Sabtu, 23 Juli 2022

Cerita Christina Mega Putri, Purna Praja IPDN Berprestasi Asal NTT Tempuh Pendidikan Magister di Amerika




Menjadi mahasiswa internasional di tempat dengan budaya dan sistem pendidikan yang berbeda, menjadi tantangan dan juga pengalaman menarik tersendiri bagi saya.

Banyak langkah dan rencana yang saya lewati hingga saat ini. Mengingat kembali masa kecil di kota terpencil Timur Indonesia dengan akses pendidikan yang sangat minim, hingga saat ini menempuh Pendidikan di Negara Adikuasa menjadi cerita panjang yang tidak akan habis diutarakan.


Saya, Christina Mega Putri Komar, S.IP, dilahirkan di Kota Kefamenanu, 15 Juni 1992. Menamatkan pendidikan di SDK Oemanu, SMPN 1 Kefamenanu, dan SMAN 1 Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, saya mengadu nasib mengikuti tes IPDN.


 
Berawal dari keinginan untuk melanjutkan pendidikan melalui beasiswa agar tidak menyusahkan orang tua, akhirnya saya memutuskan untuk masuk Perguruan Tinggi Kedinasan setelah lulus SMA.

Dari begitu banyak sekolah kedinasan yang ada seperti STAN, STIS, STPI, STIP, IPDN, dan lain-lain, saya memutuskan untuk mengikuti tes IPDN tahun 2010.


Menjadi Praja IPDN mungkin merupakan cita - cita sebagian orang. Setelah dinyatakan lulus dan menjadi bagian dari IPDN Angkatan 21 di Jatinangor, saya merasakan nilai – nilai kepamongprajaan yang ditanamkan di setiap aktivitas membentuk dan mempersiapkan saya menjadi abdi negara dan abdi masyarakat yang handal.

Dua tahun merasakan masa Muda dan Madya di Jatinangor, saya dipindahkan ke Kampus Cilandak, Jakarta pada tingkat Nindya untuk melanjutkan Program S1.

Kembali ke Jatinangor saat Wasana, saya diwisudakan bersama kurang lebih 1200 teman lainnya pada Juni, 2014. Saya ditempatkan di Biro Umum Setda Provinsi NTT saat CPNS, dan dimutasi ke Biro Keuangan Setda Provinsi NTT hingga saat ini (sekarang telah menjadi Badan Keuangan Daerah Provinsi NTT).

Pada tahun 2016, saya mengikuti Program Pelatihan Bahasa Inggris dari Australia Awards Bernama English Languange Training Assistance (ELTA). Bekal sertifikat IELTS yang didapat, saya melamar beasiswa Australia Award Scholarship (AAS) pada tahun 2017.

Sayangnya, saya gagal saat wawancara, dan menjadi motivasi bagi saya untuk melamar lagi. Tahun 2018, dengan persiapan yang lebih matang, saya melamar lagi beasiswa AAS dan Beasiswa New Zealand.

Namun, saya masih belum lolos pada tahap wawancara untuk AAS dan tahap tes psikologi untuk beasiswa New Zealand. Berita dibukanya Beasiswa Indonesia Timur (BIT) oleh LPDP menjadi penyemangat bagi saya untuk tetap mencoba mendaftar beasiswa.

Pada Bulan November tahun yang sama, saya mendaftar beasiswa LPDP BIT dengan harapan ini menjadi perjuangan terakhir saya mengejar beasiswa.

Kekurangan dan kesalahan yang menurut saya masih dilakukan saat mendaftar beasiswa sebelumnya menjadi pembelajaran terpenting agar saya tidak melakukan kesalahan yang sama.

Spesifiknya, persiapan mendaftar beasiswa LPDP BIT kali ini lebih matang seperti dokumen-dokumen administrasi, essay yang telah dikoreksi berulang – ulang kali, dan dokumen – dokumen kantor lainnya yang telah dipersiapkan jauh – jauh hari.

Tahap demi tahap saya lewati diawali dengan tes administrasi, tes TPA dan writing, verifikasi dokumen asli, Leaderless Group Discussion, tes wawancara, dan akhirnya pengumuman kelulusan disampaikan awal bulan Maret 2019.

Setelah dinyatakan lulus Beasiswa LPDP BIT, masih ada lagi beberapa tahap yang harus diikuti yaitu Program Pengayaan Bahasa, Persiapan Keberangkatan, pendaftaran kampus tujuan, pengurusan visa, hingga keberangkatan ke tempat study.

Saya memilih untuk melanjutkan Pendidikan S2 di Northeastern University, dengan program master’s degree in Public Administration yang linear dengan Pendidikan S1 saya, Ilmu Pemerintahan.

Northeastern University terletak di Kota Boston, Massachusetts, Amerika Serikat. Saat ini saya telah menyelesaikan tahun pertama saya sebagai Graduate Student dan akan menyelesaikan Pendidikan pada bulan Mei 2023 nanti.

Bagi saya, melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membuat wawasan menjadi lebih luas, mengubah pikiran menjadi lebih open-minded, dan membuka diri untuk menyambut perkembangan dunia saat ini dalam bidang apapun.

Saya berharap generasi muda Indonesia dapat mengukir masa depannya mulai dari sekarang, mempersiapkan amunisi dalam diri untuk berkompetisi didunia yang terus berkembang maju. Apapun rencana yang diimpikan, dengan niat dan usaha tentu akan tercapai.*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar