Sabtu, 16 Desember 2017

ERDA RAHMILAILA DESFITRI: Yuk, Kuliah ke Jepang, Simak Pengalaman Gadis Minang Ini Berjuang di Jepang!







Nama saya Erda Rahmilaila Desfitri. Baik di rumah ataupun di kampus saya biasanya dipanggil Ella. Saya berasal dari Lurah Gadang, desa pinggiran di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Saya katakan pinggiran karena sampi saat ini desa saya belum terjamah oleh signal satelit/ jaringan telepon/ HP. Tapi Alhamdulillah listrik sudah mulai masuk ketika saya duduk di bangku kelas 2 SMA. Saat ini saya kuliah di Jurusan Teknik Kimia bidang Environmental and Renewable Energy Systems Fakultas Teknik, Gifu University, Jepang, lewat program Basin water environmental Leaders (BWEL).

Mengenal Jepang dari sang Nenek …

Jepang, awal mula saya mendengar nama negara ini dari cerita nenek saya tentang penjajahan (maklum masa kecil saya tidak disuguhi dengan tontonan televisi dan gadget, hehe). Mungkin karena itu Jepang sangat familiar di telinga saya. Beranjak SD saya mulai mengenal Doraemon (mulai kelas 3 SD saya sudah bisa menonton televisi karena saya SD ikut kakak mama yang tinggal bukan di kampung halaman kami). Walaupun hanya lewat anime Doraemon saya kagum dengan lingkungan Jepang yang bersih dan tertata rapi. Dari pintu kemana saja dan baling-baling bambu (walau hanya dongeng) tapi disana menurut saya tersimpan kecanggihan teknologi dan cara berpikir yang kreatif.

Awalnya saya sempat berpikir untuk mengambil kuliah dengan Jurusan bahasa Jepang walaupun tidak pernah terpikir untuk kuliah sampai ke Jepang. Tapi karena latar pendidikan SMA saya yg berasal dari Sekolah Menengah Analis Kimia rasanya sayang kalau ilmu kimia saya, saya tinggalkan begitu saja. Dengan takdir Allah akhirnya saya di terima di jurusan Teknik Kimia, Universitas Bung Hatta.

Satu hal yang membuat saya tertarik berkuliah di Jepang adalah programnya. Saya kuliah di sini melalui program Basin Water Environmental Leaders (BWEL) yang misinya adalah mendidik mahasiswa untuk menjadi pemimpin bagi lingkungan. Dalam program ini selain mata kuliah jurusan kita, kita juga harus menyelesaikan mata kuliah yang disediakan program ini. Setelah tamat kita bakal dapat dua achievements dan dapat 2 ijazah. Jadi menurut saya ini kesempatan yang bagus. Selain itu program ini proses belajar mengajarnya menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan kuliah S2 biasa menggunakan bahasa Jepang. Ini juga hal yg menarik bagi saya supaya bisa mengembangkan kemampuan berbahasa. Mengapa saya mengambil jurusan ini karena menurut saya ilmu di bidang ini nanti bakal bisa diaplikasikan di Indonesia.

Hal yang dilakukan sesampainya di Jepang

Setiba disini saya melapor ke siyakusho untuk mendapatkan catatan sipil dan kartu penduduk (resident card). Kemudian mengurus rekening bank dan stempel nama (disini jarang menggunakan tanda tangan). Untuk tempat tinggal saya tinggal di asrama kampus yang sebelum berangkat ke Jepang sudah diuruskan oleh staf BWEL dan supervisor saya. Biayanya sekitar 2 jutaan. Sewa asrama akan berbeda sesuai dengan fasilitas yang diberikan. Kalau asrama saya dapurnya satu untuk 8 orang. Ada lagi jenis asrama buat yang sudah menikah dan bekeluarga, harganya akan lebih mahal.


Adaptasi hari pertama

Hari-hari pertama di Jepang yang membuat saya kesulitan adalah dalam hal komunikasi karena saya baru mulai belajar bahasa Jepang setiba di sini. Saya juga kesulitan untuk menemukan makanan halal. Tapi Alhamdulillah senior-senior di sini sangat membantu. Juga teman-teman Jepang di laboratorium saya sangat baik.

Living cost in Japan

Untuk biaya karena saya hanya dapat biaya hidup satu tahun di tahun kedua ini saya melakukan baito (part time job). Kalau untuk makan siang di kantin kampus berkisar ¥500 sampai ¥1000. Tapi saya lebih sering masak sendiri untuk menjaga kehalalannya dan mendapatkan rasa yang lebih Indonesia.

Fasilitas untuk pelajar internasional

Di kampus ada medical center. Oh iya, saya lupa cerita kalau sesampai di Jepang kita juga harus terdaftar sebagai pengguna asuransi. Kalau untuk berobat di medical center kampus gratis. Kalau berobat di luar akan ada pemotongan harga sebanyak 30% dari harga yang seharusnya dbayarkan. Setiap setahun sekali akan dilakukan medical check up untuk seluruh mahasiswa.

Koneksi internet di Jepang

Di kampus difasilitasi internet gratis. Kalau di asrama disediakan juga wifi yang harus dibayar tiap bulan. Kalau untuk HP data kita akan disimpan di awal kita membeli handphone dan pembayaran dilakukan tiap bulan berdasarkan pemakaian. Jadi kita tidak bisa ganti-ganti nomor secara sembarangan.

Empat musim di Jepang, bagaimana rasanya?

Sangat terkesan sekali karena setiap tiga bulan sekali kita akan melihat pemandangan yang berbeda. Saya paling suka musim semi karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Bunga-bunga bermerkaran  di sana-sini. Untuk musim yang kurang saya sukai adalah musim salju karena sangat dingin apalagi kalau salju sudah mulai mencair jalanan akan mulai licin dan akan malas sekali untuk melakukan kegiatan di luar.

Future plan for Indonesia!

Sekarang saya semester terakhir program S2 insyaAllah maret akan selesai dan saya akan melanjutkan ke program S3. InsyaAllah sesampai di Indonesia saya akan mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh disini. Saya ingin menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi di Indonesia. Nantinya saya ingin juga mengirim mahasiswa-mahasiswa saya untuk melanjutkan kuliahnya d luar negeri.


Tips!

Untuk teman-teman yang mau kuliah di Jepang walaupun nanti teman-teman ikut program international akan lebih baik pelajari dasar-dasar bahasa jepang sebelum berangkat ke sini. Tetap semangat dan terus berjuang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar