Miss Dahniar.
Salah satu instruktur Cambridge Lhokseumawe bercerita tentang Perjuangannya meraih Beasiswa.
Part 2
Living and Studying Abroad.
Saat anda memutuskan kuliah diluar negeri, jangan takut jika anda harus berangkat sendirian. Why? Karena ketika kita mendaftar ke kampus luar, biasanya mereka menyediakan layanan menjemput para mahasiswa internasional dibandara.
Pada
awal saya mendaftarkan dulu dikampus Deakin University di daerah
Burwood, Melbourne, pihak kampus mengirim email dan meminta nomor
penerbangan saya. Mereka juga menanyakan akan apakah kita mau tinggal
sementara di asrama mahasiswa mereka sementara, sebelum kita mencari
dan mendapatkan tempat tinggal lain (istilah kita, kost lain) jika kita
tidak menyukai kehidupan asrama kampus.
Bahkan
pihak kampus bisa juga mengirimkan kita email perwakilan mahasiswa dari
negara Indonesia untuk membantu kita pada awal kedatangan (saat saya
mencoba mendaftar di kampus di Inggris dan diterima namun tidak berhasil
dapat sponsor).
Sebagian
kampus memiliki perwakilannya dari negara yang berbeda-beda untuk
membantu para mahasiswa internasional baru . So don’t worry about going
alone (biasanya jarang sih alone, kecuali biaya sndiri).
Umumnya berangkat satu group.
Karena saya kuliah melalui beasiswa pemerintah Aceh, saya hanya mengikuti apa yang sudah ditetapkan oleh mereka. Ternyata pihak beasiswa sudah mengatur tempat saya tinggal. Saya tinggal di apartement bersama sekitar 9 mahasiswa Aceh lainnya. Sebenarnya saya ingin sekali merasakan tinggal dengan mereka dari background yang berbeda agar speaking English saya saya praktekkan setiap hari. Tapi ujung-ujungnya bahasa Indonesia dan Bahasa Aceh juga tiap hari meski sudah diluar negeri hehehe..
Tapi
Alhamdulillah, beberapa kawan kelas dari negara berbeda menjadi teman
yang baik. Jadi speaking English tetap terjaga diluar kampus. We went
out together some times. Pergi ke taman, menyusuri kota kecil dsb.
Awal
kegiatan dikampus berupa kegiatan orientation, sebuah kegiatan bagi
mahasiswa kampus untuk mengenal lokasi kampus dan membantu mahasiswa
baru untuk registrasi, untuk membuka buku rekening bank, dan untuk
membuat ID mahasiswa. Jadi beda sekali kegiatan orientasi kita disini
dengan diluar.
Ini
merupakan kritik saya bagi kegiatan orientasi kampus di Indonesia yang
sering diisi dengan kegiatan peloncoan yang tidaak bermanfaat (semoga
benar-benar sudah hilang kegiatan itu).
Model
perkuliahan bermacam-macam, tergantung jurusan apa yang kita pilih
juga. Jika kita mengambil program master tentunya mata kuliahnya tidak
sebanyak S1. Untuk Master mata kuliah diluar negeri berkisar antara 12
mata kuliah. 4 mata kuliah di trisemester, 4 di trisemester berikutnya
dan 4 ditri semester selanjutnya.
Australia menggunakan system trisemester, artinnya semester mereka berkisar hanya 4 bulan, beda dengan Indonesia yang 6 bulan.
Terdengar
enak karena tidak lama-lama, namun jika tugas menumpuk dan harus
dikumpul di tanggal yang berdekatan, kita bisa hanya berjalan antara
kampus, perpustakaan dan apartemen.
Di
luar negeri, program masternya juga bisa dipilih, apakah mau research
saja, kuliah saja (coursework), atau kuliah dengan research
(coursework-research).
Kebanyakan tugas disana berupa essay.
Kebanyakan tugas disana berupa essay.
Makanya
jangan heran kalau pemberi beasiswa sangat menekankan kemampuan menulis
kita dari nilai IELTS dan TOEFL. Essay disana tidak sembarangan essay
dimana disini (saya sering lihat tugas mahasiswa) yang hanya copy
paste. Jangan bawa kebiasaan itu diluar negeri kalau tidak mau berurusan
dengan sangsi yang disediakan kampus. Menyontek atau menjiplak
merupakan kasus yang serius diluar negeri.
Selain
itu, essay yang diharapkan oleh para dosen disana juga harus bisa
memperlihatkan ‘Critical Thinking’ kita. Kita juga harus bisa
mempertahankan argument kita di essay dengan dukungan data-data dari
bahan yang kita baca.
Selain
itu, essay juga harus bisa memberikan jawaban dari soal yang dosen
berikan artinya tidak melenceng dari topic yang diminta. Dan usahakan
mengikuti gaya ‘Anglo Saxon’ karena kehidupan kampus mereka dari budaya
Anglo Saxon, dimana mereka menyukai sesuatu yang tidak berbelit-belit,
to do point. Gaya penulisan berbeda dalam tiap budaya (saya mempelajari
ini dalam mata kuliah saya Cross Culture Understanding).
Arab terbiasa berputar-putar, Asia jg begitu. Anglo saxon modelnya seperti panah ke bawah.
Makanya
jangan heran kalau essay mereka hanya sekitar 2000, 3000, 4000 kata.
Hanya beberapa lembar saja. Tapi akan menyulitkan ketika kita tidak
terbiasa menulis akademik.
Namun jika sumber yang dibaca banyak, insya Allah mudah dan lancer idenya.
Dan ini juga memberikan nilai lebih dalam essay kita.
\
Tapi
jangan khawatir, kampus juga memberikan layanan bagi mahasiswa baru
berupa support class yang membahas tentang penulisan essay di masa
orientasi. Itu bisa diiukuti mahasiswa S1 mauppun S2. Mereka menyediakan
buku kecil pengantar menulis essay, cara mengquote kutipan, cara
menulis daftar pustaka dsb. (saya tidak tau apakah semua kampus
memberikan layanan itu).
Salah satu yang terasa sekali perbedaaan kehidupan kampus di sana dan di sini adalah, sikap mahasiswanya yang tidak bising baik didalam dan di luar ruangan kelas serta di perpustakaan.
Apalagi jika anda mengunjungi perpustakaan University of Melbourne di tengah kota, anda tidak berani bersuara sedikitpun.
Lalu bagaimana dengan komunikasi dengan para dosen disana?
Yang
pasti disana kita tidak menelpon atau meng sms dosen ( tapi meng email
mereka ). Komunikasi yang paling sering dilakukan adalah melalui email.
Kampus menyediakan email setiap dosen. Jadi ketika kita tidak memahami
maksud tugasnya kita bisa mengemail dosen kita dan menanyakan lebih
lanjut, atau jika kita ingin meminta tambahan waktu untuk tugas essay
kita, kita bisa mengemail mereka meminta penangguhan waktu alias
extension. Dan mereka akan membalas, don’t worry. Kebanyakan layanan
yang diberikan kampus kepada mahasiswa internasional sangat memuaskan.
Bahkan sangat dimudahkan yang membuat kita pada akhirnya sering
membandingkan dengan layanaan yang diberikan dikampus kita di Indonesia.'
Living in Melbourne.
Tinggal
di daerah Melbourne tidak serumit tinggal dikota seperti Jakarta (.
Melbourne merupakan salah satu kota besar di Australia, selain Sydney.
Kalau Sydney lebih bersifat bisnis kotanya, maka Melbourne tidak
sebisnis Sydney, lebih ke unsur fashion (gambarannya tidak banyak gedung
pencakar langit di Melbourne sebanyak Sydney ) dan tidak se hectic
Sydney lalu lintasnya.
Jalan
–jalan lebar dan tidak padat. Jalanan padat hanya di jam pergi dan
pulang kerja, dan macetpun tidak terlalu sering. Yang jelas jauh sekali
dari kehidupan Jakarta yang penuh dengan kemacetan dan asap.
Pejalan
kaki disana begitu dihargai. Dan hampir di semua kota dinegara maju
saya juga mendengar kisah seperti itu. Saya pernah berjalan disekitar
area kampus dan berusaha menyeberang jalan, dan kebiasaan menunggu mobil
lewat saya dari Aceh saya praktekkan.
Ternyata
mobil tersebut berhenti dan dia melambaikan tangannya ke saya untuk
lewat, hehe..I just could say “O, thank you” (. Dan ini juga berlaku di
jalan raya. Kita bisa melihat di film-film, lampu lalu lintas mereka
yang menyediakan symbol pejalan kaki, yang merupakan tanda waktunya
pejalan kaki menyeberang.
Salah
satu cara kota ini mencegah kemacetan, mereka menyediakan bus tepat
waktu dan menetapkan parkir yang tinggi di daerah perkotaan. Makanya
karyawan kantoran sering meninggalkan mobil mereka di daerah bebas
parkir dan memilih naik bus untuk kekantor (Begitu cerita teman bule
saya). Pernah suatu hari pada jam kerja saya dan teman ke tengah kota,
dan pas masuk bus, hanya kami berdua yang tanpa setelan jas (
Selain itu, kota-kota di Australia juga memberikan informasi yang jelas tentang nama jalan, jadwal bus, jadwal tramp (sejenis kereta api kecil yang ditarik listrik di tengah jalan) yang bisa di akses di website maupun dibaca halte masing-masing. Disana kita akan dilatih menjadi disiplin waktu. Karena kalau tidak you will miss the bus ( (memang tempat kita, yang angkot bisa mundur jemput kita yang tertinggal (). Dan yang pasti anda akan sering melihat ketenangan jalan raya tanpa klakson mobil dan selip sana selip sini. Salah satu yang unik adalah mall-mall disana tutup sore hari, sekitar jam 6. :O, kami pernah keluar malam minggu dan berfikir untuk sekedar cuci mata di mall tengah kota Melbourne. Ternyata sampai disana mall sudah tutup :D. Mereka terlihat lebih memilih berhenti kerja di malam hari dan menghabiskan weekend dengan keluarga, teman, pacar , di restaurant-restaurant. Sepertinya, they try to enjoy their lives dan melupakan kehidupan bekerja sampai larut malam.
Kota Melbourne juga ramah lingkungan.
Selain itu, kota-kota di Australia juga memberikan informasi yang jelas tentang nama jalan, jadwal bus, jadwal tramp (sejenis kereta api kecil yang ditarik listrik di tengah jalan) yang bisa di akses di website maupun dibaca halte masing-masing. Disana kita akan dilatih menjadi disiplin waktu. Karena kalau tidak you will miss the bus ( (memang tempat kita, yang angkot bisa mundur jemput kita yang tertinggal (). Dan yang pasti anda akan sering melihat ketenangan jalan raya tanpa klakson mobil dan selip sana selip sini. Salah satu yang unik adalah mall-mall disana tutup sore hari, sekitar jam 6. :O, kami pernah keluar malam minggu dan berfikir untuk sekedar cuci mata di mall tengah kota Melbourne. Ternyata sampai disana mall sudah tutup :D. Mereka terlihat lebih memilih berhenti kerja di malam hari dan menghabiskan weekend dengan keluarga, teman, pacar , di restaurant-restaurant. Sepertinya, they try to enjoy their lives dan melupakan kehidupan bekerja sampai larut malam.
Kota Melbourne juga ramah lingkungan.
Banyak
taman-taman besar disediakan dimana pohon pohon hijau dijaga
kehidupannya. Saya pernah bertanya kepada salah satu teman bule saya
“what’s the orange box near the tree Del?” dan dia bilang “ it’s a water
box where the water will flow itself to keep the tree from drying when
summer comes”. Begitulah mereka menjaga pohon pohon untuk tidak mati.
Satu
hal positive lain yang bisa dipraktekkan adalah kebiasaan penggunaan
kata “sorry, thank you, dan excuse me” . Kita bisa mendengar dari
penumpang bus yang turun dan mengucapkan “thank you” untuk sopirnya,
atau “sorry” ketika mereka tanpa sengaja menyenggol kita sedikit di
swalayan (meski bisa jadi yang menyenggol adalah kita )
So, that’s it. I feel I write too much. Yang pasti, berjalanlah ke belahan dunia agar kita mengenal dan mempelajari banyak hal. Ambil yang postivenya dan tinggalkan yang negativenya. Ambil yang positivenya dan praktekkan di tempat asal kembali. Kalau saya pribadi yang saya sukai dari perjalanan saya keluar adalah layanan public mereka yang begitu memudahkan setiap orang, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai pengguna jalan raya. Semoga kampus-kampus di Indonesia bisa lebih ramah dan terbuka informasinya, semoga mahasiswa-mahasiswa lebih tertib dikampus, dan semoga jalanan di kota-kota Indonesia lebih teratur dan juga lebih ramah dengan pengguna jalannya.
Dahniar Dawud
Master in Teaching English for Speakers of Other Languages (TESOL)
Deakin University, Burwood, Melbourne, Victoria.
Master in Teaching English for Speakers of Other Languages (TESOL)
Deakin University, Burwood, Melbourne, Victoria.
_______________________________
Tertarik kuliah keluar Negeri?
Yuk persiapkan kemampuan Bahasa Inggris dengan Baik, Cambridge Lhokseumawe dengan senang hati akan membantu kamu. Segera dapatkan kesempatan kursus privat dilatih dari Dasar Jaminan Sampai Lancar.
Mau tahu info lengkap lainnya?
Datang langsung ke Jalan air bersih / jln Karimuddin Hasballah , ruko no 41, disamping mitra klinik, (bisa lewat jln Peutua Ibrahim dekat Kantor RRI pajak inpres) pas di simpang empatnya trus belok kiri, atau telfon aja ke nomor :
0823 6715 2233 ataupun ke nomor
0823 6493 9007 untuk ikut kelas dengan penawaran menarik sekarang juga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar