Jumat, 07 Oktober 2016

Yuk, Kuliah ke Korea dengan Beasiswa. Seru Loh.


Saya, Mely Chinthya Devi, pelajar Indonesia yang saat ini sedang menjalani studi di Korea Selatan. Sebelum memulai studi di Korea, saya tinggal bersama orangtua saya di Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 2013, saya telah menyelesaikan studi Strata-1 di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Saat ini saya sedang menjalani program kelas Bahasa Korea selama 1 (satu) tahun sejak September 2015 hingga Agustus 2016 di Kangwon National University, Chuncheon, Korea. Selanjutnya, saya akan memulai studi magister saya di bidang International Cooperation di Graduate School of International Studies, Yonsei University, pada September 2016. Saya melanjutkan studi di Korea melalui program Korean Government Scholarship Program (“KGSP”).

Beasiswa KGSP adalah beasiswa yang ditawarkan oleh Kementerian Pendidikan Korea Selatan. Melalui program ini, international students dari berbagai negara berkesempatan untuk melanjutkan studi baik Strata-1, Srata-2 maupun Strata-3. Beasiswa yang diberikan tidak hanya meliputi biaya pendidikan program studi tetapi juga biaya pendidikan sekolah bahasa dan biaya hidup per bulan. Untuk biaya hidup, penerima beasiswa akan memperoleh KRW 900.000,00. 


Beasiswa KGSP dibuka setiap awal Februari untuk program Strata-2 dan Strata 3. Buat kamu yang sudah menyelesaikan S1 sebelum bulan-bulan pendaftaran atau 1 tahun sebelum pendaftaran pas sekali untuk mempersiapkan diri. Sedangkan untuk program Strata-S1 dibuka setiap bulan September. Buat adik-adik lulusan SMA/SMK setelah lulus masih ada waktu 2-3 bulan untuk mempersiapkan pendaftaran, atau persiapan bisa kamu lakukan mulai sebelum lulus atau awal kelas 3 SMA/SMK.


Untuk dapat melanjutkan studi di luar negeri, baik dengan biaya sendiri maupun beasiswa, tentunya diperlukan persiapan yang matang. Saya memulai persiapan sejak Desember 2014 dengan terlebih dahulu mengikuti tes kemahiran bahasa asing. Saat itu saya memilih untuk mengikuti untuk seluruh tes kemahiran Bahasa Inggris yang diakui oleh universitas-universitas ternama di dunia, yakni TOEFL IBT (Test of English as Foreign Language – Internet Based Test) dan IELTS (International English Language Testing System). 


Selain mempersiapkan tes kemahiran bahasa asing, satu hal yang tidak kalah penting untuk dipersiapkan adalah berkas pendaftaran. Mengingat saya mendaftar melalui KGSP, berkas yang perlu dipersiapkan pun beragam. Saya tidak hanya harus menterjemahkan seluruh berkas kelulusan pada program Srata-1 ke dalam bahasa Inggris, tetapi juga seluruh dokumen pendukung seperti penghargaan akademik maupun non-akademik yang pernah saya terima, akta lahir dan kartu keluarga. 



Berbicara mengenai proses seleksi KGSP, seperti pendaftar lainnya saya menjalani tiga tahap seleksi. Pertama, saya menjalani seleksi wawancara dari pihak Yonsei University melalui telepon. Kedua, saya menjalani seleksi berkas di Kementerian Pendidikan Korea Selatan. Ketiga, saya diwajibkan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di Indonesia sebagaimana diminta oleh pihak kementerian. 

Mengingat pemberangkatan saya ke Korea dibiayai oleh pihak kementerian, jumlah muatan bagasi yang dapat saya gunakan pun terbatas. Saya hanya dapat membawa 1 (satu) buah koper dengan berat maksimal 32 (tiga puluh dua) kilogram. Oleh karena itu, saya hanya membawa benda-benda yang saya anggap penting. Benda-benda tersebut meliputi berkas akademik dan pribadi seperti ijazah dan akta lahir; alat mandi seperti sabun, pasta gigi dan deodorant (pesan khusus untuk para pria: mengingat sulit sekali mencari deodorant untuk pria di Korea, usahakan bawa lebih dari 1 (satu)); makanan Indonesia seperti mie instant dan sambal dalam kemasan; serta tentunya, pakaian. Jangan lupa siapkan beberapa jaket! 

Tentang Korea Selatan

Sebenarnya Agustus 2015 lalu bukan pertama kali bagi saya menginjakkan kaki di Korea. Namun, tidak berbeda dengan situasi saat pertama kali saya datang ke Korea, negara ini masih tetap sama. Penduduknya masih ramah (bahkan terlalu ramah) dan sistem transportasinya pun tergolong nyaman. Berbicara mengenai cuaca, saya mendarat pada 27 Agustus 2015, dimana sebenarnya merupakan minggu terakhir dari musim panas di Korea. Tetapi, cuaca terbilang cukup terik, hampir serupa dengan Jakarta. 




Mengingat saya masih menjalani studi program bahasa, teman-teman yang setiap hari saya temui pun hampir seluruhnya warga asing non-korea. Namun, karena saat ini saya tinggal di asrama, saya pun mengenal beberapa teman-teman warga negara Korea. Salah satu kendala untuk bermain bersama teman-teman warga negara Korea adalah bahasa, mengingat tidak banyak warga negara Korea yang pandai berbahasa Inggris. Sedangkan, kemampuan bahasa Korea saya pun masih pada level menengah. Selain itu, pola pergaulan di Korea adalah “minum alkohol setiap bertemu”. Teman-teman di Korea terbiasa untuk mengkonsumsi daging babi dan/atau alkohol saat makan malam atau bercengkerama di restoran sedangkan saya tidak mengkonsumsi keduanya. 

Beruntungnya, teman-teman warga negara Korea sangat peduli terhadap preferensi makanan warga asing disini. Biasanya, mereka akan mengalah dan menyarankan untuk pergi ke tempat makan yang lain. Mereka pun tampak sangat kagum dengan warga negara asing yang sudah agak mahir berbicara bahasa Korea. Sehingga, bagi orang-orang yang dengan kemampuan tersebut (termasuk saya) akan lebih mudah untuk bergaul dengan teman-teman warga negara Korea.  

Traveling

Sejujurnya saya bukan pribadi yang senang menghabiskan waktu untuk bermain di luar. Tipikal anak rumah yang lebih senang menghabiskan waktu di kamar. Seperti wisatawan dan/atau pelajar korea pada umumnya, saya sudah mengunjungi tempat-tempat wisata di Seoul, seperti Namsan Tower, Gyeongbok Palace, Dongdaemun Design Plaza, Bukchon Hanok Village dan beberapa taman umum yang ada di Seoul seperti World Cup Stadium Park, Seonyudo Park dan Danbo Park. Namun, kunjungan yang paling menarik bagi saya adalah ketika saya mengunjungi Ihwa Mural Village, suatu pemukiman di area Dongdaemun yang dipenuhi lukisan artistik pada setiap dinding-dinding rumah penduduk; Yanggu Military Distric, area perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara; serta Sancheono Winter Festival, festival musim dingin terbesar di Korea yang diadakan di atas sungai yang membeku.


Belajar Bahasa Korea

Menurut saya, jika dibandingkan dengan Bahasa Inggris, Bahasa Korea lebih rumit. Seperti teman-teman ketahui baik Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris menggunakan pola kalimat S-P-O sedangkan Bahasa Korea menggunakan pola kalimat S-O-P. Namun, kunci dari belajar bahasa adalah membiasakan diri untuk terbiasa dengan bahasa tersebut. Sejak masih di Indonesia, saya terbiasa mendengarkan lagu dan menonton variety show Korea. Kebiasaan tersebut masih saya lakukan disini. Namun, saya lebih memfokuskan kegiatan tersebut untuk melatih kemampuan bahasa saya. Selama mendengarkan lagu korea, saya mencoba memahami lirik lagu dan mencoba mencermati setiap grammar dan kosakata yang muncul dari lagu tersebut, tentunya tanpa melihat teks lirik. Tidak hanya itu, saya membiasakan diri untuk sebisa mungkin menggunakan kosakata dan grammar baru yang saya pelajari jika berbicara dengan teman-teman warga negara Korea. 

Makanan di Korea Selatan

Saya pribadi adalah tipe pemilih makanan. Banyak sekali makanan yang tidak dapat saya makan seperti daging babi, seluruh jenis buah-buahan, tomat, mentimun dan telur setengah matang. Jadi, dimana pun saya berada, akan sulit sekali bagi saya untuk makan sesuai dengan selera saya. Namun, mengingat tidak banyak hal yang dapat saya lakukan, sejak di Indonesia pun saya terbiasa untuk bertanya terlebih dahulu mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam masakan tersebut. Hal itu pun saya lakukan selama di Korea, tentunya dengan menggunakan bahasa Korea. Berbicara mengenai makanan favorit, meskipun sudah tinggal di Korea, saya tetap memilih pizza sebagai makanan favorit saya. Namun, jika memang harus memilih makanan korea, saya akan memilih 닭갈비/Dalkalbi  dan 깁치 볶음밥/Kimchi Bokkeumbab – tanpa ham tentunya.

Alat Transportasi

Subway, express train, bus dan taxi adalah pilihan alat transportasi yang ada di Korea. Saya pribadi lebih nyaman naik subway untuk perjalanan dalam kota atau express train untuk perjalanan luar kota. Mungkin terbiasa dengan kehidupan di Indonesia yang setiap hari menggunakan KRL Jabodetabek.

Belanja

Saat ini saya tinggal di asrama kampus yang tidak memungkinkan untuk memasak sehingga tidak terlalu sering berbelanja untuk bahan makanan, kecuali makanan instant seperti nasi dalam kemasan atau tuna dalam kaleng. Untuk keperluan mandi dan perawatan wajah, saya cukup beruntung karena dapat menemukan seluruh barang yang saya perlukan mengingat banyak sekali teman-teman yang cukup kesulitan menemukan produk yang biasa mereka gunakan. 

Beberapa produk di Indonesia seperti mie instant atau saus sambal dapat ditemukan di supermarket besar. Beberapa kota besar juga memiliki toko-toko khusus yang menjual produk-produk dari Asia, termasuk Indonesia. Untuk kawasan Seoul, toko semacam itu dapat ditemukan di area Itaewon. 

Sedangkan, untuk di daerah Chuncheon, khususnya di area Kangwon National University, saya juga dapat menemukan makanan ringan produk Indonesia di sebuah toko yang khusus menjual makanan ringan dari negara asing. Lokasinya tepat berada di back gate area. 

Pengalaman Unik

Saya sungguh terkejut saat pertama kali berpergian menggunakan taksi di Korea. Berbeda dengan supir taksi di Jakarta, kebanyakan pengemudi taksi di Korea berkendara dengan kecepatan 100 km/jam di jalanan dalam kota. Ketika saya bercerita kepada teman warga negara Korea, mereka pun ternyata mengeluhkan hal yang serupa. Hidup di Korea, untuk berpergian dengan taksi pun perlu menyiapkan mental!


Tips untuk kamu yang mau kuliah di Korea Selatan!

Saat ini, sepengetahuan saya, banyak sekali teman-teman Indonesia yang ingin melanjutkan sekolah di Korea hanya karena ingin berada satu negara dengan penyanyi idola mereka. Meskipun pada kenyataannya, lebih banyak teman-teman yang memang ingin melanjutkan studi di Korea dengan alasan pendidikan dan riset yang maju. 

Oleh karena itu menurut pendapat saya, hal pertama yang harus teman-teman lakukan adalah memantapkan alasan dan tujuan untuk bersekolah di Korea. “Kenapa harus Korea?” adalah pertanyaan yang harus ditujukan kepada diri teman-teman. Jika jawabannya hanya: “Agar lebih dekat dengan EXO”, “Agar lebih mudah stalking SNSD”, “Biar gampang ketemu BigBang”, ada baiknya bagi teman-teman untuk berpikir ulang. Mengingat ketika teman-teman menjalani hidup sebagai pelajar di Korea, akan sangat sulit untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Sistem pendidikan yang dinamis menjadikan kondisi terjebak dengan tugas menumpuk tanpa akhir—meskipun sudah dikerjakan setiap hari sebagai hal yang wajar. Jika tujuan awalnya bukan untuk benar-benar bersekolah, kemungkinan bagi teman-teman mengalami kesulitan selama menjadi pelajar di Korea pun semakin besar. 

Namun, bukan berarti teman-teman yang mengidolakan penyanyi Korea tidak boleh datang bersekolah di Korea. Saya tidak memungkiri fakta bahwa saya juga sangat mengidolakan salah satu boyband asal Korea. Tetapi, saat saya memutuskan untuk bersekolah di Korea, penyanyi idola saya sama sekali tidak masuk sebagai pertimbangan. Perkembangan ilmu pengetahuan; pengakuan masyarakat atas riset dan penelitian serta kemajuan sistem birokrasi dan pemerintahan adalah hal-hal yang menjadi pertimbangan saya untuk memilih Korea—dibandingkan negara Asia lainnya—sebagai tempat melanjutkan studi magister. Oleh karena itu, meskipun hingga detik ini saya belum bisa bertemu atau menonton konser mereka, tidak ada sedikit pun rasa sedih atau menyesal. 

Jadi, bagi teman-teman yang ingin datang ke Korea untuk melanjutkan studi, 잘 생각해 뵤세요~^^ [Apa Artinya Hayooo....?]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar