Kamis, 07 September 2017

Salah satu instruktur Cambridge Lhokseumawe bercerita tentang Perjuangannya meraih Beasiswa Ke Australia. Part 2



Miss Dahniar.
Salah satu instruktur Cambridge Lhokseumawe bercerita tentang Perjuangannya meraih Beasiswa.
Part 2

Living and Studying Abroad.

Saat anda memutuskan kuliah diluar negeri, jangan takut jika anda harus berangkat sendirian. Why? Karena ketika kita mendaftar ke kampus luar, biasanya mereka menyediakan layanan menjemput para mahasiswa internasional dibandara.

Pada awal saya mendaftarkan dulu dikampus Deakin University  di daerah Burwood, Melbourne, pihak kampus mengirim email dan meminta nomor penerbangan saya. Mereka juga menanyakan akan apakah kita mau tinggal sementara di asrama mahasiswa mereka sementara, sebelum kita mencari  dan mendapatkan  tempat tinggal lain (istilah kita, kost lain) jika kita tidak menyukai kehidupan asrama kampus.

Bahkan pihak kampus bisa juga mengirimkan kita email perwakilan mahasiswa dari negara Indonesia untuk membantu kita pada awal kedatangan (saat saya mencoba mendaftar di kampus di Inggris dan diterima namun tidak berhasil dapat sponsor). 

Sebagian kampus memiliki perwakilannya dari negara yang berbeda-beda untuk membantu para mahasiswa internasional baru . So don’t worry about going alone (biasanya jarang sih alone, kecuali biaya sndiri).
Umumnya berangkat satu group.

Karena saya kuliah melalui beasiswa pemerintah Aceh, saya hanya mengikuti apa yang sudah ditetapkan oleh mereka. Ternyata pihak beasiswa sudah mengatur tempat saya tinggal. Saya tinggal di apartement bersama sekitar 9 mahasiswa Aceh lainnya. Sebenarnya saya ingin sekali merasakan tinggal dengan mereka dari background yang berbeda agar speaking English saya saya praktekkan setiap hari. Tapi ujung-ujungnya bahasa Indonesia dan  Bahasa Aceh juga tiap hari meski sudah diluar negeri hehehe..

Tapi Alhamdulillah, beberapa kawan kelas dari negara berbeda menjadi teman yang baik. Jadi speaking English tetap terjaga diluar kampus. We went out together some times. Pergi ke taman, menyusuri  kota kecil dsb.

Awal kegiatan dikampus berupa kegiatan orientation, sebuah kegiatan bagi mahasiswa kampus untuk mengenal lokasi kampus dan membantu mahasiswa baru untuk registrasi, untuk  membuka buku rekening bank, dan untuk membuat ID mahasiswa. Jadi beda sekali kegiatan orientasi kita disini dengan diluar. 

Ini merupakan kritik saya bagi kegiatan orientasi kampus di Indonesia yang sering diisi dengan kegiatan peloncoan yang tidaak bermanfaat (semoga benar-benar sudah hilang kegiatan itu).

Model perkuliahan bermacam-macam, tergantung jurusan apa yang kita pilih juga. Jika kita mengambil program master tentunya mata kuliahnya tidak sebanyak S1.  Untuk Master mata kuliah diluar negeri berkisar antara 12 mata kuliah. 4 mata kuliah di trisemester, 4 di trisemester berikutnya dan 4 ditri semester selanjutnya. 

Australia menggunakan system trisemester, artinnya semester mereka berkisar hanya 4 bulan, beda dengan Indonesia yang 6 bulan. 

Terdengar enak karena tidak lama-lama, namun jika tugas menumpuk dan harus dikumpul di tanggal yang berdekatan, kita bisa hanya berjalan antara kampus, perpustakaan dan apartemen.
Di luar negeri, program masternya juga bisa dipilih, apakah mau research saja, kuliah saja (coursework), atau kuliah dengan research (coursework-research).
Kebanyakan tugas disana berupa  essay.

Makanya jangan heran kalau pemberi beasiswa sangat menekankan kemampuan menulis kita dari nilai IELTS dan TOEFL. Essay disana tidak sembarangan essay dimana disini (saya sering lihat tugas mahasiswa) yang hanya copy paste.  Jangan bawa kebiasaan itu diluar negeri kalau tidak mau berurusan dengan sangsi yang disediakan kampus. Menyontek atau menjiplak merupakan kasus yang serius diluar negeri. 

Selain itu, essay yang diharapkan oleh para dosen disana juga harus bisa memperlihatkan ‘Critical Thinking’ kita. Kita juga harus bisa mempertahankan argument kita  di essay dengan dukungan data-data dari bahan  yang kita baca.  

Selain itu, essay juga harus bisa memberikan jawaban dari soal yang dosen berikan artinya tidak melenceng dari topic yang diminta. Dan usahakan mengikuti gaya ‘Anglo Saxon’ karena kehidupan kampus mereka dari budaya Anglo Saxon, dimana mereka menyukai sesuatu yang tidak berbelit-belit, to do point. Gaya penulisan berbeda dalam tiap budaya (saya mempelajari ini dalam mata kuliah saya Cross Culture Understanding).  

Arab terbiasa berputar-putar, Asia jg begitu. Anglo saxon modelnya seperti panah ke bawah.
Makanya jangan heran kalau essay mereka hanya sekitar 2000, 3000, 4000 kata. Hanya beberapa lembar saja. Tapi akan menyulitkan ketika kita tidak terbiasa menulis akademik.
Namun jika sumber yang dibaca banyak, insya Allah mudah dan lancer idenya.
Dan ini juga memberikan nilai lebih dalam essay kita.
\
Tapi jangan khawatir, kampus juga memberikan layanan bagi mahasiswa baru berupa support class yang membahas tentang penulisan essay di masa orientasi. Itu bisa diiukuti mahasiswa S1 mauppun S2. Mereka menyediakan buku kecil pengantar menulis essay, cara mengquote kutipan, cara menulis daftar pustaka dsb. (saya tidak tau apakah semua kampus memberikan layanan itu).

Salah satu yang terasa sekali perbedaaan kehidupan kampus di sana dan di sini adalah, sikap mahasiswanya yang tidak bising baik didalam dan di luar ruangan kelas serta di perpustakaan. 

Apalagi jika anda mengunjungi perpustakaan University of Melbourne di tengah kota, anda tidak berani bersuara sedikitpun.

Lalu bagaimana dengan komunikasi dengan para dosen disana? 

Yang pasti disana kita tidak menelpon  atau meng sms dosen ( tapi meng email mereka ). Komunikasi yang paling sering dilakukan adalah melalui email. Kampus menyediakan email setiap dosen. Jadi ketika kita tidak memahami maksud tugasnya kita bisa mengemail dosen kita dan menanyakan lebih lanjut, atau jika kita ingin meminta tambahan waktu untuk tugas essay kita, kita bisa mengemail mereka meminta penangguhan waktu alias extension. Dan mereka akan membalas, don’t worry. Kebanyakan layanan yang diberikan kampus kepada mahasiswa internasional sangat memuaskan. Bahkan sangat dimudahkan yang membuat kita pada akhirnya sering membandingkan dengan layanaan yang diberikan dikampus kita di Indonesia.'

Living in Melbourne.

Tinggal di daerah Melbourne tidak serumit tinggal dikota seperti Jakarta (. Melbourne merupakan salah satu kota besar di Australia, selain Sydney. Kalau Sydney lebih bersifat bisnis kotanya, maka Melbourne tidak sebisnis Sydney, lebih ke unsur fashion (gambarannya tidak banyak gedung pencakar langit di Melbourne sebanyak Sydney ) dan tidak se hectic Sydney lalu lintasnya.

Jalan –jalan lebar dan tidak padat.  Jalanan padat hanya di jam pergi dan pulang kerja, dan macetpun tidak terlalu sering. Yang jelas jauh sekali dari kehidupan Jakarta yang  penuh dengan kemacetan dan asap.
Pejalan kaki disana begitu dihargai. Dan hampir di semua kota dinegara maju saya juga mendengar kisah seperti itu. Saya pernah berjalan disekitar area kampus dan berusaha menyeberang jalan, dan kebiasaan menunggu mobil lewat saya dari Aceh saya praktekkan.

Ternyata mobil tersebut berhenti dan dia melambaikan tangannya ke saya untuk lewat, hehe..I just could say “O, thank you” (. Dan ini juga berlaku di jalan raya. Kita bisa melihat di film-film, lampu lalu lintas mereka yang menyediakan symbol pejalan kaki, yang merupakan tanda waktunya pejalan kaki menyeberang. 

Salah satu cara kota ini mencegah kemacetan, mereka menyediakan bus tepat waktu dan menetapkan parkir yang tinggi di daerah  perkotaan. Makanya karyawan kantoran sering meninggalkan mobil mereka di daerah bebas parkir dan memilih naik bus untuk kekantor (Begitu cerita teman bule saya). Pernah suatu hari pada jam kerja saya dan teman ke tengah kota, dan pas masuk bus, hanya kami berdua yang tanpa setelan jas (
Selain itu, kota-kota di Australia juga memberikan informasi yang jelas tentang nama jalan, jadwal bus, jadwal tramp (sejenis kereta api kecil yang ditarik listrik di tengah jalan) yang bisa di akses di website maupun dibaca halte masing-masing. Disana kita akan dilatih menjadi disiplin waktu. Karena kalau tidak you will miss the bus ( (memang tempat kita, yang angkot bisa mundur jemput  kita yang tertinggal (). Dan yang pasti anda akan sering melihat ketenangan jalan raya tanpa klakson mobil dan selip sana selip sini.  Salah satu yang unik adalah mall-mall disana tutup sore hari, sekitar jam 6. :O, kami pernah keluar malam minggu dan berfikir untuk sekedar cuci mata di mall tengah kota Melbourne. Ternyata sampai disana mall sudah  tutup :D. Mereka terlihat lebih memilih berhenti kerja di malam hari dan menghabiskan weekend dengan keluarga, teman, pacar , di restaurant-restaurant. Sepertinya, they try to enjoy their lives dan melupakan kehidupan bekerja sampai larut malam.
Kota Melbourne juga ramah lingkungan.

Banyak taman-taman besar disediakan dimana pohon pohon hijau dijaga kehidupannya. Saya pernah bertanya kepada salah satu teman bule saya “what’s the orange box near the tree Del?” dan dia bilang “ it’s a water box  where the water will flow itself to keep the tree from drying when summer comes”. Begitulah mereka menjaga pohon pohon untuk tidak mati.

Satu hal positive lain yang bisa dipraktekkan adalah kebiasaan penggunaan kata “sorry, thank you, dan excuse me” . Kita bisa mendengar dari penumpang bus yang turun dan mengucapkan “thank you” untuk sopirnya, atau “sorry”  ketika mereka tanpa sengaja menyenggol kita sedikit di swalayan (meski bisa jadi yang menyenggol adalah kita )

So, that’s it. I feel I write too much. Yang pasti, berjalanlah ke belahan dunia agar kita mengenal dan mempelajari banyak hal. Ambil yang postivenya dan tinggalkan yang negativenya. Ambil yang positivenya dan praktekkan di tempat asal kembali. Kalau saya pribadi yang saya sukai dari perjalanan saya keluar adalah layanan public mereka yang begitu memudahkan setiap orang, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai pengguna jalan raya. Semoga kampus-kampus di Indonesia bisa lebih ramah dan terbuka informasinya, semoga mahasiswa-mahasiswa lebih tertib dikampus,  dan semoga jalanan di kota-kota Indonesia  lebih teratur dan juga lebih ramah dengan pengguna jalannya.

Dahniar Dawud
Master in Teaching English for Speakers of Other Languages (TESOL)
Deakin University, Burwood, Melbourne, Victoria.


_______________________________


Tertarik kuliah keluar Negeri?



Yuk persiapkan kemampuan Bahasa Inggris dengan Baik, Cambridge Lhokseumawe dengan senang hati akan membantu kamu. Segera dapatkan kesempatan kursus privat dilatih dari Dasar Jaminan Sampai Lancar.
Mau tahu info lengkap lainnya?

Datang langsung ke Jalan air bersih / jln Karimuddin Hasballah , ruko no 41, disamping mitra klinik, (bisa lewat jln Peutua Ibrahim dekat Kantor RRI pajak inpres) pas di simpang empatnya trus belok kiri, atau telfon aja ke nomor :
0823 6715 2233 ataupun ke nomor
0823 6493 9007 untuk ikut kelas dengan penawaran menarik sekarang juga!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar