Rabu, 10 Agustus 2016

Ini Dia Pengalaman Mirza Belajar Di Amerika.



Kali ini kita akan mengajak kamu untuk berkenalan dengan Mirza Aditya, seorang mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S1nya di negeri paman sam yaitu Amerika Serikat.
Mirza mengambil jurusan Food Science di Washington University Los Angles. Mirza datang ke Amerika Serikat pada tahun 2011. Mirza murni membiayai kuliahnya dengan biaya sendiri dari orangtua. Untuk masalah tempat tinggal, di tahun pertama Mirza tinggal di asrama kampus  University Washington State. Di kamar asrama, dia sekamar dengan orang Amerika keturunan India. Namun, setelah tahun kedua, Mirza dan teman–temannya dari Indonesia bersepakat tinggal di Apartement. Teman-temanya mengambil program Fullbright Master.
Amerika adalah negara yang memegang patokan uang di dunia. Tentunya setiap tahun harga dollas AS sering mengalami kenaikan. Bahkan Mirza bercerita bahwa tingkat biaya hidup di sana sangat tinggi. Berbeda jauh dengan Indonesia. Makan makanan di sana juga mahal, namun memiliki porsi yang banyak.
Lumayanlah dari pada harga mahal tetapi porsi sedikit. Porsi tersebut juga pastinya sesuai dengan ukuran makan orang Amerika. Dalam sebulan, rata–rata Mirza meghabiskan uang sebanyak $ 500. Tetap saja Mirza harus menghemat sebaik mungkin. Itu untuk biaya makan, bayar listrik, bayar air, sampah dan sewa apartemen $300. Namun untuk sementara Mirza tinggal dengan house family di port angles yang kebetulan juga orang Indonesia. Karena ada beberapa masalah dan besok dia akan kembali ke Washington State.

Tentunya, jika belajar di luar negeri, kita akan bertemu dengan orang asing dari berbagai dunia. Yang Mirza rasakan ketika tinggal di Amerika adalah orang–orangnya memiliki sifat liberalis yaitu terbuka. Bahkan dengan orang baru mereka sangat terbuka. Hal ini juga memberi kenyaman bagi mereka yang baru mengenal lingkungan di Amerika.

Namun, ada bebarapa orang yang tertutup tetapi lebih dominan terbuka. Karena mereka memiliki sifat yang berbeda–beda. Untuk kehidupan anak muda sendiri, seperti yang ada dalam film–film Hollywod, mereka lebih suka mengadakan pesta dan berhura–hura. Kehidupan seperti itu pastinya sangat berbeda dengan kebudayaan di Indonesia yang mayoritas orang tidak suka berhura–hura.
Orang–orang Amerika memiliki etos kerja yang tingggi. Dimana kedisiplinan, kepatuhan dan tepat waktu adalah hal yang wajib ada dalam diri mereka. Saat kami bertanya tentang etos kerja orang–orang Amerika di sana, Mirza menyebutkan para mahasiswanya mengerjakan tugas kuliah dengan semangat dan perasaan senang. Karena, ketika mereka kuliah, jurusan yang mereka ambil memang benar–benar atas dasar kemauan dan minat mereka. Bukan karena desakan dan kemauan orang tuanya.
Jadi ketika sekolah mereka memang benar–benar serius.  Meski ada beberapa karena kemauan orang tua, tetapi mereka tetap menjalankannya dengan serius dan sungguh–sungguh. Jadi, mereka menjalankannya dengan sepenuh hati. haI ini adalah dampak dari budaya mereka yang terbuka.
Bagi Mirza, dia tidak mengalami kesulitan dengan makanan karena dia bukan orang muslim. Jadi, makanan apa saja bisa disantap tanpa rasa kahawatir. Tapi hal ini tentunya berbeda bagi mereka yang beragama muslim.

Mirza sendiri sering membeli bahan makan sendiri lalu memasak makanan Indonesia bersama teman-temannya. Menurut Mirza, memasak sendiri sangat membantu penghematannya. Hanya dengan memasak satu hari, makanan tersebut bisa bertahan untuk 3 hari. Terutama masakan rendang yang sudah terkenal akan awet meskipun disimpan berhari–hari.

Kemudian, berbicara tentang olahraga, saat ini, Mirza lebih menyukai American football. Olahraga yang paling banyak diminati adalah football, baseball dan basketball. Beberapa olahraga ini memang sangat terkenal di Amerika. Banyak orang sana yang menyukainya baik terjun langsung sebagai pemain maupun sebagai penonton yang menikmatinya.

Selama tinggal di Amerika, Mirza pernah mengunjungi Universal Studio. Mirza hanya menjelajahi beberapa saja ruangan untuk membuat proses shooting. Hal ini juga didukung dengan adanya hampir setiap kota memiliki gedung bioskop. Di Port Angles sendiri terdapat 2 gedung bioskop.

Saat ditanya mengenai mengapa kuliah di Amerika, Mirza bercerita, pada awalnya ia ingin kuliah di Indonesia mengambil jurusan teknologi pangan. Namun, menurutnya dan orang tuanya, kurikulum untuk jurusan tersebut belum mumpuni. Ibunya merekomedasikan Mirza untuk kuliah di Amerika karena nantinya akan lebih mendapatkan manfaat ilmu.

Sebelum memilih ke Amerika Mirza memilih ke Australia karena jaraknya yang tidak jauh dari tanah air. Namun, pada saat itu Amerika sedang mengalami krisis moneter dan harga dollar turun. Kesempatan ini akhirnya dimanfaatkan Mirza dengan baik. selain itu, di Amerika mereka memiliki research yang lebih banyak dan disana akan mendapatkan ilmu yang lebih.

Pertama kali datang ke Amerika, Mirza datang bersama orangtuanya. Saat pertama datang, kehlian bahasa Inggrisnya tidak begitu lancar. Sebelum ke Washington State, Mirza memilih ke Alabama terlebih dahulu untuk mempelajari bahasa inggris dengan baik. Di Alabama, dia diajarkan speaking, listening dan lainnya. Saat masih di Indonesia Mirza sudah belajar bahasa inggris, namun kemampuan untuk mempraktekannya masih sangat kurang sehingga dia harus belajar lagi.

Semenjak tinggal di Amerika Mirza baru pulang ke tanah air pada tahun 2012 setahun setelah dia di Amerika. Akibat harus menyesuaikan budaya disana, Mirza mengalami perubahan dalam dirinya yang sekarang memiiki sedikit sifat liberal.

Belajar di Amerika juga berbeda, dimana dosen selalu mendorong mahasiswanya untuk selalu belajar. Mereka mangajarkan bila ingin berhasil harus belajar kalau tidak belajar resiko akan ditanggung sendiri.
Banyak kebiasaan Mirza yang berubah setelah hidup jauh dari orang tua dan berada di negara asing. Contohnya adalah kebiasaan untuk membuang sampah sendiri, setelah makan harus dibersihkan sendiri dan lebih mandiri. Perubahan ini juga melekat saat dia pulang, saat dirumah dia benar–benar membuang sampah pada tempat.

Pernah ketika itu Mirza pergi dengan ayahnya, saat ayahnya membuang sampah sembarang, Mirzalah yang memungut sampah tersebut lalu dibuang ketempatnya. Memang perubahan yang perlu dicontoh.
Berikut ada beberapa pesan dari Mirza buat kamu yang akan menuntut ilmu di Amerika.

Persiapkan bahasa Inggris dan persiapkan mentalnya dengan baik
Mirza menyarankan untuk mempersiapkan bahasa inggris dengan baik agar setelah berada di Amerika lebih mudah untuk beradaptasi. Persiapkan mental belajar karena disana ada banyak hal menarik yang akan menggoda  minat belajar kalian.

Buat kamu yang tidak bisa tidur tanpa guling, sebaiknya membawa dari Indonesia karena di sana tidak ada guling. Kamu akan belajar banyak tentang toleransi dan hal –hal baru. Tetaplah mandiri meski kalian sudah dibantu orang tua dari belakang. Karena disana kalian akan belajar hidup mandiri. Kalian jarang bertemu langsung dengan keluarga. Komunikasi hanya bisa melalui skype, telefon dan media sosial lainnya.  


Yuk persiapkan kemampuan Bahasa Inggris dengan Baik, Cambridge Lhokseumawe dengan senang hati akan membantu kamu. Segera dapatkan kesempatan kursus privat dilatih dari Dasar Jaminan Sampai Lancar.
Mau tahu info lengkap lainnya?

Datang langsung ke Jalan air bersih / jln Karimuddin Hasballah , ruko no 41, disamping mitra klinik, (bisa lewat jln Peutua Ibrahim dekat Kantor RRI pajak inpres) pas di simpang empatnya trus belok kiri, atau telfon aja ke nomor :
0823 6715 2233 ataupun ke nomor
0823 6493 9007 untuk ikut kelas dengan penawaran menarik sekarang juga!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar