawa acara spesial buat kami, mendatangkan mahasiswa yang telah mengukir prestasi di kancah Internasional. Mereka bercerita betapa indahnya belajar di luar negeri. Dari situ aku mulai berfikir untuk menjadi seperti mereka, bisa keluar negeri dibiaya pemerintah. Apakah mungkin? Aku sempat bercerita kepada emak tentang mimpiku terbang keluar negeri. “Bukannya emak melarang engkau nak ikut kegiatan seperti itu, tapi pikirkanlah abahmu juga susah cari duit, mau makan saja terkadang berhutang kesana-kemari” Emak tidak mendukung sama sekali, karena emak berfikir hanya orang yang ber-uang saja yang bisa menikmati perjalanan jauh.

Perkataan emak membuat aku down, emak tidak berharap terlalu besar dari kehidupan ini yang bisa aku pahami dari pemikiran emak adalah kerja, hidup sederhana dan bisa membantu adik-adikku melanjutkan pendidikan. Tetapi, semua itu berubah drastis ketika saya berhak menjelajahi tiga Negara bagian di Negara adikuasa, Paman Sam.

“Ih, ini uda jam berapaan ya?” gelisahku diantara hiruk pikuk ramainya manusia yang sedang mengantri di sebuah bangunan megah yang kebanyakan diisi oleh para turis asing.
“Sabar Anhar, dua jam lagi” Jawab Aken, mengenakan jilbab merah sambil meriksa beberapa dokumen.

Aku tersenyum, kegelisahan yang hampir tengah malam membuatku semakin risau tak karuan. Kulihat Andrizal dan Ridha asik mengobrol dengan dua orang wanita dari Belanda. Mereka sedang mengasah Bahasa Inggris sebelum sampai di Negara idaman. Yang aku dengar, dua turis ini baru saja menjelajahi pulau Sulawesi, mereka sangat antusias sekali menceritakan pengalaman menarik selama di Ambon. Ya, Ambon Manise setiap orang yang berkunjung kesana pasti mendapatkan kesan yang tidak terlupakan. Andirzal, Aken dan Ridha adalah teman baruku yang baru kenal beberapa minggu lalu melalui email. Masih ada tiga orang teman baruku dari Surabaya dan dua orang dari Makassar. Mereka semua adalah teman-teman yang sangat luar biasa.



Ruangan yang besar seperti lapangan sepak bola ini makin ramai saja, aku termenung sambil memegang roti Bobo yang aku beli sebelum berangkat kemari. Dalam lamunan itu, aku terjun bebas mengulang kembali semua memori ingatanku. Hp berdering untuk sekian kalinya, meraung memanggil sang pemilik untuk dijawab. Terakhir kali terdengar suara SMS masuk. Saya mengabaikannya untuk jangka waktu yang lama, karena disaat itu juga sedang diadakan musyawarah dengan petinggi desa untuk mempresentasikan program kami sebagai anak KKN. Dua jam lebih acara tersebut selesai, dan aku membuka hape yang sudah terisi penuh batrainya.

"Assalamualaikum, ini Shita dari U.S Embassy, kapanya bisa saya hubungi. Maaf menganggu."

“Hah?” keningku mengerut, saya berfikir ada urusan apa pihak kedutaan Amerika. Sepintas itu juga saya berfikir pernah mengirimkan aplikasi program SUSI 2013. Saya tersenyum, mungkin mereka tertawa membaca aplikasi saya, soalnya aplikasi saya pernah dipulangkan lagi oleh pihak panitia karena lain ditanya lain pula dijawab, bahkan mereka menyarankan memakai google translate kalau tidak mengerti maksud dari pertayaan yang berada di form registrasi.

“Akh,… aku malu” gumamku dalam hati. Sudahlah, mungkin mereka mau menasehati aku agar mengikuti program yang sama ditahun depan. Aku mengabaikan pesan tersebut, bagiku malu sekali jika ditelpon dan diberi nasehat lagi. Aku sudah berlapang dada, toh tujuan aku mengikuti program SUSI adalah ajang coba-coba dan hanya mengetahui tingkat Bahasa Inggrisku sejauh mana dalam penulisan essay lepas. Beberapa menit kemudian, hape aku berdering lagi dari nomor yang sama. Aku menarik nafas panjang-panjang, dan..

“Hallo, Assalamualaikum” nada datarku
“Walaikum salam, benar ini Ahmad?” Seorang wanita bersuara lembut nyaris hilang suaranya jika diterpa angin.
“Benar, nama saya Ahmad Anhar Syahputra” jawabku sendu.
“Ahmad,..”
“Hm.. Anhar mbak”
“Oh iya, Anhar.. saya Shita bekerja di kedutaan besar Amerika di Jakarta saya mau mengucapkan selamat bahwa kamu lulus program Study of the U.S Institute di program Global Environment Issues”
“APA?????”

Jantungku berdetang lambat, terasa waktu terputus dari siklusnya. Nafasku menghirup udara tidak beraturan, pupil mata mengecil, beberapa detik kemudian aliran darah terasa mengalir menderu di otak belakang, bahkan jantungku tadi mulai menunjukan reaksi tidak normal untuk memompa darah. Aku terdiam, seperti paku yang siap ditancapkan, badanku menggigil semuanya terasa aneh sekali, ini diluar ekspetasiku.

“Hallooo… Hallooooo” Suara mbak Shita mengaum merdu.

Aku menunjukan raut wajah mendung, tak sadar air mata keluar begitu saja membasahi seluruh pipiku. Suara isak tangisku yang tidak sadar seperti anak SD kehilangan mainannya. Aku tersandar di dinding kamar, badanku mulai lemas, kaki ini tidak bisa menompang berat badan lagi. Mbak Shita mulai mengerti suasana hatiku, dia diam sejenak menikmati tangisanku dibalik jaringan yang jaraknya ratusan kilometer.

“Mbaak, aaaa….aapa benar?” Kalimatku menahan tangisan.

“Iya, Anhar. Selamat ya. Kamu salah satu delegasi Indonesia.”

“Bukan bohong, kan? Atau penipuan?” Pasrahku.

“Bukan, kita lagi mengurus semua dokumen kamu dan pastikan Passport kamu sudah ada. Lusa saya kirimkan Invitation letter-nya dari Amerika.” Mbak Shita menjelaskannya dengan terperinci.

“Mbak, terima kasih ya, saya kira saya tidak lulus, karena aplikasi saya pernah dipulangkan lagi dan disuruh diperbaiki” tangisanku semakin kencang.

“Ini Rezeky kamu, sudah jangan menangis lagi. Mungkin kabar ini bisa kamu sampaikan kepada orang tua kamu.”

“Iya, mbak. Terima kasih infonya. Saya masih tidak percaya semua ini, seperti mimpi mau berkunjung di Amerika” aku tersenyum.

“Sekali lagi selamat, ya. Informasi akan diberi melalui email, jadi tetap stand by terus email-nya. Permisi dulu, selamat siang Anhar. Wassalamualaikum.”

“Wa..walaikum salam” aku termenung. Tanganku bergetar menekan tombol-tombol angka untuk menelpon abah di rumah.

Lamunan itu terpecah disaat Andrizal memukul bahuku untuk mengantri check in di counter Chatay Airlines. Semuanya masih berkesan sekali kenangan indah tersebut, mendapatkan kesempatan yang luar biasa, karena ratusan aplikasi yang masuk hanya tujuh orang saja yang berkesempatan untuk mengikuti program ini, setidaknya begitulah yang dikatan Bang Heru, staff kedutaan Amerika yang memberikan kami arahan sebelum berangkat ke Amerika.



Study of the U.S Institue for Global Environment Issue Program. Merupakan program yang didanai penuh oleh pemerintah Amerika Serikat tujuannya adalah untuk belajar tentang Negara Amerika dalam manajemen isu lingkungan terhadap semua aspek kehidupan, program ini di koordinasi oleh East West Center di tiga Negara bagian Amerika yaitu, Hawaii, Colorado dan Washington DC selama 5 minggu. Ini adalah pengalaman pertama kali menaiki pesawat sampai 2 kali transit dari Jakarta – Hongkong – Tokyo dan berlabuh di Hawaii.

Hawaii? “Akh,..” aku berdecit sedikit tatkala aku menaiki mini bus menuju apartemen di kompleks universitas Hawaii. siapa yang tidak mengenal pulau ini yang memberikan sejuta eksotisnya untuk para pelancong dari berbagai Negara. Negeri yang memiliki sudut ruang pantai yang indah dimana-mana, memang sudah pantas bahwa Hawaii dijuluki The Rainbow of Island. Aku terkesima untuk sekian kalinya, berdiri di depan pantai Waikiki Beach sambil mendengarkan lagi it’s beautiful day by Michael Buble, lagunya berulang-ulang kali kuputar melalui Walkman. Deburan air laut membujuk kakiku untuk bermesraan dengannya. Kupejamkan mata ini, menikmati indahnya kuasa Tuhan yang telah membentuk bumi-Nya dengan sejuta keindahan, aku sangat bahagia sekali bahkan ungkapan seribu kata tidak bisa aku ucapkan untuk mengisi ruang hatiku.

“EMAAAAAAAAAK, ABANG DI HAWAAAAII…….” Teriakku sekuat-kuatnya, melampiaskan emosional kegembiraan, lagi-lagi aku tidak sadar air mataku menyatu dengan air laut. Siapa yang menyangka aku berdiri disini, menikmati matahari terbenam. Aku rindu emak, lagi apa emak disana? Pasti satu kampung sudah heboh bahwa anak tukang jualan nasi goreng sampai ke Amerika, pasti abah selalu bercerita tentang aku ketika ada pelanggan yang memperbaiki sepeda motor di bengkel depan rumah. Aku tersenyum, mengusap air mata kegembiraan.

Dua minggu lebih di Hawaii bukanlah waktu yang mudah untuk dijalani, culture shock? Itu sudah pasti, aku harus terbiasa makanan pengganti nasi, seperti roti salad dan soup yang dicampuri dengan berbagai jenis rempah-rempah yang tidak aku kenal. Bukan hanya itu, kedisplinan orang Amerika mengajariku banyak hal untuk bertindak seperti dilarang menyebrang sembarangan walaupun tidak diawasi oeh kamera cctv, mengantri panjang tanpa harus mengeluh untuk mengambil makanan di kantin, tidak duduk di tempat duduk priority seat di bus umum dan masuk kuliah tanpa terlambat. Hal-hal yang kecil yang biasa aku langgar saat di Indonesia.

Kami dari Delegasi beberapa Negara ASEAN dan Kepulauan Pasifik belajar penuh di main office East Wes Center (EWC) organisasi yang sudah professional untuk membentuk karakter manusia dengan program-program pertukaran pelajar, magang dan lain sebagainya. Belajar tentang regulasi pemerintah Amerika untuk membangun negaranya dengan konsep lingkungan, kami diberi beberapa kelompok yang sewaktu-waktu kelompok tersebut bisa berubah sesuai dengan tema studi kasus yang kami pelajari. Banyak hal yang bisa aku pelajari dari sana, semuanya membuka wawasan dan ilmu menejemen lingkungan yang bisa aku terapkan di lingkungan kecilku. Begitulah seterusnya, belajar bisa sampai jam Sembilan malam bahkan tidak tidur untuk mendapatkan hasil yang baik untuk dipesentasikan pada dosen-dosen yang ahli dibidangnya.



Walaupun proses belajar mengajar sangat padat, panitia juga memberikan kami edutrip dibeberapa tempat yang sangat bagus sekali untuk di kunjungi seperti Museum Pearl Harbour yang menyimpan sejuta sejarah, Hanauma Bay dengan koral lautnya begitu indah, menikmati matahari tenggelam di Waikiki beach. Pengalaman yang sangat membuat saya berkesan adalah mengunjungi wisata Kualoa Ranch, aku terkejut ternyata disini bukan menjadi wisata alam saja, tetapi menjadi hotspot pembuatan film yang tersohor seperti Jurassic Park Film Lost dan Pearl Harbour yang sering kita tonton di tv. Luar biasa sekali tempatnya, sangat indah. Bentangan savana yang terhampar seperti taman firdaus dikelilingi gunung-gunung yang dibaluti rumput dan lumut basah. Tidak ada pohon sawit seperti tempat tinggal saya. Subhanallah, beginilah Allah menciptakan bumiNya dan beginilah penduduk Amerika merawat kekayaan alamnya.

Program Amerika tidak bakalan lengkap jika tidak berbaur dengan host Family atau keluarga angkat. Aku kaget ketika aku mendapatkan keluarga dari keturunan Yahudi.

“Apa? Yahudi?” benakku berputar terus tidak ingin berbaur dengan mereka. Jelaslah, ini jadi tabuh bagiku. Coordinator host family bercerita banyak tentang keluarga baruku bahwa mereka adalah pecinta Indonesia, mereka telah mengelilingi Indonesia bahkan mereka sudah sampai di kota Pekanbaru. Sumringahku menepis perbedaan keyakinan itu, aku ingin mengetahui apa benar mereka memang cinta Indonesia.

Tepat sekali, nuansa rumah dan semua dekorasi rumah ala Indonesia. Aku merinding sekali ketika mereka bercerita mengirim property rumah seperti angklung, meja ukir dan pintu rumah bermotif Bali dibawa dari Indonesia. Mereka tidak henti-hentinya bercerita tentang Indonesia dan membuka album kenangan ketika mereka masih muda, dibagian foto-foto tersebut mereka menikmati perjalanan di Kalimantan, Bali, Jakarta dan beberapa daerah Sulawesi yang tidak pernah aku kenal sama sekali. Aku juga diajak untuk melihat perayaan sabat day umat Yahudi, orangtua angkatku bangga sekali memperkenalkan aku dengan komunitas Yahudi Hawaii, mereka sangat ramah sekali dengan aku. Seorang Rabi mendatangi aku dan memberikan aku segelas air anggur merah.

“Sorry, I am Moeslim” tolakku halus ketika Rabi menuangkan air anggur yang aku kira adalah sejenis bir.

“Don’t worry, this is alcohol free. We are not drink Alcohol, it is Halal and we don’t eat haram too” senyum Rabi tersebut.

Mereka adalah Yahudi sejati yang tidak memakan makanan haram seperti umat muslim. Hampir semua makanan dimeja adalah buah dan sayur dan hanya beberapa potong daging ayam. Aku banyak belajar dari mereka, perbedaan bukan harus dijauhi tetapi perbedaan itu yang memberikan banyak pelajaran hidup bahwa di dunia ini beragam etnis yang masih peduli dengan etnis lainnya.
Rasanya ingin menangis meninggalkan Hawaii, aku tidak tahu kapan datang kemari. Sejuta pengalaman yang tidak bisa aku lupakan begitu saja di Negara bagian ini.

Inilah saatnya kami terbang ke Negara bagian berikutnya Colorado, Negara yang penuh ruang terbuka dan dikelilingi dengan pegunungan Rocky Mountain. Tinggal di kompleks Universitas Colorado membuat aku seperti mahasiswa seutuhnya, bangunannya begitu indah dan classic kemana-mana hanya diakses berjalan kaki dan memakai bersepeda jarang yang memakai sepeda motor atau mobil. Di sini, pejalan kaki lebih dihormati, pemerintah Colorado membuat jalan khusus bagi pedestrian yang tidak boleh dilintasi oleh sepeda. Colorado mempunyai ambisius menjadi Negara bagian yang sukses dengan konsep go green, ini terbukti dimana mahasiswanya juga bekerja separuh waktu untuk mendaur ulang sampah yang akan dikirim ke Negara-Negara yang telah direkomendasi untuk mengolah sampah. Sekali lagi sampah menjadi pendapatan bagi mereka, hal-hal ini yang kami pelajari di Colorado tentang menejemen sampah, bangunan ramah lingkungan, solar panel dan pertanian organik yang kami jumpai di farmer market.

Kesan selanjutnya yang aku dapatkan adalah mengunjungi satu dari beberapa bagian gunung Rocky Mountain, memang disana lagi musim panas tetapi tidak di top mountainnya, dengan suhu 5 derajat celcius saya cukup puas memegang salju dan bermain ria dengan teman-teman lainnya. Indah sekali pemandangan dari Top Mountain, melihat lekukan pegunungan lainnya yang dibaluti oleh salju tebal dan hamparan hutan pinus. Selama ini, saya hanya menyaksikan Rocky Mountain melalui channel National geography dan sekarang ini nyata di hadapan saya.

Ku akui pindah dari satu kota besar ke kota besar lainnya memanglah terasa letih walaupun transportasi memakai pesawat terbang. Lelahnya itu adalah bongkar dan muat barang-barang harian di koper, semakin banyak tempat yang dikunjungi semakin banyak buku yang diberikan dan tidak mau buku-buku tersebut ditinggalkan. Semuanya adalah ilmu dan sangat berhagra sekali nilainya. Tak jarang koper aku sudah bengkak dan overload bagasi.

Kota terakhir kami kunjungi adalah Washington DC, kota yang sangat glamour dan tertata rapi bangunanya. Para planologi telah menata Washington menjadi ibukota tanpa bosan mengelilinginya. Di Washington, jadwal kami tidaklah sepadat sebelumnya. Disini kami lebih banyak waktu luang untuk berjalan-jalan sebelum kegiatan penutup, aku tidak mau meninggalkan kesempata ini, rasa capek, lelah dan lesu kuabaikan begitu saja. Aku harus lebih semangat untuk mengelilingi kota besar ini. Di Washington DC, untuk berkeliling sangatlah mudah karena disana ada public bicycle yang bisa di rental seharian, aku memulai langkah semangat.


Tujuan pertamaku adalah kediaman Obama yang jaraknya tidak jauh dari penginapan kami. Masya Allah, melihat White House secara dekat membuat mata ini tidak terbendung untuk menitikan air mata untuk sekian dan sekian kalinya. Memandang white house yang tidak jemu-jemu selama dua jam lebih berdiri seperti patung, setiap momen tidak ingin saya lewatkan. Beberapa orang heran melihataku yang tahan berdiri selama dua jam. Biarlah, masa bodoh, kalau polisi menegurku atau mencurigaiku tinggal aku keluarkan selembar surat undangan resmi dari Amerika, saya ini adalah delegasi yang artinya setengah diplomatik. Syukurnya hal-hal seperti itu tidak terjadi selama di sana. Dua jam menikmati white house belum berarti apa-apa bagiku, ingin rasanya lebih lama lagi memeluk pagar white hosue yang menjulang tinggi dan bercerita perjalanan hidupku untuk melihatnya.

Lima minggu dan tiga Negara bagian dikunjungi adalah pengalaman saya untuk saya ceritakan kepada pemuda Indonesia. Saya tidak membanggakan Negara lain dan mengikis rasa nasionalis saya. Bahkan, selama disana saya belajar banyak bagaimana mencintai dan menghargai Bangsa saya. Program diberikan bukan untuk membanggakan Negara pemberi program, tetapi mengajarkan kepada penerima program beginilah cara mereka untuk menghargai Negara dan bangsa itu sendiri. Bisa ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah gunanya program dan program bukanlah suatu trend yang hanya berjalan di tempat-tempat yang indah. Tujuan program adalah membentuk karakterik bangsa dari pengalaman Negara lain untuk menjadi seorang yang kritis untuk menyikapi masalah-masalah internal dari Negara sendiri, tidak apatis dan tidak arogansi.

Jika bersungguh-sungguh dia yang akan dapat. Janganlah putus asa untuk meraih kesuksesan, pahit dan asamnya kehidupan dalam menjalani sebuah proses adalah kekuatan kita untuk tetap tegar. Mengambil semua pelajaran dari kegagalan dan menjadikan semua keberhasilan sebagai intropeksi diri agar kita tidak puas dengan satu kesuksesan. Allah adalah Tuhan yang mengatur semua perencanaan dan manusia harus berusaha untuk meraih perencanaan tersebut. Saya teringat dengan orang tua angkat saya yang mengatakan

    “Tulislah semua keinginan dan sinergikan dengan sang Malaikatmu yaitu Ibu. Tarik hubungan itu antara vertikal dan harizontal, Biarkan jasmanimu berusaha, Biarkan rohanimu beristiqomah dan biarkan sang Khalik yang Bekerja."









Kamis, 23 November 2017

5 Program Exchange Ke Luar Negeri Yang Wajib Kamu Coba! Perisapkan Sekarang Juga!


 Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk merasakan sensasi menempuh studi di luar negeri adalah dengan mengikuti program pertukaran pelajar atau yang sering disebut dengan exchange program. Program ini tersedia dalam berbagai pilihan dan juga bisa diambil oleh pelajar SMA juga mahasiswa semester awal.


Kaitannya dengan program ini, banyak yang akan mengatakan bahwa pada akhirnya hanya akan menganggu konsentrasi dalam menempuh studi yang dijalani. Akan tetapi, justru dengan mengikuti program pertukaran pelajar ini, justru bisa mendukung studi yang sedang ditempuh. Untuk mahasiswa, jumlah sks yang diambil ketika mengikuti program pertukaran pelajar akan bisa diakumulasikan dengan sks yang ditempuh di dalam negeri, jadi tetap akan memberikan efek positif dalam hal studi yang sedang ditempuh.

Selain itu untuk pelajar yang masih SMA, bukan tidak mungkin denna mengikuti progra seperti ini nantinya akan bisa membuka jalan untuk melanjutkan studi di negara tempat mengikuti program ini. Kesempatan untuk bisa merasakan perbedaan proses belajar di luar negeri juga merupakan satu hal yang sangat bisa didapatkan ketika mengikuti program seperti ini.

Pada akhrinya jika memang ada kesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar atau exchange, sebaiknya diambil saja. Tidak perlu diragukan lagi keuntungan-keuntungan yang akan bisa didapat dengan mengikuti program ini. Berikut ini adalah daftar program-program exchange yang bisa diambil oleh mahasiswa maupun pelajar dari Indonesa.


1. International Student Festival in Trondheim (ISFIT) – Norwegia


Meskipun bukan merupakan program untuk bisa mengikuti kegiatan sekolah atau kuliah di Norwegia, namun sejumlah totl 18 seminar yang ditawarkan selama program ini tentu sangat sayang untuk dilewatkan. Program ini merupakan sebuah festival pelajar internasional yang paling besar di dunia. Sejumlah total 400 pelajar dari seluruh dunia setiap 2 tahun sekali akan mengikuti program ini. Berbagai topik yang lingkupnya internasional seperti politi, sosial, dan beragai hal lainnya dijadikan sebagai tea dalam setiap penyelenggaraan program ini. Dalam setiap penyelenggaraanya di Trondheim, Norwegia, selalu ada berbagai presentasi budaya yang tentu akan mengenalkan para pelajar internasional kepada berbagai budaya di dunia. Nah jika kamu ingin sekali merasakan tinggal di Norwegia serta juga mendapatkan berbagai ilmu dalam berbagai hal dan mendapatkan teman-teman dari seluruh dunia, kamu bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti program ISFIT ini.

Kalau kamu perlu informasi lebih lengkap tentang program ini silakan klik link http://www.isfit.org/. Semoga sukses dan bisa exchange ke Norwegia ya!


2. Encompass Trust – Inggris

Tidak bisa dipungkiri bahwa Inggris merupakan salah satu negara populer dalah hal menempuh studi di luar negeri. Oleh karena itu program ini menjadi pilihan tepat buat kamu yang ingin mencoba terlebih dahulu untuk tinggal dan belajar di Inggris. Program ini sudah dilangsungkan sejak tahun 2003 dan sudah terbukti berhasil untuk mempertemukan berbagai latar belakang budaya, agama, dan masyarakat dari berbagai mahasiswa yang ikut dalam program ini. Pada intinya adalah program ini dirancang untuk menghilangkan dan melawan stereotype negatf yang mungkin sudah menjalar pada diri para remaja. Negara-negara yangmenjadi bagian dari program ini meliputi Palestina, Indonesia, Israel, Inggris, dan Amerika. Presentasi budaya, diskusi kelompok, serta berbagai aktifias lain yang sangat menyenangkan akan dilakukan semua peserta program ini dalam waktu 10 hari. Untuk acaranya sendiri biasa diadakan di kawasan London, Inggris serta juga Wales atau Skotlandia.

Informasi lebih lengkap bisa kamu dapatkan di http://www.encompasstrust.org/. Semoga impianmu untuk exchange ke Inggris bisa terwujud. Amin.


3. Youth for Understanding (YFU) – Jerman


Di Jerman ada juga satu program yang ditawarkan bernama Youth for Understanding (YFU) yang pada dasarnya merupakan sebuah organisasi nirlaba skala internasional dengan program pendidikan di 64 negara di dunia. Sejak tahun 1951, YFU sudah menyelenggarakan dan membuktikan kesuksesannya dalam mengelola program pertukaran pelajar diseluruh dunia. Saat ini YFU bisadibilang menjadi organisasi terbesar dan tertua dalam hal pertukaran pelajar di dunia. Budaya merupakan fokus utama dari program ini karena memang budaya diyakini sebagai hal yang paling penting kaitannya dengan peningkatan keterampilan mahasiswa di lingkup internasional. Lebih dari 50 negara sudah dicakup oleh YFU dalam program yang berlangsung selama 1 tahun. Untuk YFU yang berada di Indonesia memungkinkan mahasiswa dari Indonesia untukisa mengikuti program pertukaran pelajar di negara-negara antara lain Jepang, China, Korea, Australia, Turki, Serbia, Amerika, Mexico, Jerman, Belanda, Switzerland, Perancis, Austria, Belgia, Estonia, dan Lithuania. Dengan semakin banyaknya pilihan dari negara untuk pertukaran pelajar, semakin menarik pula program ini untuk kamu ambil.

Kalau kamu join program exchange ini dapatkan informasi selengkapnya di http://www.yfu.or.id/, atau kamu bisa kunjungi https://www.yfu.org/. Semoga sukses!


4. Indonesia – Korea Youth Exchange Program (IKYEP) – Korea Selatan

Sudah tentu banyak remaja dalam hal ini pelajar SMA dan mahasiswa semester awal yang suka sekali dengan berbagai lagu dan drama seri Korea. Nah, jika kamu salah satunya, mungkin program IKYEP ini sangat pas buat kamu. Kementrian Pemuda dan Olahraga RI dan Kementrian Kesetaraan Gender dan Keluarga dari Korea Selatan menyelenggarakan program resmi ini mulai dari tahun 2008 dengan MOU ditandatangani pada tahun 2009. Program IKYEP ini biasanya diadakan selama 20 hari yaitu 10 hari di Indonesia dan 10 hari di Korea Selatan yang dilangsungkan pada bulan November. Berbagai kegiatan dalam program ini meliputi kunjungan kehormatan ke pusat-pusat kegiatan pemuda, pengenalan budaya, merasakan tinggal dengan keluarga, dan banyak lagi yang lain. Tentunya sangat menarik untuk bisa mengikuti program pertukaran pelajar ini.

Mau banget bisa join program ini? Silakan cari informasi yang lebih lengkap di http://ikyep.org/.


5. Ship for Southeast Asian Youth Programme (SSEAYP) – ASEAN

Nah program yang satu ini tentu dangat dekat dengan Indonesia karena lingkupnya adalah negara-negara ASEAN. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mempererat hubungan persaudaraan serta juga toleransi dari pada pemuda yang tinggal di 10 negara ASEAN serta Jepang. Perluasan sudut pandang dari para peserta program ini juga dijadikan sebagai satu tujuan dalam kaitannya untuk memperkuat semangat dan hubungan kerjasama internasional antar negara. Seperti nama dari program ini, kapal merupakan media ataualat transportasi yang disediakan untuk program ini. Jadi selama didalam kapal bisa dimanfaatkan untuk berbagi cerita dan juga saling mengenal satu sama lain. Berbagai diskusi tentu bisa dilakukan dengan para peserta dari negara lain baik ketika berada didalam kapal maupun ketika di negara-negara yang dikunjungi.

Biar kamu bisa ikutan program yang ini, kamu wajib cari informasi yang lebih lengkap di sini http://www.sseaypindonesia.org/ atau di http://www8.cao.go.jp/youth/kouryu/h14/sseayp/sseayp-main-e.html. Semoga Sukses!

Nah itu tadi beberapa dari program pertukaran pelajar internasional atau Exchange Program yang bisa kamu ambil sebagai pelajar maupun mahasiswa dari Indonesia. Tentunya masih sangat banyak lagi program-program sejenis dan bisa kamu manfaatkan untuk bisa merasakan sensasi berada di negara lain yang bisa jadi nanti kamu bisa menempuh studi lanjutan disana.



Jumat, 17 November 2017

Chairul Tanjung Si Anak Singkong

Si Anak Singkong’. Kalau mendengar kalimat ini, pasti ada satu nama yang terlintas di kepala kita. Yup! Dialah Chairul Tanjung. 

Chairul Tanjung Si Anak Singkong adalah judul dari sebuah buku yang disusun oleh seorang wartawan kompas bernama Tjahja Gunawan Adiredja. Lewat buku ini, perjalanan hidup Chairul Tanjung dikupas tuntas. Dari buku ini kamu akan mendapatkan jawaban bagaimana si anak singkong ini bisa berubah menjadi pengusaha sukses yang kerajaan bisnisnya ada dimana-mana.

Anak singkong bukan hanya sebatas judul buku bagi perjalanan hidup Chairul Tanjung. Julukan ini melekat pada dirinya sejak kecil. Teman-temannya dulu sering memanggilnya dengan julukan anak singkong sebagai sebutan lain dari anak kampung. Tapi siapa sangka, anak singkong itu sekarang sudah berdiri tegak meraih semua mimpinya dan sukses berat menjalankan bisnis-bisnisnya.

Sebuah nama yang mudah diingat, Chairul Tanjung. Siapa sih, yang tidak mengenal pengusaha sukses asal Indonesia ini? Kesuksesannya sebagai pengusaha dan perannya sebagai Menko Perekonomian telah membuat namanya begitu akrab di telinga kita. Ditambah lagi dengan nama beliau yang sering terselip di daftar nama orang-orang terkaya, baik di Indonesia maupun di dunia. Ingin mengenal beliau lebih lanjut? Mari simak profil Chairul Tanjung dalam ulasan berikut ini:


Chairul Tanjung adalah pengusaha asli Indonesia yang lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni tahun 1962. Pria berusia 52 tahun ini dikenal luas sebagai pendiri sekaligus pemimpin CT Corp yang sebelumnya bernama Para Group. Chairul Tanjung lahir dari rahim seorang ibu bernama Halimah yang memiliki darah Sunda berasal dari Cibadak, Sukabumi. Ayahnya bernama A.G. Tanjung memiliki darah Batak berasal dari Tapanuli Tengah.

Kalau melihat kesuksesan Chairul Tanjung saat ini, sulit rasanya untuk percaya kalau dulu beliau sempat mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Chairul Tanjung lahir dari keluarga yang sederhana namun cukup berada. Ayahnya adalah wartawan pada era orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Kehidupan Chairul Tanjung dan keluarganya diuji ketika usaha ayahnya dipaksa untuk tutup di masa orde baru karena secara politik berseberangan dengan penguasa saat itu. Tulisan-tulisan yang ada di surat kabar ayah Chairul Tanjung dianggap berbahaya sehingga harus ditutup. Keadaan ini membuat orang tua Chairul Tanjung terpaksa harus menjual rumah dan berpindah tempat tinggal ke kamar losmen yang sempit juga sangat sederhana.

Pendidikan Chairul Tanjung dimulai di bangku sebuah sekolah dasar yaitu SD Van Lith, Jakarta pada tahun 1975. Lulus dari SD Van Lith pada tahun 1978, Chairul Tanjung segera masuk ke SMP Van Lith, Jakarta. Kemudian, pada tahun 1981 Chairul Tanjung diterima di SMA Negeri 1 Boedi Oetomo, Jakarta. Tak patah semangat meskipun hidupnya sederhana, Chairul Tanjung melanjutkan sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi dengan masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

    Keluarga Chairul Tanjung memiliki sebuah prinsip, yakni: “untuk lepas dari jerat kemiskinan, pendidikan adalah langkah yang harus ditempuh.”


Sehingga apapun keadaannya, sesulit apapun kondisi mereka, keluarga Chairul Tanjung selalu berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Segala daya dan upaya ditempuh oleh orang tua Chairul Tanjung demi menyekolahkan anak-anak mereka, termasuk Chairul Tanjung. Ibu Chairul Tanjung buktinya rela berjualan kain batik untuk membiayai Chairul Tanjung masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Semasa kuliah, Chairul Tanjung yang berasal dari keluarga sederhana ini mengalami pengalaman yang luar biasa. Tidak seperti mahasiswa yang kerjanya hanya fokus belajar dan bisa merasakan fasilitas dari orang tua dengan santai, Chairul Tanjung sudah diajari untuk menjadi pekerja keras di masa kuliahnya. Dengan masih menyandang status sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Chairul Tanjung mulai menunjukkan bakatnya di dunia bisnis. Kesulitan finansial yang menimpa keluarganya membuat Chairul Tanjung mulai mengasah kemampuannya dalam berbisnis.

Demi memenuhi kebutuhan kuliahnya, Chairul Tanjung memulai bisnis kecil-kecilan. Mulai dari menjual buku, kaos, sampai alat-alat kedokteran dan laboratorium yang dibutuhkan oleh teman-temannya di Fakultas Kedokteran Gigi. Usahanya menjual alat-alat laboratorium dan kedokteran ini sempat berkembang baik, sampai beliau mampu mendirikan sebuah toko di kawasan Senen Raya, Jakarta Pusat. Sayangnya tokonya ini tidak lama berdiri karena mengalami kebangkrutan. Selain itu, Chairul Tanjung juga sempat membuka usaha fotokopi di lingkungan kampusnya.  Chairul Tanjung juga pernah mencoba untuk membuka sebuah bisnis di bidang kontraktor dan telah mengerjakan berbagai proyek industry, terutama barang-barang dengan bahan dasar rotan.

Menyibukan diri untuk belajar merintis bisnis, tidak membuat Chairul Tanjung lalai pada tugas utamanya untuk kuliah. Selain mengasah bakatnya di dunia bisnis, Chairul Tanjung juga menjadi mahasiswa teladan. Terbukti di masa kuliah beliau pernah mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional periode tahun 1984-1985. Penghargaan yang beliau dapat ini merupakan penghargaan sebagai anggota civitas akademika yang berjasa kepada fakultas dan universitas. Terbukti kan, kalau tokoh yang satu ini selain memiliki sifat yang gigih juga memiliki otak yang cerdas? Beliau bisa berbisnis tanpa harus mengabaikan kegiatan perkuliahannya. Patut dicontoh ya!

Chairul Tanjung menamatkan kuliahnya pada tahun 1987. Selesai kuliah, beliau tampaknya tidak tertarik untuk bekerja sesuai dengan ilmu yang digelutinya semasa kuliah. Ya, jiwa pebisnis nampaknya sudah melekat kuat pada diri seorang Chairul Tanjung. Bersama 3 orang temannya, Chairul Tanjung mendirikan PT Pariarti Shindutama. Modal yang digunakan diperoleh dari Bank Exim sebanyak 150 juta Rupiah. Perusahaan ini memproduksi sepatu anak-anak untuk kemudian diekspor. Berbeda dengan usaha peralatan laboratorium dan kedokteran yang sebelumnya beliau jalani dan terpaksa bangkrut, bisnis kali ini Chairul Tanjung meraup keuntungan yang cukup besar. Beliau dan teman-temannya mendapatkan pesanan 160 pasang sepatu langsung dari Italia. Seiring berjalannya waktu, Chairul Tanjung merasa tak lagi sejalan dengan rekan-rekannya itu, sehingga beliau memutuskan untuk membangun bisnisnya sendiri.

Bukan Chairul Tanjung namanya kalau tidak bisa bertahan seorang diri di tengah dunia bisnis yang cukup mengerikan ini. Setelah memutuskan berhenti dari bisnis sepatu ekspor, Chairul Tanjung mencoba bisnis baru. Dengan kemampuannya membangun jaringan dan pengalamannya dalam dunia bisnis yang sudah didapatkan sejak duduk di bangku kuliah, Chairul Tanjung membangun sebuah usaha yang arahnya ke konglomerasi. Beliau menyusun 3 bisnis inti, yakni: keuangan, properti, dan multimedia.

Perusahaan konglomerasi ini kemudian diberi nama sebagai Para Group. Para Group memiliki father holding company, yaitu: ‘Para Inti Holdindo’ yang memiliki beberapa sub-holding yang terdiri dari ‘Para Global Investindo’ yang bergerak di bisnis keuangan, ‘Para Inti Investindo’ yang bergerak di bisnis media dan investasi, serta ‘Para Inti Propertindo’ yang bergerak di bisnis properti. Banyak juga ya? Lalu, perusahaan apa saja yang dimiliki oleh Chairul Tanjung lewat Para Group ini?

Chairul Tanjung
Di bidang finansial, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan, antara lain: Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Mega Capital Indonesia, Bank Mega, Bank Mega Syariah, dan Mega Finance. Tidak berhenti di sini, Chairul Tanjung memiliki perusahan di bidang properti dan investasi yaitu Para Bandung propertindo, Para Bali propertindo, Batam Indah propertindo, Mega Indah propertindo. Kemudian di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.
Khusus di bidang properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mall dengan luas 3 hektar ini dalam pembangunannya menghabiskan dana sebesar 99 miliar Rupiah. Pada tahun 1999, mall ini diluncurkan oleh Para Group sebagai Central Business District. Lalu, pada awal tahun 2010 Chairul Tanjung memperluas bisnisnya dengan membeli sebagian besar saham Carrefour sebanyak 40 % senilai 3 triliun Rupiah melalui PT Trans Ritel. Dengan memiliki 40% saham Carrefour, kini Chairul Tanjung menjadi komisaris utama PT Carrefour Indonesia didampingi oleh AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN) dan S. Bimantoro (mantan petingi Polri) sebagai komisaris. Diharapkan, di bawah Chairul Tanjung, Carrefour dapat mengedepankan kepentingan nasional seperti dapat menyumbangkan pembinaan terhadap usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia.

Tercatat pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung membuat perubahan pada nama besar Para Group menjadi CT Corp. CT Corp ini terdiri dari 3 perusahaan sub-holding, yakni: Mega corp, Trans corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan financial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam. Karena kesuksesannya berbisnis ini, Chairul Tanjung mendapatkan penghargaan sebagai Eksekutif Muda Berprestasi periode tahun 1992-1993 dari Studio Seven Production, Jakarta. Penghargaan bergengsi ini diberikan kepada beliau pada tanggal 23 Mei 1993. Setahun sebelum penghargaan ini diberikan, Chairul Tanjung berhasil menyelesaikan sekolahnya di Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajamen (IPPM). Kali ini bidang ilmu yang beliau pilih lebih menjurus pada profesinya sebagai seorang pengusaha.

Bagaimana? Kaget dengan kerajaan bisnis yang dibangun oleh Chairul Tanjung? Bagaimana ya Chairul Tanjung bisa membangun jaringan bisnis sebesar ini? Seperti kita ketahui, beliau tidak berasal dari keluarga dengan darah bisnis yang kental. Beliau juga memiliki latar belakang pendidikan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan dunia bisnis, yaitu kedokteran gigi. Tapi, mengapa beliau begitu sukses dengan jaringan bisnisnya?

    Tampaknya semua orang setuju bahwa ‘membangun suatu jaringan’ adalah hal yang sangat penting dalam ‘membangun sebuah bisnis’. Inilah yang dikatakan oleh Chairul Tanjung.


Chairul Tanjung mempraktekannya dalam kehidupan nyata. Beliau membangun jaringan dimana-mana dengan berteman pada siapa saja dan menjalin relasi dengan perusahaan ternama maupun perusahaan kecil. Menurut Chairul Tanjung, pertemanan akan membantu proses bisnis untuk berkembang pesat. Contoh sederhananya adalah ketika kita jatuh dan bisnis kita dalam kondisi tidak bagus maka relasi bisa diandalkan.

Membangun jaringan adalah kunci sukses dari seorang Chairul Tanjung. Dengan membangun relasi yang baik di manapun, kini Chairul Tanjung bisa mendapatkan kesuksesannya dalam menjalankan bisnis yang jumlahnya tidak hanya satu atau dua. Sebut saja salah satunya adalah kiprah Chairul Tanjung di bisnis pertelevisian dengan mendirikan Trans Corp yang membawahi Trans TV dan Trans 7. Chairul Tanjung yakin Trans TV bisa terus berkembang meskipun persaingan di industri pertelevisian semakin ketat. Beliau bisa berharap demikian karena melihat bahwa belanja TV nasional telah mencapai angka 6 trilium setahun dan 70% di antaranya akan diambil oleh televisi.

Dalam hal investasi, bagi Chairul Tanjung perusahaan lokal juga bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Karena pemikiran inilah Chairul Tanjung tidak menutup diri dan mau bekerja sama dengan perusahaan  multinasional dari luar negeri. Ini bisa jadi sebagai upaya perusahaan nasional Indonesia untuk bisa berdiri sendiri dan jadi tuan rumah di negeri sendiri. Inilah yang Chairul Tanjung harapkan.

Sebagai pengusaha yang sukses, Chairul Tanjung ternyata cenderung lebih tertarik melakukan akuisisi dibandingkan harus membangun bisnis sendiri. Karena menurut Chairul Tanjung, akuisisi perusahaan membuat sinergi memperluas ladang usaha.

    Beliau berkata, “Waktu saya memulai, banyak waktu tapi nggak punya uang. Mulai dari nol. Lama-lama setelah jadi besar punya uang, tidak punya waktu. Maka yang dilakukan tidak perlu bangun tapi mengakuisisi.”


Dalam perjalanannya berbisnis, bagi Chairul Tanjung modal adalah faktor yang penting untuk membuat sebuah usaha berdiri dan mengembangkannya menjadi besar. Akan tetapi, penting diketahui oleh orang-orang yang ingin merintis bisnis bahwa kemauan dan kerja keras wajib dimiliki oleh mereka yang ingin sukses dalam bisnisnya. Dan jangan lupa, kembali lagi pada mitra kerja atau relasi. Menurut Chairul Tanjung, membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Disinilah pentingnya membangun jejaring dalam menjalankan bisnis.

Kegigihan dan kerja keras Chairul Tanjung ini membawa beliau ke puncak kesuksesan. Sebagai buktim namanya berada di dalam daftar orang terkaya dunia oleh majalah ternama Forbes di tahun 2010. Pencapaian yang diraih Chairul Tanjung  membuat majalah Forbes tak ragu untuk menunjuk beliau sebagai salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke-937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Kemudian, pada tahun 2011 Forbes kembali menyatakan Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar. Lalu yang terbaru, tahun 2014 Chairul Tanjung kembali dinyatakan menjadi orang terkaya nomor 375 di dunia dengan jumlah kekayaan US$4 miliar berdasarkan majalah Forbes.

Ingin seperti beliau dengan kesuksesan bisnis yang luar biasa dan kekayaan yang nominalnya begitu menakjubkan? Simak tips Chairul Tanjung berikut!

    Dalam bisnis, Chairul Tanjung menyatakan bahwa generasi muda seharusnya sabar dalam memulai bisnisnya. Generasi muda harus mau menapaki tangga usaha satu per satu untuk menuju puncak kesuksesan. Menurut beliau, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan kesabaran dan sikap pantang menyerah. Beliau juga menganjurkan untuk jangan terbiasa mengambil jalan pintas atau cara instan karena dalam dunia bisnis, usaha dan kesabaran adalah kunci utama dalam mencuri hati pasar. Penting sekali bagi generasi muda yang memiliki jiwa bisnis untuk membangun integritas. Tidak apa-apa sih ingin segera mendapatkan hasil, tapi harus sadar diri bahwa tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.


Selain dikenal di dunia bisnis, Chairul Tanjung juga akrab dikenal di dunia politik. Kiprahnya di dunia politik ditunjukkan dengan diangkatnya beliau sebagai Menko Perekonomian. Pada tanggal 16 Mei 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menunjuk Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung untuk menduduki posisi sebagai Menko Perekonomian. Duduknya beliau sebagai Menko Perekonomian ini menggantikan posisi Hatta Rajasa yang telah resmi mengundurkan diri karena akan maju menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi melantik Chairul Tanjung di istana negara pada hari senin tanggal 19 Mei 2014.


'The best never rest...'
Sepertinya, ungkapan ini sesuai ditujukan kepada Chairul Tanjung. Selain sibuk dengan bisnisnya dan aktif di dunia politik, beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan. Beliau menjabat sebagai ketua umum pengurus besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia dan ketua yayasan Indonesia Forum. Beliau juga menjadi anggota komite penasihat prakarsa Jakarta (Restrukturisasi perusahaan), anggota pacific basin economic council, anggota majelis wali amanat universitas Indonesia, pengurus yayasan kesenian Jakarta, serta menjadi delegasi Indonesia untuk Asia-Europe Business Forum.

Chairul Tanjung
Perjalanan hidup Chairul Tanjung dari mulai berstatus sebagai mahasiswa yang tidak memiliki apa-apa sampai mencapai puncak kesuksesan ini pasti menginspirasi banyak orang, terutama mahasiswa. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari cerita hidup Chairul Tanjung ini. Mulai dari semangat, kegigihan, dan kesabarannya dalam mulai merintis bisnis hingga bisa mencantumkan namanya dalam deretan orang terkaya di dunia versi majalah Forbes.

Chairul Tanjung adalah salah satu contoh yang ditunjukkan kepada kita sebagai mahasiswa, bahwa untuk menjadi sukses kita tak harus memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan profesi kita kelak. Chairul Tanjung membuktikannya. Beliau kuliah di fakultas kedokteran gigi, namun tidak satupun profesinya yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Kita bisa mengambil satu pesan dari kisah beliau yang satu ini, yaitu untuk mengikuti kata hati dan keingian kita masing-masing.

Pernah merasa salah jurusan? Pernah merasa bakatmu tidak sesuai dengan ilmu yang kamu pelajari sekarang? Maka, kisah Chairul Tanjung bisa menjadi motivasi untukmu. Beliau menyelesaikan sekolahnya dengan baik dan membangun bisnisnya dengan hasil yang luar biasa. Kuncinya hanyalah pada kemauan dan kerja keras! Temukan jalanmu sendiri, tentukan pilihan masa depanmu, dan cobalah untuk selalu konsisten dengan apa yang sudah kamu pilih.

Menentukan pilihan hidup kita bukanlah hal yang mudah, Chairul Tanjung juga mengalaminya. Lihat saja ketika beliau harus mencoba satu per satu jenis usaha dari mulai ketika masih kuliah sampai lulus kuliah. Beliau berusaha menemukan bidang apa yang paling cocok untuk dijadikan lahan bisnis olehnya. Tidak ada kata takut atau ragu bagi seorang Chairul Tanjung. Jika beliau takut memulai sebuah bisnis, ragu dalam mencoba berbagai jenis usaha, mungkin saja Chairul Tanjung tidak akan berdiri sukses seperti sekarang ini.


Dari kisah hidup Chairul Tanjung yang berangkat dari titik nol sampai kemudian mengalami naik turun demi mencapai kesuksesan, kita bisa mengambil beberapa kesimpulan:

Pertama, jangan pernah takut untuk memulai sesuatu. Seperti Chairul Tanjung yang tanpa keraguan berani mengambil keputusan besar untuk mulai berbisnis.

Kedua, jangan ragu untuk mencoba apapun selama kita mampu. Seperti Chairul Tanjung yang berani mencoba berbagai jenis bisnis sampai akhirnya menemukan bisnis yang paling sesuai dengan dirinya.

Ketiga, jangan merasa minder akan diri sendiri. Chairul Tanjung mungkin pernah dijuluk anak singkong, tapi ia tidak merasa minder dengan julukan tersebut dan terus melaju membuktikan bahwa ia mampu untuk mengangkat derajat hidup dirinya dan keluarga.

Keempat, jangan mudah menyerah! Seperti seorang Chairul Tanjung yang selalu terus maju menjalankan bisnisnya meskipun banyak rintangan dan halangan, meskipun akan selalu ada saat dimana kita harus menerima kekalahan.


Chairul Tanjung
Dan yang terakhir adalah, kesabaran untuk mencapai sukses. Seperti seorang Chairul Tanjung yang perlahan namun pasti meniti kariernya membangun satu demi satu bisnis, hingga sekarang menjadi kerajaan bisnis yang begitu besar sampai bisa mengantarkan beliau menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

Semoga menginspirasi.
Jika merasa tulisan ini bermanfaat, silahkan di share yaaa.


Langkah-Langkah Dasar dalam Mencari Beasiswa Kuliah ke Luar Negeri

Meskipun benar bahwa ada banyak pilihan beasiswa untuk kuliah ke luar negeri, faktanya adalah kamu tidak bisa asal memilih dan pasti langsung akan diterima. Justru karena banyaknya beasiswa tersebut, kamu harus memastikan bahwa kamu bisa memilih satu pilihan yang paling tepat untuk bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Sayangnya bahkan sampai saat ini masih saja ada yang mengalami kesulitan untuk bisa memilih beasiswa yang paling sesuai untuk diri masing-masing.


Kali ini akan dijelaskan langkah-langkah dasar yang harus kamu lakukan jika kamu ingin mengejar beasiswa kuliah ke luar negeri yang paling pas buat kamu. Pemilihan beasiswa yang paling tepat ini sangat penting karena beasiswa biasanya ada yang dibatasi hanya dalam bidang-bidang tertentu saja. Salah pilih beasiswa bukan tidak mungkin kamu justru harus membayar studi dengan biaya sendiri karena ternyata studi yang kamu ambil tidak didukung beasiswa tersebut.

Nah, berikut ini adalah hal-hal mendasar yang harus kamu ingat dan lakukan ketika kamu berniat mengejar beasiswa kuliah ke luar negeri. Perhatikan dan ingat baik-baik ya.



1. Buat Kriteria Khusus untuk Kamu Sendiri.
 
Nah dari banyaknya beasiswa yang ada dan bisa kamu ambil, tentu kamu harus memperkecil lingkup pilihannya. Bagaimana caranya? Satu cara yang sangat mendasar adalah dengan membuat sebuah kriteria yang khusus hanya untuk kamu dan sangat sesuai dengan kamu sendiri. Dalam membuat kriteria ini tentu ada faktor-faktor yang wajib kamu pertimbangkan seperti bidang studi, ikatan dinas, serta juga level pendidikan. Dengan menggunakan hal-hal tersebut yang sesuai dengan diri kamu, maka nantinya kamu akan mendapatkan sebuah kriteria untuk memilih beasiswa yang paling sesuai.

2. Tentukan dan Jaga Fokus Beasiswa
 
Nah setelah kamu mempunyai kriteria khusus dari beasiswa yang akan kamu cari, kamu sudah bisa mulai mencari berbagai informasi seputar beasiswa dengan menggunakan kriteria yang sudah kamu punya. Dengan demikian kamu bisa menentukan fokus dalam mencari beasiswa yang paling sesuai dengan kriteria kamu. Satu sisi mungkin merugikan karena kamu jadi tidak mengetahui informasi beasiswa lain yang tidak ada dalam kriteria kamu, namun hal ini juga ternyata menguntungkan karena kamu jadi bisa benar-benar serius dalam mencari informasi beasiswa dalam fokus yang sudah kamu tentukan. Ingat selalu untuk menjaga fokus dalam mencari beasiswa ini sampai kamu benar-benar menemukan yang pas dan cocok buat kamu.

3. Cari Informasi yang Relevan dari Sumber Terpercaya
Hal ini sangat penting kamu lakukan karena kamu membutuhkan semua informasi tentang beasiswa yang ada sesuai dengan kriteria yang sudah kamu buat. Nah dalam mencari informasi tentang beasiswa tersebut yang memang relevan dan dijamin dari sumber terpercaya, kamu bisa melakukan beberapa hal berikut ini:

• Kunjungi Website Penyedia Informasi Beasiswa
Salah satu cara paling gampang yang bisa kamu lakukan untuk mencari informasi seputar beasiswa adalah dengan mengunjungi website penyedia informasi beasiswa. Ada banyak website yang bisa kamu kunjungi dan disana akan ada banyak informasi beasiswa yang bisa kamu pergunakan. Biasanya akan ada kolom pencarian dimana kamu bisa mencari beasiswa sesuai dengan kriteria dan fokus yang sudah kamu tentukan sebelumnya tadi.

• Langganan Informasi Beasiswa
Kamu pernah dengar yang namanya milis? Jika belum, segeralah cari milis yang memberikan informasi beasiswa. Ada banyak juga milis dimana kamu bisa bergabung dan akan selalu mendapatkan informasi-informasi terbaru seputar beasiswa. Hal ini akan sangat membantu kamu jika kamu memang sudah mempunyai aktivitas rutin setiap harinya. Tanpa harus mencari-cari terlebih dahulu kamu sudah akan mendapatkan informasi seputar beasiswa untuk kuliah ke luar negeri.

• Cari Menggunakan Search Engine
Nah jika kamu mempunyai cukup banyak waktu luang atau kamu memang selalu ter-koneksi dengan internet maka cara ini akan sangat gampang kamu lakukan. Kamu hanya harus memastikan bahwa kata kunci yang kamu gunakan nantinya sudah sesuai dengan kriteria dan fokus dari beasiswa yang kamu inginkan. Kamu bisa menggunakan berbagai pilihan kata kunci mulai dari negara, bidang studi, jenjang, dan lain sebagainya.

• Baca Media Cetak
Selanjutnya satu hal terakhir yang bisa kamu lakukan adalah dengan menunggu dan kemudian membaca serta mencerna informasi dari media cetak. Hal ini bersifat pasif jadi kamu hanya harus menunggu kapan informasi itu ada kemudian memprosesnya.

Nah dalam mencari informasi beasiswa, sangat disarankan kamu untuk mengkombinasikan cara-cara tadi agar hasilnya lebih maksimal dan bisa memberikan pertimbangan yang lebih baik ketika nanti kamu harus menentukan pilihan terakhirmu pada beasiswa tertentu.



4. Pilih Satu Beasiswa yang paling Sesuai.

Setelah mempunyai kriteria dan menggunakannya untuk mencari segala informasi tentang beasiswa untuk kamu kejar nantinya, maka kamu kemudian harus mampu untuk memilih satu pilihan yang kamu rasa paling tepat. Bahkan ketika kamu sudah menggunakan kriteria dan fokus dalam mencari beasiswa, kamu masih akan menemukan beberapa pilihan yang akhirnya harus kamu pertimbangkan masing-masing. Pertimbangkan matang-matang ketika harus memilih satu beasiswa karena biasanya beasiswa itu periodenya bersamaan jadi jika ternyata salah pilih kamu mungkin baru akan bisa mengikuti seleksi lagi tahun berikutnya bahkan untuk beasiswa lainnya lagi.

5. Siapkan Berbagai Syarat yang Dibutuhkan.

Terakhir untuk bisa mengejar dan mendapatkan beasiswa kuliah keluar negeri kamu tentu harus menyiapkan segala hal yang menjadi persyaratan dari sebuah beasiswa itu sendiri. Beasiswa yang berbeda bisa mempunyai persyaratan yang berbeda jadi pastikan kamu memahami persyaratan-persyaratan dari beasiswa yang akan kamu ambil tersebut. Dalam persyaratan beasiswa biasanya akan dibutuhkan juga dokumen-dokumen tertentu yang meliputi:
• Sertifikat TOEFL , IELTS, atau bukti kemampuan bahasa yang lain
• Hasil tes GMAT atau GRE
• Bukti pengalaman kerja
• Surat rekomendasi dari dosen, guru, atau atasan di tempat kerja
• Bukti penerimaan atau Letter of Acceptance dari universitas yang kamu tuju
• Surat rekomendasi dari pihak universitas yang menerima kamu (jika memungkinkan)
• Esai personal yang memuat motivasi, tujuan, dan berbagai hal yang membuatmu layak menerima beasiswa tersebut



Hal-hal tersebut hanya sebagian dari prasyarat ketika kamu mengajukan permohonan beasiswa. Bisa saja beasiswa yang kamu kejar memiliki prasyarat yang berbeda jadi pastikan untuk membaca dan memahami informasi tentang beasiswa tersebut ya.

Kelima hal tersebut adalah hal-hal paling mendasar yang harus kamu lakukan ketika kamu berniat untuk mengejar beasiswa untuk kuliah ke luar negeri. Jadi jangan hanya setiap waktu bertanya tentang “Bagaimana cara kuliah ke luar negeri?”, tapi lakukan hal-hal tersebut jadi kamu tidak hanya akan jalan ditempat dalam proses mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Serunya Kuliah di Holmes Institute Australia, Bersama Gilbert Silalahi.

 Hallo, Mahasiswa Lhokseumawe! Kali ini, kita akan terbang dan menginjakkan kaki di negeri kangguru, yang tidak lain yaitu Australia, yang dikenal sebagai sebuah negeri yang sangat menyambut baik kedatangan warga asing, terlebih lagi untuk menuntut ilmu. Apakah ada di antara kamu yang bercita-cita menempuh kuliah di Australia? Mungkin, kamu bisa menyimak kisah dari sahabat kita yang satu ini. Ingin tahu cerita yang lebih lengkap? Mari kita simak bersama melalui ulasan berikut ini. 


1. Hallo, Gilbert. Mungkin, sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya jika kamu memperkenalkan diri kamu. Tentang profil pribadi secara singkat, tempat kuliah serta jurusan yang saat ini diambil, dan apakah kuliah melalui beasiswa ataukah biaya sendiri?

Nama saya Gilbert Silalahi. Dari namanya saja pastinya kelihatan kalau saya adalah orang Batak. Tapi, jangan salah, saya lahir dan besar di Malang, Jawa Timur. Sebelumnya, saya pernah menempuh studi S1 di UNIBRAW Malang jurusan Management Marketing. Kemudian saat ini sedang menjalani studi kuliah di Holmes Institute, dan mengambil Master of Professional Accounting, dan tinggal di Malvern. Saya kuliah dengan biaya dari orang tua pada awalnya, tapi sekarang setengah-setengah karena saya juga membiayai dengan uang pribadi.


2. Apakah ada lembaga khusus Australia di Indonesia yang bisa membantu para pelajar untuk mendaftar kuliah di Australia?


Untuk lembaga khusus untuk membantu kita, atau untuk sekedar konsultasi sebenarnya ada banyak di Indonesia, dan rata-rata sekarangpun bisa ditemukan di setiap daerah. Lembaga yang ada contohnya seperti Edlink, Fortrust, superstar, Idp, dan lainnya.






3. Bagaima cara kamu agar bisa beradaptasi dengan perbedaan sistem perkuliahan yang ada di Australia? Apakah ada yang bisa dipersiapkan?

Sebenarnya, menurut saya untuk kuliah di sini lebih fleksibel dan mandiri, karena kita sendirilah yang harus mengatur jadwal kita, baik dalam hal kuliah, bermain, bahkan bekerja. Intinya, persiapkan mental untuk melihat banyak hal baru yang akan ditemukan di sini, dan jangan takut untuk bertanya jika tidak mengerti. Seperti pepatah lama yang mengatakan,”malu bertanya, sesat di jalan.”


4. Dari pengalaman kamu sendiri, apa saja persiapan yang harus dibawa ketika hendak berangkat ke Australia untuk kuliah?
Yang harus dibawa mungkin seperlunya saja, dan salah satunya perhatikan musim yang ada di Australia. Kalau sedang winter, perlu membawa jaket yang lumayan banyak dan tentunya harus tebal. Untuk buku dan alat-alat kebutuhan lainnya bisa dicari di sini. Obat-obatan pribadi juga penting, untuk kenyamanan diri selama perjalanan, apalagi bagi yang memang gampang terkena sakit.


5. Apa kelebihan dari jurusan Professional Accounting yang Gilbert ambil? Mungkin dari segi materi, dosen, referensi, kelas, dan lainnya?


Sebenarnya saya mengambil Accouting juga dalam rangka untuk mengambil kesempatan untuk tinggal menetap di Australia. Kerana ada beberapa jurusan yang bisa membantu tujuan kita untuk menetap, atau bagi yang ingin bekerja di Australia. Dalam hal mateti dosen dan hal lainnya, saya rasa semua jurusan hampir sama, tinggal bagaimana kita menanggapinya, apakah suka atau tidak dengan bidang tersebut.


6. Apa pengeluaran terbesar selama tinggal di Australia ? Apa trik kamu untuk mengatur hal tersebut?


Pengeluaran rutin terbesar adalah untuk biaya sewa tempat tinggal dan biaya makan, karena di sini memang lumayan mahal. Mungkin dengan mencoba untuk bekerja part time bisa cukup membantu untuk pemasukan biaya. Kalau mendapat kerja part time di restoran itu paling enak, karena bisa dapat makanan gratis, sekalian bisa menghemat pengeluaran.  Dan untuk menghemat biaya tempat tinggal mungkin bisa berbarengan (share room) dengan teman.


7. Pengalaman menarik apa yang pernah kamu temui dan tidak pernah bisa dilupakan selama di Australia?


Pengalaman? Mmm.. Ada banyak sekali pengalaman berharga yang saya dapatkan selama 4 tahun di Melbourne, baik itu pengalaman yang baik dan buruk. Tapi, yang pasti sekolah di luar negeri akan mempeluas cara pandang kita, yang kemudian memunculkan keinginan besar untuk menjadi seorang yang berguna, dan ingin memajukan bangsa kita.


8. Apakah Gilbert aktif di PPI? Jika iya, di manakah letak sekretariatnya? Dan event terbesar apa yang pernah diadakan oleh PPI Australia?

Kebetulan saya Ketua PPIA Holmes 2013-2014, di mana setiap uni mempunyai PPiA masing-masing dan bisa dihubungi atau dilihat dari facebook atau website dari masing-masing  uni. Tapi, kita juga memiliki PPIA cabang Victoria, yaitu PPIA yang mewadahi uni-uni atau ranting-rantingnya, dan ada juga PPIA pusat. Semua informasi tentang hal ini bisa diliat melalui website PPiA.

Untuk event, kita selalu menyelenggarakan, baik  di bidang olahraga maupun arts, dari setiap ranting atau dri PPIA Victorianya. Beberapa bulan sebelumnya ada penyelenggaraan acara Kampoeng Merdeka dan Vic Cup, dan belum lama waktu beberapa minggu lalu juga ada Panggung Merdeka, dan itu diadakan dari PPIA ViC, dan belum dari masing-masing ranting atau uni.


9. Adakah tips spesial dari Gilbert untuk teman-teman yang hendak kuliah di Australia? Tentang bagaimana cara survive, menghadapi kuliah, bermasyarakat, dan lainnya?


Jika ingin berkuliah di Autralia, kamu harus mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin, baik itu dari segi jasmani, rohani, dan mental. Pilihlah pergaulan yang positif dan bisa membantu atau mendukung kita. Selain itu, kamu juga bisa mencari pngalaman dengan bekerja part time, yang itu lumayan dilakukan untuk membantu pemasukan, tapi tentunya tetap harus fokus kepada tujuan awal, yaitu kuliah. Ikut dalam oranganisasi juga bisa membantu untuk tambahan masukan atau informasi-informasi. Kalau student, bisa ikut di PPIA yang bagus untuk menambah pengalaman beroranganisasi, dan mungkin juga bisa dari perkumpulan agama, seperti dari kumpulan gereja atau dari pengajian, dan lainnya.


Nah, itu tadi cerita menarik dari teman kita yang keren, Golbert Silalahi, mengenai bagaimana dia berjuang di negeri orang dan menjalani kuliahnya dengan penuh semangat. Kamu ingin seperti Gilbert? Tentunya bisa saja, asalkan selalu positif thinking dan semangat. Oke, jika kamu ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi, selalu pantau blog ini ya, dijamin tidak mengecewakan! Salam sukses dan sampai jumpa
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Wawancara Dengan TEGUH IMAM BURHANUDIN: Peraih Beasiswa LPDP yang Kuliah di Politecnico di Milano Jurusan Energy Engineering



Nama saya Teguh Imam Burhanudin, dulu kuliah di UI jurusan Teknik Metalurgi & Material kemudian sempat bekerja selama beberapa tahun di bidang Material dan Manufacture. Kemudian karena suka dengan perkembangan energi dunia saya tertarik mengambil program master untuk mempelajari energi. Sekarang saya kuliah di jurusan Energy Engineering di Politecnico di Milano (Polytechnic University of Milan). Saya kuliah menggunakan beasiswa LPDP. Tentang universitas tersebut, saya mendapatkan informasinya dari QS Top University Rangkings.


Kenapa Kuliah di Italia?


Sebenarnya di Indonesia juga banyak tempat kuliah yang bagus, tapi tentu kuliah di luar challenge-nya berbeda dan dengan challenge itu banyak yang kita bisa asah secara pribadi dan professional. Kalau di Italia, sebenarnya lebih melihat kampus dan programnya di POLIMI ini. Jadi karena basic saya ilmu material, di Polimi ini bisa mempelajari bidang energi yang komprehensif dari mulai teknologi energi yang ada yang tentu bisa diaplikasikan di Indonesia, project dan pengembangannya pun dipelajari di sini. Selain itu Polimi ini merupakan kampus terbaik di Italia dan juga salah satu terbaik di Eropa untuk bidang Engineering. Alasan memilih Italia sebenarnya kurang kuat sih lebih ke kampusnya.

Pengalaman Mendaftar Beasiswa LPDP

Lebih ke luruskan niat untuk benar-benar ingin belajar dan berkontribusi bagi negara. Karena ketika niat kita tidak lurus itu kelihatan dari tulisan essay kita lalu juga pada saat sesi interview. Tapi kalau niat kita lurus, assessor juga insyaAllah bisa merasakan niat belajar kita untuk berkontribusi. Terlepas dari administrasi yang tentunya itu hal yang wajib kita ikuti. Intinya niatnya lurus, insyaAllah aura kita kuat dan bisa dirasakah oleh assessor.

Ketika Tiba di Italia

Yang jelas kita harus mengurus Residence Permit, permesso di soggiorno. Terus mengurus asuransi, codice fiscale (kalau di Indonesia seperti NPWP).

Belajar Bahasa Italia


Kalau di kota Milan kebanyakan menggunakan bahasa Inggris jadi kalau kuliah nggak butuh bahasa Italia. Tapi bagusnya sih belajar hanya saja waktu itu saya statusnya kerja jadi agak susah untuk belajar bahasa Italia dulu.

Tempat Tinggal

Tempat tinggal bisa dicari secara online. Banyak situs yang bisa membantu untuk urusan akomodasi. Saya sendiri tinggal dengan keluarga Indonesia, jadi shared flat dan shared rent payment juga. Kalau di Milan biaya sewa relatif mahal, biasanya di flat yang shared sekitar 400-600 Euro, kalau yang shared room itu sekitar 300-490 Euro. Tapi kalau mau yang lebih private biasanya di atas 800 Euro.
Orang Italia

Orang Italia mostly friendly. Sama seperti orang kita suka ngobrol bahkan bisa ngobrol lama, suka saling menyapa. Hal yang paling mudah untuk adaptasi sebenarnya lebih ke belajar bahasanya. Tapi biasanya tidak sempat buat belajar bahasa yang penting mencoba untuk berteman dengan orang lokal, atau gabung ke komunitas Indonesia karena di Milan banyak juga mahasiswa Indonesia.

Pengalaman Unik

Waktu itu saat awal datang kesini dengan modal English saja dan pada saat itu saya pesan makan di tempat makan, ditanya “porta via, mangiare qua?” saya hanya jawab si si si (yes yes yes) akhirnya dibuatin tuh makanan dan siap dihidangkan di atas piring. Padahal saya ingin take away, akhirnya bilang sambil gelagapan no no no, take away. Dia bingung, saya bingung. Walau ujung-ujngnya dia paham dan akhirnya makanan terbawa dengan porta via. Waktu awal-awal sih saya paksa pakai bahasa Inggris saja, lumayan banyak juga sih sebenarnya di sini yang memakai bahasa Inggris.


Pesan Untuk Teman-teman yang Ingin Kuliah ke Italia

Jadi kuliah di Italia itu atmosfer orang Indonesianya sangat terkonsentrasi di Milan. Kebanyakan yang mengambil di Milan konsentrasinya ke Design Arsitek Engineering di Polimi yang merupakan terbaik di Italia dan masuk 7 besar di Eropa. Kemudian untuk ke arah Bussiness Management (ke arah Univ. Boconni) terbaik di Italia dan Eropa (bahkan rankingnya di atas Oxford) dan ke arah fashion (dari management, business, dan design fashion) seperti yang diketahui Milan juga merupakan kota mode. Pertimbangkan baik-baik passion dan lebih teliti memilih kampus. Walau negara tujuan itu tidak populer tapi jika memiliki kampus yang oke, kenapa tidak. Karena di bidang-bidang tadi, itu merupakan unggulan di Milan. Sehingga tentu network yang didapat pun bisa besar.

Reporter: Adelina Mayang
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------



MUHAMMAD IKHSAN KIAT : Sukses Kuliah S1 di Rusia!


Muhammad Iksan Kiat atau Iksan adalah sebuah nama biasa yang diberikan orang tua kepada saya. Saya tidak tahu apa maksud atau apa artinya secara harfiah. Namun saya hanya percaya bahwa nama merupakan sebuah doa yang terbaik dari orang tua. Dan memang benar, nama saya berulang kali tertulis dalam lembaran kertas bercap dan kadang terpampang di papan pengumuman. Fenomena inilah yang membuat saya tetap optimis dan tetap percaya bahwa “everything is possible”.

Sedikit bernostalgia, saya adalah anak biasa yang besar di sebuah dusun sederhana, di pulau Buru, Provinsi Maluku. Saya adalah anak sulung dari 6 bersaudara yang hidup dengan keadaan ekonomi rendah. Ayah saya telah bangkrut dari pekerjaannya dan Ibu saya hanyalah seorang pedagang asongan. Sungguh saat itu, saya tidak yakin bisa bersekolah sampai selesai, apalagai kuliah. Dan cita-cita saya hanyalah sebatas PNS di kabupaten Buru saja. Namun, entah kenapa saya sangat gemar meyakinkan dan terus memotivasi diri agar dapat menimba ilmu layaknya anak pejabat.


Setelah alhamdulillah lulus SMP dengan peringkat 2 umum, saya terseleksi masuk SMAN Unggulan Siwalima Ambon (Boarding School). Disana mulai dari seragam, makan dan buku semua ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Maluku. Di Siwalima saya cukup aktif ikut kegiatan apapun. Memang saya orangnya suka sekali dengan kompetisi. Setelah menjalani UAN, saya bingung kemana harus melanjutkan studi. Karena sekali lagi kendala finansial. Namun, selain oportunis saya juga anak yang berani mengambil resiko dan keras kepala, saya coba semua tawaran yang ada di SMA, mulai dari seleksi STIS, AKAMIGAS, SNMPTN (UI dan UGM), AKPOL, Beasiswa Jerman dan Beasiswa Rusia.  Dan sekali lagi karena kuasa Tuhan, saya akhirnya lulus seleksi bidik misi dan masuk Hubungan Internasional Universitas Indonesia sebagai orang Maluku pertama sejak 27 tahun lamanya prodi tersebut berdiri. Setelah beberapa bulan berkuliah, saya sadar bahwa walaupun GPA bagus, tapi passion tetap cenderung kepada ilmu eksakta seperti Matematika, Fisika dan Kimia. Oleh karena itu, saya putuskan untuk mengikuti sekali lagi Beasiswa Rusia dan mengambil jurusan Oil and Gas Engineering dengan catatan bahwa saya akan tetap melanjutkan studi di HI UI, jika ditolak lagi oleh Pemerintah Federasi Rusia. Banyak orang bertanya, kenapa saya tidak mendaftar ke ITB? Karena menurut saya kemungkinan untuk diterima tidak begitu besar dibandingkan dengan Beasiswa Rusia yang hanya mengadakan seleksi berkas dan wawancara.

Dari sinilah the new chapter dari perjuangan saya dimulai. Pada libur semester pertama, saya langsung terbang dari Jakarta ke Ambon untuk mengurus semua berkas-berkas yang diperlukan dan mengirimkannya ke Pusat Kebudayaan Rusia (PKR) di Jakarta. Saat itu, Beasiswa Rusia dibuka dari bulan Desember sampai bulan Februari. Saya juga mencoba beasiswa ke Jerman, tapi karena diharuskan untuk membuat deposit minimal senilai 90 juta rupiah, maka saya yang setiap bulannya mengeluarkan 1 juta rupiah untuk hidup di depok ini harus mengurungkan niat. Saya tidak tahu bagaimana memperoleh uang sebanyak itu.







Selanjutnya, semasa kuliah semester dua di UI, saya terus terbayang galau akan Beasiswa Rusia ini dan berdoa agar Tuhan menentukan jalan terbaik. Saya menunggu pengumuman seleksi berkas sembari mempersiapkan mental, menabung untuk biaya keberangkatan dan belajar Bahasa Inggris. Setelah mendengar kelulusan seleksi berkas pada bulan Mei, saya diwawancarai langsung oleh Direktur PKR pada tahap seleksi selanjutnya. Saat wawancara, saya berusaha meyakinkan Pak Direktur bahwa saya layak dan siap berkuliah di Rusia dan menghadapi segala bentuk tantangan yang disampaikan oleh Beliau seperti, suhu ekstrim hingga -40C; budaya Rusia yang bebas dan keras; biaya hidup yang cukup besar ($300 tetera pada lembar kertas persyaratan); pelajaran dan buku-buku dalam Bahasa Rusia; makanan yang hambar dan tak bervariasi; birokrasi yang kaku, keras dan ruwet; kerinduan akan Indonesia dsb. Untuk lebih meyakinkan Beliau, saya mengatakan bahwa keluarga dan kabupaten saya mendukung penuh secara moril dan material, jika saya diterima. Padahal, pernyataan tersebut adalah tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Namun, apa boleh buat, saya tidak mau perjuangan saya sia-sia di tengah jalan dan saya harus lulus seleksi wawancara. Setelah menunggu dan terus berdoa sebulan lamanya, akhirnya, nama saya tertera pada lembar kelulusan Beasiswa Rusia.








Kemudian, datanglah masa dimana saya harus menunggu penempatan kampus dan jadwal keberangkatan. Pada bulan Juli saya putuskan untuk pergi belajar di kampung inggris, Pare, kota Kediri selama satu bulan penuh. Sejujurnya, kemampuan Bahasa Inggris saya saat itu sangat hancur. Bisa dikatakan bahwa saya tidak bisa menulis sebuah cerita ataupun bercakap-cakap sehari-hari in english. Tapi saya tetap yakin, bahwa jika belajar serius, saya pasti bisa menguasainya. Karena menurut saya, untuk berada di luar negeri, setidaknya saya perlu berbicara Bahasa inggris agar bisa bertanya dan tidak sesat di jalan.

Saat itu, saya tidak berpikir bahwa Bahasa Rusia lah yang akan menjadi kendala utama dalam proses studi saya nantinya. Kebanyakan dari teman-teman yang telah mendengar hasil kelulusan mulai mengikuti kursus Bahasa Rusia yang diorganisir oleh PKR. Sedangkan, saya hanya optimis bahwa sesampai di Rusia, saya akan belajar Bahasa tersebut sampai titik darah penghabisan dan menguasainya dalam kurung waktu kurang lebih 6 bulan. Entah keyakinan yang besar itu dari mana datangnya. Selain itu, teman-teman saya juga sudah mulai mempersiapkan diri mereka, memperluas network dan berkenalan dengan para alumni Rusia, membeli baju-baju hangat yang cukup mahal harganya, dan bahkan ada yang sudah membeli tiket keberangkatan. Mereka semua dibantu oleh keluarga mereka. Dalam hati saya, tidak ada kata minder, saya tidak peduli dengan sikap manja mereka dan saya percaya, saya sendiri bisa mengatasi semuanya sebelum berangkat. Nasib saya ada sepenuhnya di tangan saya, bukan di tangan orang lain, sekalipun itu orang tua sendiri.


Pada bulan Agustus, saya kembali ke Ambon dan mengajukan proposal bantuan biaya hidup ke Pemerintahan kota maupun provinsi. Saya mencoba menggunakan segala cara untuk mendapatkan bantuan tersebut agar bisa berangkat ke Rusia dan bisa hidup sehari-hari. Namun, ternyata proposal saya tidak tembus satupun. Saat itu saya hampir putus asa dengan keadaan yang cukup berantakan. Saya depresi beberapa hari dan berpikir mungkin memang benar, hanya orang berduit sajalah yang bisa berkuliah di luar negeri. Namun, seperti yang selalu dikatakan di film negeri lima menara “Man jadda wa jadda”, saya bangkit lagi dari tempat tidur, membuat daftar orang-orang penting, menyusun strategi komunikasi dan kembali mencoba meminta bantuan secara personal ke tokoh-tokoh politik di kota Ambon. Tanpa malu-malu, saya kejar dan datang ke rumah mereka semua. Saya sempat debat dengan berbagai macam orang karena anggapan teguh saya akan kewajiban pejabat Maluku untuk memberikan bantuan kepada putra daerah yang tidak mampu ternyata bertentangan dengan pandangan kolot mereka. Mereka berpikir bahwa saya terlalu memaksakan keadaan dan meminta saya untuk melanjutkan studi di Indonesia saja ataupun kembali berkuliah di Ambon. Setelah beraudiensi dengan berbagai macam orang, akhirnya ada satu tokoh yang terbuka hatinya untuk membantu secara finansial. Sungguh, usaha memang tidak pernah menghianati hasil. Coba kalau saat itu saya tidak bangun dari tempat tidur dan mengetuk pintu rumah Bapak tersebut, mungkin saya tidak akan berada di Rusia saat ini.

Reporter: Imam Sultan Assidiq


------------------------------------------------------------------------------------------------------------