Rabu, 11 September 2019



Ingin Kuliah Di Jerman Seperti Prof B.J Habibie? Simak Dulu Kisah 5 Pemuda Indonesia Lanjut Kuliah Di Jerman.


Suksesnya Professor B.J Habibie banyak mengispirasi pemuda pemudi Indonesia untuk melanjutkan studi ke Jerman. Bagaimana tidak? Selain negara maju dengan kualitas pendidikan yang sangat baik serta suasana kota yang nyaman, Jerman juga menyediaakan beberapa universitas gratis serta beasiswa untuk studi disana. Fasilitas di setiap universitas disana pun juga lengkap tanpa membedakan mahasiswa asing atau mahasiswa dalam negeri.

Berbicara mengenai fasilitas, Mega lianti salah satu mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jerman menceritakan kondisi fasilitas dan universitas di Jerman. Setiap mahasiswa di Jerman akan memiliki semester ticket yang berupa card yang bisa digunakan untuk naik bus, kereta, tram di hampir satu provinsi di daerah kampus masing-masing mahasiswa.

Universitas- universitas di Jerman pun memiliki tingkat kualitas yang hampir sama bagusnya, berbeda dengan di Indonesia yang memiliki berbagai ketimpangan antara kampus A yang berada di daerah A dan kampus B yang berada di daerah B dan seterusnya. Hampir semua pembelajaran menggunakan e-book yang bisa didownload serta buku fisiknya bisa ditemui di perpustakaan kampus.

Mengenai perpustakaan sendiri, fasilitas di perpustakaan universitas di Jerman dibuka untuk umum. Jadi siapapun yang ingin membaca bisa datang namun, apabila ingin meminjam buku harus menggunakan kartu mahasiswa. Ketika sudah dekat waktu ujian, perpustakaan akan penuh dari pagi sampai malam.



Selain itu ada juga beberapa perpustakaan yang menyediakan ruang belajar untuk umum. Selain itu ada pula fasilitas pinjam sepeda. Setiap mahasiswa disana bisa meminjam sepeda dari perusahaan swasta yang bekerja sama dengan kampus secara gratis selama 60 menit setiap hari. Sepeda-sepeda tersebut sudah dilengkapi GPS jadi harus diletakkan di halte-halte tertentu setelah memakainya.

Untuk kuliah disana seperti yang kita tahu pemerintah Jerman menawarkan beasiswa DAAD kepada mahasiswa – mahasiswa Indonesia yang ingin belajar di Jerman. Konon beasiswa DAAD adalah beasiswa yang cukup sulit untuk ditembus.

Menurut Lia Rustika, salah satu pemuda Indonesia yang berhasil mendapatkan beasiswa tersebut, meskipun untuk mendapatkannya susah beasiswa DAAD adalah beasiswa yang patut untuk diperjuangkan. Selain mendapatkan fasilitas kuliah gratis, awardee bersama pasangan (jika memiliki) akan diberikan kursus bahasa Jerman di Jerman, biaya hidup (lengkap dengan tunjangan untuk istri/suami dan anak), dibantu biaya sewa rumah jika sewa terlalu mahal, asuransi kesehatan, hingga diberi  kemudahan ketika mengurus visa.




Bahkan jika ada masalah birokrasi di Jerman juga akan dibantu. Selain itu, awardee juga akan memperoleh kesempatan untuk beberapa kali jalan – jalan gratis mengunjungi kota-kota di Jerman, mengikuti workshop dan bertemu ilmuwan – ilmuwan ternama selain kuliah.

Perjuangan yang tidak sebentar mendapatkan beasiswa ini. Vegaswaraswati salah satu mahasiswa Indonesia yang berjuang mendapatkan beasiswa di luar negeri selama 2 tahun hingga akhirnya menjumpai dengan beasiswa DAAD ini. Selain melengkapi dokumen beasiswa ia juga harus menyiapkan semua persyaratan untuk bisa diterima di salah satu kampus di Jerman. ariefBahkan demi kuliah di eropa bahkan Arief habibal umam telah mencoba 13 kali apply  beasiswa selama hampir 3 tahun sebelum akhirnya ia berhasil dinytakan sebagai awardee DAAD. Dengan pengalaman kegagaln demi kegagalan yang vega dan Arief alami mereka mampu belajar sehingga menciptkan peluang untuk keberhasilan di beasiswa selanjutnya.

Selain itu, kita tahu dari pengalaman mereka memang kuliah di Jerman tidaklah mudah. Selain harus siap menghadapi pesaing untuk mendapatkan beasiswa juga harus siap mental jika harus menemui kegagalan. Barangkali kegagalan yang kita alami masih sedikit dibandingkan yang orang lain alami.

shafira nur octaviaNamun jika kamu ingin kuliah di Jerman namun belum berhasil mendapatkan beasiswa, Barangkali kamu bisa terinspirasi dari Shafira. Ia berhasil menyelesaikan S1 dan S2 di Jerman tanpa fullscholarship. Berbekal sertifikat bahasa Jerman level B1 dari Goethe Institut ia mendaftar studienkolleg (sekolah penyetaraan selama 2 semester untuk calon mahasiswa selain dari Europian Union).

Diakhir studienkolleg ia harus ujian seperti layaknya UAN di Indonesia. Nilai ujian tersebut ia gunakan untuk mendaftar S1 di Beuth University of Applied Sciences Berlin dengan jurusan Food Science & Technology. Lalu ia pun melanjutkan S2 pada kampus dan jurusan yang sama pula. Alasan ia memilih Beuth University karena suasana kotanya yang ramai, tidak ada biaya kuliah dan biaya hidup relative murah dibandingkan biaya hidup dikota besar lainnya.




Biaya hidup ia membiayai dirinya sendiri dengan bekerja part time. Jika dalam masa ujian, mahasiswa asing bisa mendapatkan bantuan dana selama 1 – 2 bulan dengan membuktikan bahwa ia membiayai hidupnya sendiri dan mempunyai study performance (transkrip nilai) yang baik.

Untuk mengerjakan Bachelor’s Thesis, ia mendapatkan bantuan dana untuk 2,5 bulan dari pemerintah Berlin. Sedangkan selama Master’s Thesis, ia mendapatkan bantuan dana dari beasiswa STIBET dari DAAD.

Inspiratif bukan kisah mereka? Jadi  jalan mana yang kamu pilih? Apapun itu akan selalu ada jalan bagi setiap mereka yang berusaha. Selamat berjuang.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar